Penjabat Bupati Paniai Martha Pigome Kunjungi Pengungsi Bibida di Paroki Salib Suci Madi - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Penjabat Bupati Paniai Martha Pigome Kunjungi Pengungsi Bibida di Paroki Salib Suci Madi

Penjabat Bupati Kabupaten Paniai Dr Martha Pigome, SH, M.Hum saat mengunjungi warga Distrik Bibida yang mengungsi di Gereja Paroki Salib Suci Madi, Jalan Poros Madi-Enarotali, Kampung Madi, Distrik Paniai Timur, Paniai, Papua Tengah, Selasa (18/6). Foto: Istimewa

Loading

MADI, ODIYAIWUU.com — Penjabat Bupati Kabupaten Paniai Dr Martha Pigome, SH, M.Hum, Selasa (18/6) mengunjungi warga Distrik Bibida yang mengungsi di Gereja Paroki Salib Suci Madi, Jalan Poros Madi-Enarotali, Kampung Madi, Distrik Paniai Timur, Paniai, Provinsi Papua Tengah. Gereja ini masih 50 persen untuk dirampungkan fisik bangunannya.

Kehadiran Pigome, orang nomor satu Paniai, bertujuan melihat dari dekat kondisi para pengungsi yang bertahan di Gereja Salib Suci, Dekanat Paniai, Keuskupan Timika, menyusul kontak senjata antara aparat TNI-Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) di Distrik Bibida, Paniai, sejak Jumat-Minggu (14-16/6).

“Ibu Penjabat Bupati Paniai tiba di Gereja Paroki Salib Suci Madi, Selasa (18/6) pukul 16.19 WIT dan langsung disambut para pengungsi yang bertahan di gereja itu. Beliau disambut Wadanramil 1703-01/Enarotali Letda Inf Alpius Gobay,” ujar Komandan Kodim 1703/Deyai Letkol Inf I Wayan Dedi Suryanto, SE kepada Odiyaiwuu.com dari Madi, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, Rabu (19/6).

Menurut I Wayan, sekitar pukul 16.22 WIT Penjabat Bupati Pigome langsung masuk ke dalam gedung gereja, tempat penampungan dan bersalaman dengan pengungsi. Pigome juga meninjau langsung dan melihat kondisi para pengungsi. Usai mengunjungi pengungsi, pukul 16.30 WIT Penjabat Bupati Pigome meninggalkan Gereja Salib Suci Madi. 

Pasca meletus konflik TNI-Polri dan TPNPB OPM warga Bibida mengungsi ke gereja Salib Suci Madi. Pihak paroki mempersiapkan beberapa tempat bagi masyarakat yang mengungsi ke gereja itu. 

Pengungsi bertahan di emawa (aula) mini paroki, satu rumah tourney pastoral dan gedung gereja yang masih dalam proses perampungan secara swadaya oleh umat. Bangunan gedung Gereja Salib Suci ini sedang dibangun secara swadaya umat dan baru memasuki 50 persen, yang sisanya dalam proses tahapan penyelesaian.

Salib Suci adalah paroki baru hasil pemekaran dari Paroki Santo Yusuf Enarotali, Dekanat Paniai. Paroki Salib Suci ditetapkan tanggal 29 Juli 2011 oleh Almarhum Mgr Jhon Philip Saklil, Uskup pertama Dioses Timika.

Paroki Salib Suci Madi sudah berusia 13 tahun dan saat ini dipimpin Pastor Paroki RD Harman Yosef Betu, Pr. Beberapa kelompok kategorial Paroki Salib Suci Madi yaitu Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Muda-Mudi Katolik (Mudika), dan Orang Muda Katolik (OMK) Salib Suci Madi.

Dandim 1703/Deiyai I Wayan sebelumnya bersama Penjabat Bupati Pigome mengunjungi para pengungsi di Paroki Salib Suci Madi, Sabtu (15/6). Dalam kunjungan itu, hadir juga Asisten III Setda Paniai Agnes Emiyati dan Kepala Distrik Bibida Yoriz Zonggonau. Saat itu Pigome bertemu pengungsi dan RD Herman Betu.

