Natal dan Postmodernisme - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Natal dan Postmodernisme

Ben Senang Galus

Loading

Oleh Ben Senang Galus

Penulis buku Post Modernisme dan Sketsa Hibriditas;

Tinggal di Yogyakarta.

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (Yesaya  9:1)

UNTUK mendefinisikan apakah postmodern itu, sangatlah tepat bila saya mengutip pernyataan dari Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900) dikenal sebagai nabi dari postmedernisme. Dia adalah suara pionir yang menentang rasionalitas, moralitas tradisional, objectivitas, dan pemikiran-pemikiran Kristen pada umumnya. Nietzsche mengatakan, “Ada banyak macam mata. Bahkan Sphinx juga memiliki mata; dan oleh sebab itu ada banyak macam kebenaran, dan oleh sebab itu tidak ada kebenaran.”

Pandangan Nietzsche ini diperjelas oleh C.S. Lewis ketika ia berkata, “My good is my good, and your good is your good”  (kebaikanku adalah kebaikanku, dan kebaikanmu adalah kebaikanmu. Jadi di sini tidak ada standar absolut tentang benar atau salah dalam postmodern. Mungkin Anda juga pernah mendengar orang berkata, “Mungkin itu benar bagimu, tetapi tidak bagiku” atau “Itu adalah apa yang kamu rasa benar.” Kebenaran, bagi generasi postmodern adalah relatif, tidak absolut.

Jika pada masa modern, manusia mengingkari agama oleh karena pengaruh rasionalitas, namun pada masa postmodern ini manusia mengingkari agama dengan irrasionalitas. Pada postmodern ini bermunculan agama-agama baru buatan manusia yang merupakan hasil sinkritisme dan pluralisme. Tidak ada kebenaran absolut dalam agama apapun atau mungkin bahkan dalam kitab suci apapun, yang ada adalah kebenaran relatif, kebenaran menurut masing-masing yang memAndangnya, sehingga manusia di sini sebagai hakim penentu kebenaran, dan bukan Tuhan yang menjadi penentu kebenaran melalui Kitab Suci yang diwahyukannya.

Kita Berada dalam Kegelapan Postmodern

Teolog Amerika Serikat Dr Martyn Lloyd-Jones dalam bukunya Revival, Crossway Books (1987) mengatakan, ”Jika Anda membaca sejarah gereja sebelum kira-kira tahun 1830 atau 1840, Anda akan menemukan bahwa di banyak negara ada  kebangunan kembali agama hampir setiap sepuluh tahun sekali atau kira-kira segitulah. Namun belum pernah terjadi lagi yang seperti ini. Hanya pernah terjadi satu kebangunan rohani utama sejak tahun 1859. Oh, kita melintasi periode yang tandus…”

Martyn melanjutkan, ”kita telah melewati satu dari periode-periode yang paling tandus dalam sepanjang sejarah Gereja ini. Kita telah menjadi seperti anak bungsu yang durhaka yang berada di negeri yang jauh, menghabiskan waktu kita di peternakan babi dan tidak makan apa-apa selain ampas makanan babi. Ya, kita telah berada dalam perbudakan, telah berada dalam ketakutan, kita telah menderita penganiayaan dan caci-maki, dan itu masih berlangsung sekarang ini. Kita masih ada di padang gurun. Jangan percaya apapun yang mengatakan bahwa kita tidak sedang mengalami semua itu. Gereja sedang ada di padang gurun… Gereja Kristen masih sangat sakit, namun begitu percaya diri bergantung pada dirinya sendiri, begitu yakin bahwa ia hanya perlu mengorganisir dengan cara yang lain, beberapa usaha lebih lanjut.”

Senada dengan Martyn, teolog Eropa Barat Dr RL Hymers, Jr mengatakan, ”di satu sisi, kita melihat banyak gereja berkata bahwa mereka mengutamakan Roh Kudus, menekankan perasaan emosional, menekankan apa yang disebut ’doa penyembahan’ dan semua bentuk doktrin palsu yang diserukan. Dan di sisi lain, kita melihat penekanan doktrin dan studi Alkitab.  Doktrin demi doktrin. Studi kitab demi kitab, telah mempelajarinya namun tidak pernah dapat sampai pada realitas, tidak pernah dapat sampai pada pengenalan pribadi akan kebenaran, tidak pernah melihat kebangunan rohani, mempertahankan teologi Revival, namun tidak pernah mengalami revival (kebangunan rohani) itu sendiri!

