Seribu Lebih Pengungsi Korban Konflik TNI-Polri dan TPNPB OPM Tinggalkan Paroki Salib Suci Madi Paniai

Seribu Lebih Pengungsi Korban Konflik TNI-Polri dan TPNPB OPM Tinggalkan Paroki Salib Suci Madi Paniai

Warga korban konflik antara aparat TNI-Polri dan anggota TPNPB OPM di Distrik Bibida saat meninggalkan tempat pengungsian di Gereja Paroki Salib Suci Madi, Dekanat Paniai, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah, Selasa (25/6). Foto: Istimewa

Loading

ENAROTALI, ODIYAIWUU.com — Seribu lebih warga korban konflik antara aparat TNI-Polri dan anggota Tentara Pembebasan Nasional  Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) di Distrik Bibida, Selasa (25/6) meninggalkan tempat pengungsian di Gereja Paroki Salib Suci Madi, Dekanat Paniai, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah.

Warga pengungsi berasal dari empat distrik tersebut yaitu Distrik Bibida, Paniai Timur, Dogomo, dan Dumadama akan dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing. Situasi keamanan pasca meletus konflik dinyatakan sudah kembali pulih sehingga mereka meminta dipulangkan dari Gereja Paroki Salib Suci Madi. 

“Hari ini warga pengungsi empat distrik meninggalkan Gereja Paroki Salib Suci Madi untuk kembali ke kampung halamannya. Proses pemulangan dipimpin langsung Kepala Distrik Bibida Pak Yoris Songgonau,” ujar Komandan Kodim 1703/Deiyai Letkol Inf I Wayan Dedi Suryanto, SE kepada Odiyaiwuu.com dari Enarotali, kota Kabupaten Paniai, Papua Tengah, Selasa (25/6).

Menurut I Wayan, warga yang dipulangkan ini menggunakan 14 unit kendaraan roda empat dengan masing-masing 10 unit kendaraan Kepolisian Resor (Polres) Paniai, 2 unit kendaraan Kodim 1703/Deiyai, dan 2 unit kendaraan masyarakat sipil.

“Sebelum pergeseran (pemulangan) dilakukan Kepala Distrik Bibida Pak Yoris Songgonau menyampaikan bahwa masyarakat sudah merasa aman sehingga mereka sendiri meminta untuk kembali ke kampung masing-masing,” kata I Wayan, prajurit berdarah Bali.

Selain itu, ujar I Wayan, Yoris Songgonau juga mengatakan pihak masing-masing pemerintah kecamatan sudah ada kesepakatan dengan masyarakat di mana mereka sendiri meminta agar secepatnya dipulangkan. Warga, kata Songgonau, berharap agar segera dibangun Polsek dan Koramil serta kantor distrik yang berada satu lokasi dengan Puskesmas Bibida.

“Pak Yoris Juga mengatakan bahwa kalau sudah dibangun Markas Polsek dan Markas Koramil maka untuk pejabat Kapolsek dan pejabat Danramil harus putra-putra daerah asli sehingga masyarakat yang tidak bisa berbahasa Indonesia mudah berkomunikasi dengan bahasa daerah suku Mee,” ujar I Wayan.

I Wayan menambahkan, warga masyarakat pengungsi yang meninggalkan Gereja Paroki Salib Suci Madi berasal dari 4 distrik dan 13 kampung. Jumlah pengungsi laki-laki sebanyak 1035 orang dan perempuan 848 orang. Totalnya, 1.883 orang pengungsi.

I Wayan merinci, pengungsi Distrik Bibida berasal dari Kampung Bibida terdapat 96 laki-laki dan 80 perempuan dengan total 176 orang. Kemudian Kampung Odiyai sebanyak 140 laki-laki, perempuan 124 dengan total sebanyak 264 orang. 

Kampung Dama Dama jumlah laki-laki 119 orang, perempuan 98 dan total 217. Kemudian, Kampung Kolaitaga laki-laki 104, perempuan 90 dan total 194 orang. Kampung Ugidimi laki-laki 122, perempuan 141 dan total 263. Kampung Kugaisiga laki-laki 128, perempuan 106 dan total 234 orang. Lalu Kampung Kugapa laki-laki 135, perempuan 65 dan total 200 orang.

Sedangkan Distrik Paniai Timur berasal dari Kampung Papato dengan jumlah laki-laki 100, perempuan 78 dan total 178 orang. Kemudian dari Distrik Dogomo masing-masing dari Kampung Sogomo laki-laki 5, perempuan 8 dan total 13 orang. Kampung Bomobugapa laki-laki 15, perempuan 11 dan total 26 orang. Lalu Kampung Dangipa laki-laki 15, perempuan 10 dengan total  25 orang.

Sedangkan pengungsi Distrik Dumadama berasal dari Kampung Ondegapa laki-laki 15, perempuan 14 dengan total 29 orang. Kampung Dogomo laki-laki 41, perempuan 23 dan total 64 orang. 

“Jumlah keseluruhan pengungsi dari empat distrik terdiri dari laki-laki 1.035, perempuan 848 sehingga totalnya 1.883 orang pengungsi. Hari ini mereka semua sudah dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing. Sukses ini berkat kerja sama antar semua pemangku kepentingan. Kami juga berdoa dan berharap warga selalu hidup aman dan damai,” ujar I Wayan.  

Konflik terjadi antara aparat TNI-Polri dan anggota TPNPB OPM di Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah, Jumat (14/6). Buntutnya, ribuan warga masyarakat Bibida dan warga distrik di sekitarnya meninggalkan kampungnya dan mengungsi ke tempat yang aman.

Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah Papua Tengah Tino Mote mengatakan, akibat perang antara pasukan TNI-Polri dan TPNPB OPM, kini ribuan warga Bibika dan sekitarnya meninggalkan kampung halamannya mencari tempat aman. Sebagian warga mengungsi di Gereja Katolik Santo Yusuf Enagotadi, Dekanat Paniai, Keuskupan Timika untuk mencari perlindungan.

“Pemuda Katolik Komda Papua Tengah mendesak Presiden selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia bersama Panglima TNI dan Kapolri agar segera mencari upaya damai untuk menyelesaikan konflik TNI-Polri dengan pasukan TPNPB OPM di Distrik Bibida,” kata Tino Mote kepada Odiyaiwuu.com dari Nabire, kota Provinsi Papua Tengah, Sabtu (15/6)

Mote meminta kedua belah pihak, baik aparat TNI-Polri maupun pasukan TPNPB OPM menahan diri agar tidak larut dalam konflik berkepanjangan yang malah akan mengorbankan masyarakat sipil. 

Pemerintah Kabupaten Paniai juga diminta segera mendorong upaya perdamaian dan penanganan konflik secara holistik yang melibatkan semua pemangku kepentingan lokal sehingga warga masyarakat Bibida kembali melakukan aktivitas seperti biasa. 

“Semua pihak, stakeholder terutama gereja, tokoh adat, masyarakat, pemuda, dan perempuan juga kami minta bahu-membahu dan ikut menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat dan mendukung upaya penanganan yang dilakukan Pemda Paniai agar situasi segera pulih,” kata Mote. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :