MALANG, ODIYAIWUU.com — Sub Direktorat Kesejahteraan dan Kewirausahaan Mahasiswa, Rabu (25/10) menyelenggarakan seminar nasional pendidikan untuk kebangsaan bertema Peran Mahasiswa dan Pemuda Papua Serta Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan SDM Papua di Gedung Widyaloka, Jalan Veteran, Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang.
Tampil sebagai sarasumber Asisten III Setda Provinsi Papua Selatan Dionisius Way, S.Sos, MM dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ketua Bidang Pemantauan Program Prioritas Nasional Kawasan Timur Indonesia, Kedeputian V KSP Theofransus Litaay, SH, LLM, Ph.D.
“Papua merupakan wilayah yang menjadi tema khusus dalam program prioritas Presiden. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah mengembangkan Papua,” ujar Theo saat tampil sebagai pemateri di Gedung Widyaloka, Jalan Veteran, Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.
Menurut Theo, Indonesia juga telah menandatangani kerjasama dengan Papua Nugini. Kerjasama ini menjadikan Papua sebagai halaman depan atau beranda depan Indonesia. Jika halaman depan berarti harus bagus dan maju.
Selain itu, kata Theo, kondisi Papua yang saat ini mengalami bonus demografi yang menyebabkan banyaknya jumlah anak muda menjadi tantangan bagi Papua. Ini bisa menjadi kekuatan tapi juga kelemahan yang akhirnya menjadi beban negara.
“Bisa menjadi kekuatan dengan pendidikan. Jangan pernah merasa kalau sekolah itu harus menjadi orang kaya. Pemerintah mendukung pendidikan di Papua bagi semua lapisan masyarakat, termasuk warga miskin, melalui berbagai skema beasiswa afirmasi di Papua,” lanjut Theo dalam seminar yang dihadiri mahasiswa Papua dari berbagai universitas seluruh Malang Raya.
Theo juga meminta mahasiswa dan pemuda Papua yang bisa sekolah dengan program beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) atau Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK) untuk tetap bersyukur.
“Kesempatan sekolah hanya dimiliki 30 persen dari masyarakat Indonesia. Sedangkan dalam konteks Papua masih 15 persen. Jadi ada tanggung jawab sosial mahasiswa untuk mendukung pembangunan kesejahteraan di wilayah Papua,” ujar Theo.
Dionisius Way dalam kesempatan tesrebut juga memotivasi mahasiswa yang sudah selesai kuliah dan pulang ke daerah jangan diam saja
“Apa yang bisa kita buat jangan jadi pemberontak tapi beri masukan untuk pemerintah. Jangan ketika diberi kepercayaan digunakan untuk kepentingan pribadi. Mahasiswa yang pulang jangan hanya berharap jadi pegawai tetapi jadilah pengusaha,” kata Dionisius.
Wakil Rektor III Universitas Brawijaya (UB) Malang Dr Setiawan Noerdajasakti, SH, MH mengatakan, dalam pembangunan SDM Papua diperlukan kerjasama dari tiga pihak yaitu pemerintah, perguruan tinggi dan mahasiswa itu sendiri.
“Mahasiswa asal Papua yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya dan di Malang Raya sekitar 350 orang. Mereka berasal dari 6 provinsi di Papua yang menempuh studi di berbagai program studi,” ujar Setiawan Noerdajasakti.
Moderator seminar, Arie Waropen, sarjana kedokteran asal Papua Barat, yang menjadi Ketua Umum Solidaritas Generasi Muda-Papua mengatakan, anak muda Papua jangan hanya terbatas bekerja di Papua. Mereka harus membuktikan kalau bisa bersaing dengan wilayah lainnya.
“Kita mendapat tempat bukan hanya karena identitas Papua tapi karena memang kita mampu,” ujar Waropen, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)