Ia melanjutkan, ”Hanya teologi sekering debu, diajar namun tidak menanggap!  Belajar namun tidak membakar! Mengajar (teaching) namun tidak berkhotbah (preaching)! Memberikan informasi (informing) namun tidak mempertobatkan (converting)! Dan di sisi lain kita juga melihat pengagungan metodologi. Kita diberi tahu bahwa hanya dengan memiliki metode yang benar, misalnya pertumbuhan mereka melalui menarik banyak orang untuk datang dengan manipulasi sosiologikal purpose-driven, didorong dengan kekuatan musik rock, penekanan psikologi tentang possibility thinking, atau positive thinking, mungkin akan memenuhi kebutuhan kita. Namun dengan berat hati, saya boleh mengakui, bahwa apa yang disampaikan Dr Lloyd-Jones, bahwa, ’kita masih ada di padang gurun’”.

Saya yakin bahwa apa yang diungkapkan oleh kedua teolog di atas merupakan kebenaran yang juga kita alami di tengah-tengah bangsa kita. Kita sedang berada di tengah bangsa yang berada dalam kegelapan dan tinggal dalam negeri kekelaman. Di era Postmodern ini manusia melakukan apa yang menurut mereka masing-masing benar, dan yang salahpun bisa menjadi benar sedangkan yang benar menjadi salah. Jangan pernah berpikir bahwa Kekeristenan Indonesia saat ini sedang mengalami kebangunan rohani. Saya setuju apa yang dikatakan oleh Dr. Martyn Lloyd-Jones bahwa gereja-gereja “kita melintasi periode yang tandus”.

Banyak tokoh besar telah menghilangkan penekanan Kristus dan Natal. Akankah kelompok Kristen musiman (sekuler) menang dan menghilangkan semua penekanan tentang Yesus di Indonesia? Saya pikir mereka mungkin akan menang. Saya pikir ada saatnya mereka bahkan akan masuk ke dalam gereja-gereja dan berusaha untuk mengatur orang Kristen sejati tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka khotbahkan. Saya percaya bahwa kegelapan yang teramat gelap sedang melAnda negeri kita saat ini. Tetapi ingatlah, tatkala malam semakin gelap, terang bercahaya makin terang!

Pada jaman postmodern ini begitu gelap di Hari Natal. Kata “Natal” telah dihilangkan dari semua iklan oleh para humanis Kristen sekuler. Di banyak tempat kerja dan sekolah anak-anak muda kita diberitahu bahwa berbahaya jika mereka bahkan hanya sekedar mengucapkan ’Selamat Natal’ di tempat kerja mereka. Akankah Kekristenan akan mati di di negeri ini? Saya tidak berpikir demikian. Saya percaya bahwa Tuhan akan menggerakan kembali, dan Kekristenan akan bangkit kembali, bangkit dari kematian!

Kita harus bangkit dan memberitakan Kristus kepada setiap orang –dan kita tidak boleh takut dan mengalah untuk diam! Kita tidak boleh tunduk pada kaki emas materialisme, drugs, aborsi, kemaksiatan, dan cinta uang.” Saya percaya bahwa generasi muda kristen dapat bangkit di tengah kegelapan dan berkata, “Kami tidak ingin kepalsuanmu, cara hidup materialistik yang mengabaikan Tuhan, kami ingin Yesus Kristus!”

Kekristenan di Indonesia sebenarnya tidak lebih baik dari Kekristenan di Amerika, Inggris dan Kontinen Eropa. Satu fakta yang tidak dapat disangkal bahwa manusia sudah rusak total (total depravity). Siapapun Anda yang menolak doktrin ini, berarti Anda sedang menganggap diri Anda benar, atau paling tidak masih ada sedikit kebaikan atau kebenaran dalam diri Anda. Dan tentunya Anda yang mengadopsi konsep yang demikian Anda berpikir bahwa jikalau Anda diselamatkan oleh Kristus, itu bukan sepenuhnya pekerjaan Kristus, namun Anda juga memiliki andil dalam keselamatan Anda, yaitu kebenaran Anda sendiri. Dan dengan demikian berarti Anda telah berada dalam konsep postmodern, bahwa kebenaran ada pada diri Anda, bukan pada Allah dan Firman-Nya. Namun Alkitab memberikan deskripsi yang jelas tentang kondisi manusia termasuk Anda.

