MOWANEMANI, ODIYAIWUU.com — Administrator Diosesan Keuskupan Timika, Pastor Marthen Ekowaibi Kuayo, Pr berkenan memimpin prosesi peletakan batu pertama pembangunan Gereja Santa Maria Immakulata, Dekanat Kamuu-Mapia (Kamapi), Keuskupan Timika, Papua, Senin (21/2). Peletakan Gereja baru itu berada di samping gedung Gereja lama yang sudah tua dimakan usia. Gereja baru tersebut akan memakan biaya sebesar Rp. 17 miliar.
“Kalau saya bisa menyampaikan permohonan maaf, mewakili Tuhan Yesus Kristus, mengampuni mereka yang sampai hari ini masih ribut soal ulayat, saya mengampuni mereka. Mengapa? Karena mereka masih belum mengerti apa yang mereka perbuat. Kemudian, kepada mereka semua yang menghalangi proses pembangunan gereja ini. semoga Tuhan Allah, Roh Kudus membentengi, sehingga proses ini hingga selesai,” ujar Administrator Diosesan Keuskupan Timika Pastor Marthen Kuayo Pr saat berlangsung prosesi peletakan batu pertama.
Pastor putra asli Dogiyai ini mengingatkan, tanah yang sudah diserahkan nenek moyang untuk membangun Gereja dan Sekolah YPPK agar jangan ada lagi yang menggugat kembali. “Saya sebagai anak asli Dogiyai, mengimbau agar tanah yang moyang sudah serahkan kepada gereja dan sekolah, jangan ada lagi meggugat kembali. Ini Tuhan punya tanah, kita hanya pendatang yang dititipkan oleh Tuhan untuk menjaga dan merawat,” kata Pastor Kuayo, imam Projo Keuskupan Timika ini.
Pastor Paroki Santa Maria Immakulata Mowanemani, Romo Hendrikus Nahak, OFM dalam kotbahnya mengatakan, usia Gereja Santa Maria Immakulata sudah mencapai 50-60 tahun. Oleh karena itu, ia mengingatkan agar umat paroki merawatnya dengan baik. Gereja lama ini, ujarnya, tidak bisa direhap atau dibongkar terus. Sebab setiap merehab atau bongkar salah satu sudut, bagian lain akan rubuh. Kita bangun baru.
“Gereja lama ini kita biarkan karena itu adalah tanda mata dan warisan orang tua kita. Kehadiran gedung gereja ini artinya orangtua kita dahulu menunjukkan iman mereka. Mari kita tunjukkan kini waktu untuk kita. Kita sepakat untuk membangun gedung gereja yang baru,” ujar Pastor Hendrikus Nahak, imam dari Ordo Fratrum Minorum (OFM).
Pastor Hendro, sapaan akrabnya, lebih jauh mengatakan, gereja yang hidup dan gereja itu didirikan dalam pribadi masing-masing yang membentuk persekutuan. Pengertian kedua gedung gereja adalah simbol perjumpaan umat beriman dengan Tuhan melalui peribadatan. Penghayatan ini, katanya, mengajak umat untuk mengarahkan diri pada penghayatan kepada Rasul Paulus kepada umat di Korintus Rasul dalam Bacaan Injil di mana Paulus mengungkapkan imannya.
“Perancang utama gereja itu adalah Allah sendiri. Manusia mengambil bagian untuk membangunya. Masing-masing punya tanggungjawab untuk membangun itu. Allah merancang dan setiap orang mempertanggungjawabkanya,” kata Pastor Hendro Nahak.
Pastor Hendro Nahak juga mengapresiasi semangat umat dalam kehidupan sosial dan kehidupan menggereja. Contoh nyata terlihat saat rencana pembangunan gereja baru ini. Misalnya, awal dibentuk panitia rehabilitasi gereja lama, tetapi dalam perjalanan mengingat berbagai pertimbangan maka muncul dalam rapat bersama dan salah satunya membangun gedung baru mengingat gedung gereja lama sudah dimakan usia. Sehingga kembali direncanakan untuk membangun gedung gereja baru.
Ketua Panitia Pembangunan Gereja Santa Maria Immakulata Mowanemani Piter Patanduk menyampaikan, sejak dibentuk kepanitiaan pada 27 Oktober 2019 awalnya dipertimbangkan untuk direhab. Namun, seiring berjalannya waktu dan melalui berbagai pertimbangan matang panitia memutuskan untuk membangun gedung gereja baru.
“Karena itu pada 10 April 2020, Pastor Paroki Santa Maria Immakulata Mowanemani mengeluarkan Surat Keputusan Kepanitiaan Pembangunan Gereja. Panitia sebelumnya untuk rehab diubah menjadi panitia pembangunan gereja baru,” kata Piter Patanduk.
Menurut Piter, guna memulai membiayai kegiatan pembangunan gedung baru itu, umat secara swadaya dan bergotong-royong mengumpulkan satu dua rupiah melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan. Selain itu, umat di setiap komunitas basis atau kombas juga menerima dengan senang hati partisipasi mereka guna ikut bekerja keras merampungkan pembangunan fisik gereja.
“Sebagai langkah awal untuk merealisasikan pembangunan gereja baru bersama panitia, dewan paroki gereja dan umat telah dibebankan kepada umat di enam kring, masing-masing Rp. 150.000.000 sehingga modal awal yang terkumpul dari swadaya umat sebesar Rp. 900.000.000 dan bantuan Bapak Bupati Kabupaten Dogiyai Yakobus Dumupa, SIP. MIP untuk rehap Rp. 1,3 miliar. Jadi modal awal pembangunan gedung gereja baru sebsar Rp. 2.2 miliar,” kata Piter lebih lanjut.
Menurut Piter, gedung dua lantai berukuran 40 x 60 meter itu mampu menampung umat sebanyak 1000 orang. Lantai pertama mampu menampung 800 orang. Sedangkan lantai dua sebanyak 200 orang. Total biaya pembangunan sebesar Rp 17 miliar. Gereja Santa Maria Immakulata Mowanemani berada di Mowanemani, jantung kota Kabupaten Dogiyai. Gereja Katolik ini akan menjadi gereja yang megah di jantung kota dan menyapa umat dari beragam denominasi gereja di kota itu.
Gereja Santa Maria Immakulata Mowanemani berada di pusat kota Kabupaten Dogiyai sehingga gedung gereja yang megah ini akan menjadi icon, role model pembangunan sekaligus memperindah wajah Mowanemani. Gereja ini bukan hanya akan menjadi simbol kebanggaan umat paroki tetapi akan menjadi symbol keberadaan umat kristiani di lembah Kamuu.
“Gereja ini menjadi kebanggaan kita semua. Karena itu, kami panitia tidak bisa berbuat apa-apa tanpa dukunagan umat dan para donator. Bagi bapa, ibu, orangtua, dan saudara serta saudari sekalian yang hendak mengulurkan tangan membantu, panitia menyampaikan terimakasih. Semoga Tuhan memberkati setiap usaha dan karya kita dalam hidup,” kata Piter. (Isodorus Tebai/Odiyaiwuu.com)