JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Tiga bakal calon Wakil Gubernur Papua yang akan mendampingi calon Gubernur Dr Drs Benhur Tomi Mano, ST pada Pemungutan Suara Ulang (Pilkada) 2024 saat ini dikabarkan sudah menjalani pemeriksaan kesehatan (medical check up) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura, Rabu (5/3).
Ketiga bakal calon Wakil Gubernur Papua itu masing-masing politisi senior Partai Golkar dan mantan Wakil Gubernur Papua drh Constant Karma, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua Dr H. Toni Wanggai, dan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Papua Anthonius Mathius Ayorbaba, SH, M.Hum.
“Informasi yang beredar menyebutkan, tiga bakal calon Wakil Gubernur Papua pendamping calon Gubernur Pak Tomi Mano sudah menjalani pemeriksaan kesehatan, medical check up. Tiga bakal calon ini ideal mendampingi calon gubernur Pa Tomi Mano. Siapa yang akan dipilih, hanya menunggu keputusan koalisi partai pengusung dan calon gubernur sendiri,” ujar Theo, warga kota Jayapura kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Rabu (5/3).
Constant Karma adalah putra asli Papua kelahiran 24 Maret 1954. Ia lama mengabdi di lingkungan birokrasi sebelum terjun di dunia politik dan bergabung dengan Partai Golkar. Constant pernah mengemban tugas sebagai Penjabat Gubernur Papua pada periode masa transisi 2012–2013 dan Wakil Gubernur Papua periode 2000–2005.
Constant merampungkan kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada tahun 1981. Ia kemudian memulai karir sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tahun 1982. Pernah mendapat kepercayaan sebagai kepala dinas empat kali.
Constant misalnya, pernah menjabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jayawijaya, Kepala Dinas Peternakan Jayawijaya, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Jayapura. dan Kepala Dinas Peternakan Papua.
Pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua tahun 2024, Constant, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Papua, mengaku kecewa dengan keputusan DPP Partai Golkar yang mengeluarkan keputusan memberikan dukungan kepada kandidat calon gubernur Papua yang nyata-nyata bukan kader internal partai.
Keputusan tersebut, kata Constant, bukan hanya tidak sejalan dengan dasar pembentukan partai politik. Tapi juga tidak menghargai kerja kader yang ada di daerah khususnya di Papua. Buntut kekecewaan itu, ia menyatakan tidak memberikan dukungan kepada sosok pilihan DPP Golkar dan memilih memberikan dukungan kepada kandidat lain.
Menurutnya, secara struktur Partai Golkar memiliki kekuatan lebih di bidang pengkaderan. Hal itu dapat dilihat pada pemilu Legislatif dan Presiden 2024, dimana Golkar Papua berhasil menjadi partai pemenang, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Kemudian di tingkat provinsi Golkar berhasil mendapatkan 9 kursi. Lalu untuk Kota Jayapura mendapat 6 kursi. Begitu juga beberapa kabupaten di Papua induk yang sudah berkorban habis-habisan untuk membesarkan Partai Golkar di Papua.
Dengan melihat capain tersebut, kata Constant, semestinya Golkar dapat mengusung kandidatnya sendiri untuk Pilkada Papua tahun 2024. Akan tetapi DPP Partai Golkar justru memilih orang lain yang bukan berlatar belakang dari partai politik.
“Kami punya kader yang hebat, baik rekam jejak maupun elektabilitas lain. Kami sudah usulkan tapi DPP mengabaikan itu. Keputusan DPP justru di luar dari harapan para kader. Kami tidak tau dasar DPP memutuskan demikian,” kata Constant mengutip cenderawasihpos.jawapos.com di Jayapura, Sabtu (21/9 2024).
Kandidat yang diusung DPP Golkar saat ini, kata Constant dalam media yang sama, bukan atas dasar pertimbangan kader-kader Golkar Papua sehingga menimbulkan keresahan. Selain itu keputusan tersebut lebih pada politik yang dilakukan dengan DPP.
Menurutnya, jika memang kader internal Golkar tidak layak diusung menjadi Calon Gubernur dan Wakil, mestinya DPP dapat mengambil kader politik lain yang sudah jelas punya elektabilitas dan kapabilitas yang baik.
“Seperti PDIP yang mengusung BTM maju di Pilkada Papua. Mengusung BTM maju di Pilkada Papua sudah sangat tepat karena mengambil dari kader sendiri. Tapi yang terjadi Golkar justru pilih orang yang bukan dari partai politik dasarnya apa,” katanya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)