“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak” (Roma 3:10-12).

Perikop di atas menunjukkan gambaran dari kondisi zaman postmodern ini dan sekaligus menegaskan kebenaran doktrin total depravity. Maksud dari doktrin total depravity ini sebenarnya sudah sangat jelas ditunjukkan dalam Kejadian 6:5 dan Roma 3:10-12 bahwa segala kecenderungan hati dan pikiran manusia semata-mata adalah untuk kejahatan dari pada berbuat baik. Bukankah ini adalah fakta dalam kehidupan Anda di kota metropolitan? Bagaimana Anda dapat menyangkal kebenaran ini?

Seorang teolog Puritan, Asahel Nettleton, dalam  bukunya, Asahel Nettleton: Sermons From Second Great Awakening (2005) membuktikan kebenaran doktrin total depravity dengan empat alasan. Pertama, banyak ayat Alkitab menegaskan bahwa manusia telah mengalami total depravity, yaitu bahwa segala kecenderungan hati dan pikirannya membuahkan kejahatan.

Kedua, doktrin kelahiran baru membuktikan kebenaran dari doktrin total depravity, karena jika manusia masih belum rusak total mengapa perlu dilahirkan kembali, diciptakan kembali menjadi ciptaan baru, yang kalau dalam bahasa aslinya ktisis menunjukkan bukan ciptaan baru yang dibangun di atas manusia lama, namun benar-benar baru. Ketiga, pembedaan penggunaan istilah orang kudus (saints) dan orang berdosa (sinners) dalam Alkitab menunjukkan kebenaran doktrin ini.

Keempat, pengalaman Anda pada waktu menyadari diri Anda adalah orang yang berdosa dan harus bertobat menunjukkan kebenaran doktrin ini. Ingatlah pada saat kita insaf dari dosa-dosa, kita mengakui di hadapan Tuhan bahwa kita adalah orang berdosa dan tak ada satupun kebenaran dalam diri kita dalam pemAndangan Tuhan. Pengalaman kita itu adalah bukti dari kebenaran doktrin total depravity.  Dan kondisi manusia yang telah rusak total inilah yang mengkharakteristik dari kehidupan di apostmodern ini.

Jadi jelas sekali bahwa saat ini kita berada di tengah bangsa yang berjalan dalam kegelapan. Kita hidup dan diam di negeri kekelaman. Ini mengingatkan kita pada waktu dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kejadian 6:5), awan gelap murka Allah disertai petir dan halilintar yang dahsyat sedang bergayut di atas semua manusia di bumi –kecuali Nuh dan keluarganya yang memperoleh kasih karunia dari Tuhan– sebelum akhirnya dunia ditenggelamkan dengan air bah.

Natal: Terang yang Menyinari Kegelapan Postmodern

Salah satu sub judul buku Asahel Nettleton, Sermons From Second Great Awakening adalah Profession Christians, Awake! menyerukan kepada orang-orang Kristen KTP untuk segera bangun. Dan salah satu alasannya adalah, karena terang Injil, Kristus yang adalah terang dunia telah bersinar dengan terangnya. Cukuplah tidur Anda, karena hari sudah pagi. Fajar sudah bersinar di ufuk timur. Terang dunia telah datang untuk menyinari dunia. Oleh sebab itu, janganlah bermalas-malas, bangunlah sebelum Anda terbangun di dalam kegelapan yang lebih pekat, lebih dahsyat dari kegelapan dunia ini, kegelapan bangsa kita ini, yaitu kegelapan neraka”.

Potret Yesus adalah terang di atas gelap. Seperti Rembrandt yang pelukis brilian dan tersohor yang semua lukisannya menggunakan cat warna terang dengan background atau dasar warna gelap, demikian jugalah potret Yesus Tuhan kita. Ia selalu tampil sebagai terang dengan latar belakang gelap.