“Kami sudah berkoordinasi dan mendengar masukan dari para tokoh, termasuk Pastor Paroki Salib Suci Romo Herman Betu Pr tentang kondisi dan penanganan pengungsi saat ini. Kami mendapat laporan dari Romo Herman, kondisi pengungsi relatif sehat dan baik,” ujar I Wayan kepada Odiyaiwuu.com dari Waghete, kota Kabupaten Deiyai, Minggu (16/6).

Menurut I Wayan, prajurit berdarah Bali, sejak awal jumlah pengungsi Bibida sebanyak 1265 orang bertahan di Gereja Salib Suci Madi. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah. Selain itu, ada yang pulang pergi kampung untuk menjaga kebun atau memberi makan ternaknya. 

“Dalam waktu dekat kami berencana membuat MCK darurat dan posko kesehatan bersama Dinas Kesehatan Paniai dan Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Daerah setempat. Langkah membuat MCK ini kami sepakati setelah melakukan komunikasi dan koordinasi bersama lapangan,” ujar I Wayan.

I Wayan menambahkan, dalam kunjungan tersebut Penjabat Bupati Pigome memberi bantuan berupa bahan makanan (bama), alat masak, alas tidur, dan bantuan uang tunai Rp 100 juta untuk membantu para pengungsi.

Sedangkan Penjabat Bupati Pigome mengatakan telah dilakukan upaya perdamaian dengan melibatkan sejumlah pihak agar situasi di Bibida segera pulih. 

“Memang langkah-langkah untuk perdamaian di Bibida sudah kami tempuh dengan menghadirkan kepala distrik, para kepala kampung, tokoh pemuda, perempuan, agama, dan tokoh masyarakat untuk berbicara (membahas) masalah yang ada di Bibida, bagaimana (cara) penanganan secara persuasif,” ujar Pigome mengutip jubi.id Sabtu (15/6).

Namun meski berbagai upaya telah dilakukan, situasi atau kondisi di Bibida belum kondusif. Sebagian masyarakat tetap memilih mengungsi. “Tetapi situasi sudah seperti ini (pengungsian), dan bantuan dari kami ini adalah tindakan dari Pemerintah Kabupaten Paniai, (agar) bagaimana kami (bisa) melindungi masyarakat yang ada di tempat ini,” ujarnya.

Pigome mengaku akan memerintahkan tiga instansi pemerintah agar konsisten membantu selama masyarakat berada di tempat pengungsian. Misalnya, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk membantu masyarakat selama di pengungsian. 

“Dari sisi kesehatan akan memberikan obat gratis, dari bencana (BPBD) akan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sambil kita menunggu situasi kondusif, dan itu tanggung jawab dari pemerintah daerah. Saya akan pastikan beberapa dinas menangani penuh masyarakat di sini,” kata Pigome.

Presiden Jokowi didesak segera mengambil langkah solutif menyusul konflik yang terjadi antara aparat TNI-Polri dan OPM di Distrik Bibida. 

“Perang antara pasukan TNI-Polri dan tentara OPM terjadi di Bibida telah mengorbankan ribuan warga masyarakat Bibida dan warga distrik di sekitarnya. Mereka meninggalkan kampungnya dan mengungsi ke tempat yang aman,” ujar Ketua Pemuda Katolik Komda Papua Tengah Tino Mote kepada Odiyaiwuu.com dari Nabire, Papua Tengah, Sabtu (15/6).

Akibat perang antara pasukan TNI-Polri dan OPM, ujar Mote, kini ribuan warga Bibika dan sekitarnya meninggalkan kampung halamannya mencari tempat aman. Sebagian warga mengungsi di Gereja Katolik Santo Yusuf Enagotadi, Dekanat Paniai, Keuskupan Timika untuk mencari perlindungan.

“Pemuda Katolik Komda Papua Tengah mendesak Presiden selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia bersama Panglima TNI dan Kapolri agar segera mencari upaya damai untuk menyelesaikan konflik TNI-Polri dengan pasukan OPM di Distrik Bibida,” kata Mote lebih lanjut.

Mote juga meminta kedua belah pihak, baik aparat TNI-Polri maupun pasukan OPM menahan diri agar tidak larut dalam konflik berkepanjangan yang malah akan mengorbankan masyarakat sipil. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :