Mantan Guru dan Jejak Pelita Penunjuk Arah Peradaban Bernama Kompas - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Mantan Guru dan Jejak Pelita Penunjuk Arah Peradaban Bernama Kompas

Foto: Buku Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama.

Loading

BAGI warga Jakarta maupun pengunjung dari luar khususnya yang doyan membaca atau membeli buku, Gramedia yang terletak di bilangan Matraman Raya, Jakarta boleh jadi toko buku yang tak akan tanggal dikunjungi. Toko Buku Gramedia milik Kelompok Kompas Gramedia (KKG) itu boleh jadi merupakan pilihan dominan.

Gramedia Matraman bisa saja sekadar menjadi destinasi wisata edukasi pengunjung di sela waktu luang tatkala mengakrabi kota metropolitan. Gramedia Matraman disebut-sebut toko buku paling besar di Indonesia bahkan Asia. Berburu buku-buku baru atau sekadar berburu buku-buku tua di lantai dasar adalah pilihan lain bagi pengunjung dengan isi kantong pas-pasan.

Tak lama setelah terbit Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama (2011), jurnalis Cahyo Adji, eks frater Xaverian lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta mengajak bertemu di Gramedia Matraman. “Kamu bisa koleksi juga buku itu sekadar bahan bacaan menambah informasi siapa sosok orang penting di balik Harian Kompas. Jurnalisme Kompas adalah jurnalisme yang menjadikan data sebagai basis utama dalam menulis. Kita bisa jadikan Kompas rujukan. Mereka punya sistem pengarsipan data yang baik,” kata Cahyo, jurnalis kelahiran Condongcatur, Sleman Yogyakarta dari balik telepon.

KKG dan Kompas ibarat ibu-anak. Kompas merupakan salah satu anak usaha KKG. Kompas sungguh dan bacaan pas dan bernas semua lapisan masyarakat. Kompas menjadi kawan setia kala matahari menyapa bumi atau menjelang takluk di perut bumi. Ia (Kompas) adalah bacaan wajib saat kuliah tempo doeloe.

Mengapa? Media cetak itu adalah tempat melihat isu-isu mutakhir dalam negeri hingga mancanegara. Semua isu muthakir tersaji di sana. Kompas memiliki Pusat Data dan Informasi serta dokumentasi yang hemat saya lengkap.

“Kita cukup modal semangat saja mau peroleh aneka informasi untuk memutuskan apa tema laporan utama dua atau 5 bulan ke depan. Kompas memiliki data komplit. Selain kita perlu membaca buku atau sumber primer lainnya dari perpustakaan,” kata Dion Pare, rekan wartawan.

Guru Jakob

Boleh jadi tak semua pembaca Kompas -sejak koran cetak paling besar di Indonesia dan bahkan Asia – mengenal Jakob Oetama. Jakob tak lain adalah salah perintis Kompas yang belakangan melebarkan sayap usaha medianya lalu akrab di hampir seluruh manusia Indonesia. Membaca sajian Kompas yang variatif dan informatif, itu sudah lebih dari cukup.

Meski akrab dengan Kompas, sosok Jakob tetaplah gelap. Meski mulai akrab dengan beliau sejak masuk Jakarta. Hemat saya, Jakob ibarat kompas, penunjuk arah. Melalui Kompas, Jakob sungguh memastikan bahwa koran yang dirintis sejak rezim Orde Lama hingga saat ini penuh onak dan duri. Namun, Kompas tetap eksis menjadi pemandu, penunjuk arah perjalanan masyarakat, bangsa dan negara. Kompas menjadi semacam ‘komandan pasukan’ merawat peradaban manusia.

“Manusia dan kemanusiaan, cobaan dan permasalahannya, aspirasi dan hasratnya, keagungan dan kekerdilannya, merupakan faktor-faktor yang ingin ditempatkan secara sentral dalam visi Kompas. Manusia dan kemanusiaan senantiasa diusahakan menjadi nafas pemberitaan dan komentar. Surat kabar digerakkan oleh visi itu, berusaha pula senantiasa peka akan nasib manusia, semestinya juga berpegang pada ungkapan klasik dalam jurnalistik; menghibur yang papa, mengingatkan yang mapan,” kata Jakob Oetama dalam Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama. Buku ini disusun Stanislaus Sularto dalam rangka peringatan HUT ke-80 Jakob.

Siapa Jakob Oetama? Jakob lahir di Desa Jowahan, 500 meter sebelah timur Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 27 September 1931. Jakob mengawali karier sebagai guru, wartawan lalu menjadi pemimpin Kompas Gramedia.

Dalam merayakan HUT ke-80, kata Jakob, tiada kata selain bersyukur tiada akhir. Keberhasilan yang dicapai kelompok usaha ini, selain karena kerja keras, sinergi dan kejujuran yang dilandasi roh kemanusiaan yang beriman, juga karena semangat mengembangkan penghargaan martabat manusia dan kemanusiaan.

“Surat kabar itu harus lebih besar daripada individu-individu serta gabungan individu-individu di dalamnya,” kata Jakob. Hari ini, Kompas merayakan Ulang Tahun ke-57 tahun 2022. Semoga tetap setia menjadi pengemban amanat hati nurani rakyat. Dan buku Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama layak dibaca siapapun.

Judul Buku: Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama

Penulis: St Sularto

Pengantar: P Swantoro

Perancang Grafis: Rully Susanto

Perancang Sampul: Arbaik Rambey

Penerbit: PT Media Kompas Nusantara Jalan Palmerah 26-28, Jakarta

Cetakan: Pertama, September 2011

Tebal: xii + 600 halaman

ISBN: 987-979-709-601-4

 Penulis Ansel Deri

Pemimpin Redaksi Odiyaiwuu.com

Tinggalkan Komentar Anda :