Ketika pada malam kelahiran-Nya, Injil mencatat, “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka” (Lukas 2:8-9). Dan pada Perjamuan Malam sebelum Ia disalibkan, Ia makan roti dan minum anggur bersama Yudas yang telah berkonspirasi dengan para pemimpin Yahudi untuk menyerahkan Yesus. Yesus yang adalah terang dikontraskan dengan Yudas sang pengkhianat, bayangan hitam dari protret Yesus.

Mengapa potret Yesus adalah terang di atas gelap, karena kedatangan terang adalah untuk mengusir kegelapan. Jika dunia ini berjalan dalam terang maka sang Terang, Yesus tidak perlu turun ke dunia. Ia turun ke dunia justru karena kepekatan dan kegelapan dunia semakin kelam dan Ia datang untuk menerangi dunia. Inilah sesungguhnya esensi dari Kekristenan kita, yaitu terang Kristus menghancurkan seluruh kegelapan, “kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka.”

Itulah yang terjadi di wilayah Romawi, ketika Kristus lahir. Banyak orang menjadi budak. Orang-orang pada umumnya tidak memiliki pengharapan. Kemudian Kristus lahir, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan.”” (Yohanes 1:5). Orang banyak berduyun-duyun datang kepada terang. Kekristenan menyebar cepat sekali ke seluruh wilayah Romawi, dan bahkan keluar wilayah Romawi. Tatkala malam semakin gelap, sinar bercahaya makin terang!

Itu jugalah yang terjadi di Israel. Tidak ada lagi nabi di Israel untuk kurun waktu selama empat ratus tahun. Yudaisme menjadi kuat hanya dalam ritual keagamaan belaka. Tidak ada pribadi yang dapat berbicara dengan Tuhan. Manusia meraba-raba melalui berbagai macam upacara keagamaan.

Kegelapan telah menimpa. Kemudian “terang itu bercahaya di dalam kegelapan”! Tabir Bait Suci terbelah menjadi dua ketika Kristus mati di kayu salib. Kristus bangkit dari kematian, dan kegelapan tidak berkuasa atas terang! Tatkala malam semakin gelap, sinar bercahaya makin terang!

Itu jugalah yang terjadi pada Abad-abad Pertengahan. Kita menyebutnya dengan periode “Abad-Abad Kegelapan,” dan kita memiliki alasan untuk menyebutnya demikian. Kekristenan telah membusuk. Tetapi, lagi,  kemudian “terang itu bercahaya di dalam kegelapan,”

Lagi, pada abad ke delapan belas, kegelapan menyelimuti dunia kembali. Gereja-gereja mengkhotbahkan moralitas yang kering. Kondisi ini memimpin para pemikir dan banyak pengkhotbah jatuh ke dalam kebutaan Deisme. Tuhan dianggap tidak nyata dan kejam. Tetapi, lagi, “terang bercahaya di dalam kegelapan.”

Pada tahun 1949 para misionaris diusir dari China. Komunis memerintah China. Gereja-gereja ditutup. Pemerintah komunis menyita semua Alkitab yang mereka miliki dan membakarnya di perapian. Komunis menyebut Kekristenan sebagai, “The white man’s religion”. Selama lima puluh tahun komunis melakukan kekejaman mereka untuk membasmi Kekristenan sejati di China. Tetapi kemudian suatu keajaiban mulai terjadi. Rakyat China mulai lapar dan haus akan Yesus Kristus. Banyak pendeta China yang setia dimasukkan ke dalam penjara. Banyak yang disiksa. Ratusan orang dibunuh oleh komunis karena memberitakan iman Kristen.

Banyak orang di barat berpikir bahwa Kekristenan menyebar ke seluruh dunia. Tetapi pada umumnya orang masih lapar akan kebenaran di dalam Kristus. Puluhan ribu orang membentuk kelompok-kelompok kecil dan membentuk gerakan “gereja rumah”. Mereka menghadiri pertemuan ibadah ini dengan sembunyi-sembunyi. Namun gerakan Kristen sejati ini  bertumbuh pesat di sepanjang dekade ini. Pada akhirnya, pada tahun 1980-an, Kekristenan benar-benar meletus di China.

Dr Hymers pernah mengatakan bahwa ada lebih dari 1,000 orang bertobat kepada  Kristus di China setiap jamnya dalam dua puluh empat jam sehari, dan dalam tujuh hari seminggu. Kebangunan Rohani pernah terjadi di China –kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Kebangunan rohani di antara orang-orang Hmong di Asia Tenggara adalah salah satu yang tak terduga, dan ini merupakan kebangunan rohani yang benar-benar agung di zaman kita ini.

Di tengah intensitas penganiayaan yang kejam, orang-orang Asia mengalami kebenaran dan kebangkitan Kekristenan Alkitabiah yang hampir tidak bisa dipercaya –di tengah-tengah agresi dan penganiayaan komunis dan penganiaya lainnya. Ini adalah pekerjaan Tuhan, dan ini sungguh agung dalam pemandangan kita. Lagi, Tatkala malam semakin gelap, sinar  Kristus bercahaya makin terang di negara-negara Dunia Ketiga ini seperti di China dan Asia. Ini jugalah yang sedang terjadi di India, di mana ada begitu banyak orang India dari kasta yang sering disebut “paria” sedang membanjiri gereja-gereja.

Mereka tidak ingin menjadi orang-orang yang terbuang dari masyarakat atau “terkucil/paria” dan ribuan dari mereka telah menemukan bahwa Allah di dalam Kristus sajalah yang dapat memberikan kebebasan kepada mereka dari dosa dan memberikan kepada mereka kehidupan yang kekal. Benar inilah yang dapat dikatakan tentang mereka –malam makin gelap, terang Kristus bercahaya makin terang di antara mereka. Segala pujian hanya bagi Tuhan untuk curahan-curahan anugerah yang tak terkatakan dan tiada taranya di ladang yang gelap dan penuh dengan berhala ini.

Semua contoh dalam sejarah ini, dan di seluruh dunia pada zaman ini, menunjukkan bahwa Kristus menang atas maut. Kristus hidup –dan Ia mencurahkan anugerah keselamatan kepada jutaan orang di negara-negara Dunia Ketiga. Kristus tidak di sini! Ia telah bangkit seperti yang pernah Ia katakan! Dan Kristus telah bangkit memberikan orang-orang ini sesuatu yang mereka tidak mungkin temukan dalam gelapnya Komunis dan penganiaya. Kristus memberikan pengharapan!

Komunis dan agama buatan manusia tidak dapat memberikan pengharapan kepada mereka. Kristus mengampuni dosa mereka dan memberikan Hidup yang kekal. Komunis tidak dapat memberikan pengampunan dosa. Komunis tidak dapat menghancurkan penjara dosa dan membebaskan dari dosa. Tetapi Kristus telah bangkit dari kematian. Dan Kristus dapat dan memberikan hidup kepada mereka dari perbudakan tanpa pengharapan dari Partai Komunis, atau belenggu penganiaya!

Menutup tulisan ini saya menantang Anda, apakah Anda telah sungguh-sungguh menerima Terang itu? Apakah Anda sudah bertobat dan diselamatkan? Apakah Anda sudah keluar dari gelapnya dunia ini dan masuk ke dalam terang Kristus Tuhan kita? Itulah yang patut kita renungkan sebagai perenungan Natal tahun ini. Dan kepada generasi muda katolik saya bertanya, apakah Anda sadar bahwa kita sedang berada dalam gelapnya postmodern? Apakah Anda yakin bahwa di tengah kegelapan akan selalu terbit terang?

Yesus berkata, “Aku adalah Terang dunia” dan Ia juga berkata, “Kamu adalah terang dunia.” Apakah Anda bersedia dipakai di tangan-Nya untuk menerangi dunia, bangsa ini, bahkan Kekristenan zaman ini yang menurut Hank Hanegraaff (2006) telah masuk ke dalam Great Apostasy atau kesesatan agung? Mari kita berjuang! Ingatlah Kegelapan tidak selamanya berkuasa, karena terang akan mengalahkannya. Jangan berkecil hati oleh karena kita diam di tengah kegelapan zaman postmodern.

Tinggalkan Komentar Anda :