Menjadikan Membaca Sebagai Kebutuhan di Tanah Papua - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Menjadikan Membaca Sebagai Kebutuhan di Tanah Papua

Albertina You, S.Si, ASN Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah. Foto: Istimewa

Loading

Oleh Albertina You, S.Si

ASN Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah 

TEMPO doeloe, saat berada di depan kelas para guru selalu mengingatkan frasa klasik ini: ‘membaca adalah jendela dunia’. Para murid juga disodorkan guru dengan motivasi inspiratif: ‘dengan membaca kita membuka jendela dunia’. Para murid tentu tercengang dengan kata-kata sang guru. 

Dalam hati dan batin para murid bisa saja segera muncul pertanyaan berkelebat; ‘darimana kami memperoleh sumber bacaan jika di tangan guru hanya satu eksemplar buku miliknya yang diperoleh dengan susah payah?’ Sedang buku adalah barang mahal yang sulit diakses murid. Ini gambaran kondisi tempo doeloe di saat akses murid terhadap sumber baca terbatas. Apalagi para siswa yang tinggal di kampung-kampung jauh dari kota-kota kabupaten atau provinsi bahkan kota negara yang menyediakan sumber baca memadai. 

Perkembangan teknologi dan informasi yang kian pesat menjadi juruselamat akses berbagai sumber baca bagi siswa, mahasiswa atau publik terutama di daerah-daerah yang belakangan disemat negara dengan istilah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Pertanyaannya, apakah semua daerah 3T seperti di tanah Papua misalnya, memiliki akses informasi terutama sumber baca dan sumber ajar di kalangan siswa? 

Tentu tidak demikian, Dalam konteks tanah Papua, masih banyak sekolah di pedalaman terpenjara keterisolasian khususnya memperoleh sumber baca berupa buku, koran, majalah atau jurnal. Pemerintah daerah, khususnya dinas dan instansi terkait senantiasa berusaha keras mengadakan bacaan-bacaan yang relevan demi meningkatkan kualitas anak didik di sekolah-sekolah yang masuk zona 3T. 

Begitu pula banyak komunitas literasi di daerah berjibaku mengkampanyekan pentingnya gerakan literasi sebagai sebuah tanggung jawab besar mencerdaskan generasi muda. Ini tentu merupakan sinyal baik meski masih sulit berkembang karena usaha mendatangkan buku dari kota ke daerah selalu berbiaya tinggi. Sedang mengharapkan sumber bacaan hadir melalui kemudahan jaringan internet adalah pekerjaan melelahkan karena sinyal lebih memilih puasa, timbul tenggelam. 

Kebutuhan penting

Mengapa perlu membaca? Pertanyaan ini bisa saja terasa aneh di telinga bila diarahkan kepada orang dewasa. Namun, bila ditujukan kepada para siswa yang berada di kampung-kampung semisal tanah Papua atau daerah-daerah dengan sematan 3T yang jauh dari akses telekomunikasi sangat penting. Paling kurang menurut penulis ada sejumlah jawaban standar. 

Pertama, membaca ibarat membuka jendela melihat dunia luar, membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita akan mendapatkan berbagai manfaat. Dari membaca kita dapat mengetahui aneka informasi terbaru yang berseliweran. Bila kita tidak punya waktu membaca dipastikan tidak ada hal baru yang diketahui. Dengan membaca aspek kekuatan, potensi diri terutama pengetahuan terawat baik. 

Kedua, dengan membaca seseorang segera memperoleh informasi, pengetahuan bahkan pengalaman baru. Ia (pembaca) juga segera masuk dalam ruang refleksi dan kontemplasi atas peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Dari kebiasaan membaca yang dilakukan secara rutin meski dalam durasi pendek kita dapat menambah wawasan dan khasana ilmu pengetahuan.

Ketiga, dengan membaca secara rutin apalagi dijadikan hobby, kesenangan dipastikan seperti seorang musafir yang merindukan oase di tengah padang gurun gersang yang didera rasa haus. Membaca juga membantu seseorang menjaga mental spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan terkait erat dengan kesehatan. Kebiasaan membaca yang baik membantu melatih otak sekaligus menjaga konsentrasi seseorang.

Keempat, membaca bukan pula sekadar menambah pengetahuan baru namun sekaligus membasuh jiwa. Bila seseorang membaca buku atau artikel koran, tabloid, majalah atau jurnal, misalnya, saat bersamaan menjadi ruang refleksi atas aneka peristiwa atau pengalaman manusia di sekitarnya bahkan komunitas masyarakat di belahan dunia lainnya.

Kelima, dengan membaca seseorang juga segera memiliki ruang memahami informasi dari penulis yang tertera dalam teks bacaan. Dari sana si pembaca serta merta dibantu mengembangkan dan mengasah aspek intelektualnya. Bagi kaum cerdik pandai, hasil membaca bisa berpeluang melahirkan pendapat melalui karya tulis berdasarkan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki.

Testimoni Jokowi

Ihwal membaca mengingatkan penulis terkait perjumpaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bersua dengan ratusan anak SD dan SMP di Istana Kepresidenan dalam rangka Hari Buku Nasional 2017. Kala itu, Jokowi menggalakkan kegiatan gemar membaca dengan cara mendongeng kepada anak-anak tersebut.

Di hadapan ratusan anak-anak Indonesia yang datang dari berbagai penjuru negeri, ia mendongeng cerita Lutung Kasarung di hadapan anak-anak di halaman antara Istana Merdeka dan Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/5/2017). 

Jokowi tentu ingin menyampaikan pesan arti penting membaca. Selain itu, kepala negara juga mengingatkan bahwa banyak cerita dongeng di daerah-daerah yang sarat pesan arti kehidupan sosial sehingga perlu dirawat dengan baik.

“Betapa beragamnya dari sisi suku kita, agama kita, budaya kita yang melahirkan cerita seperti yang saya sampaikan Lutung Kasarung, Malin Kundang, Sangkuriang, Roro Jonggrang, Raja Ampat. Selain itu, masih banyak lagi, sehingga minat baca anak lebih baik lagi,” ujar Jokowi. 

Karena itu, kepala negara juga meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy agar buku cerita nusantara disebarkan kepada anak anak sejak dini. Dengan demikian, nilai moral, etika, kesantunan, kejujuran, dan keberanian ada di anak-anak Indonesia bertolak cerita-cerita daerah khas Indonesia. Namun, apakah berbagai buku cerita atau buku-buku lainnya sudah menyebar ke daerah-daerah terpencil seperti tanah Papua, wallahualam. Jokowi mengingatkan soal janjinya kepada pegiat literasi dan minat baca. 

“Setiap bulan nanti ada satu hari kita bisa mengirimkan buku ke pelosok tanah Air lewat kantor pos tanggal 17 dan itu digratiskan. Tapi bulan ini tanggal 20, karena itu Hari Kebangkitan Nasional dan setiap bulan berikutnya tanggal 17. Kita harapkan akan memperkuat minat baca anak-anak kita, karena buku sampai ke daerah itu bisa lebih murah,” kata Jokowi. 

Sekadar bertanya, “Bapak Presiden, melalui kementerian dan lembaga terkait, kapan buku-buku yang Bapak janjikan itu sampai ke pelosok Dogiyai, Papua Tengah atau daerah terpencil di seluruh tanah Papua?” 

Kalau Bapak mengaku hingga kini masih suka membaca, baik saat waktu luang di pesawat, di mobil bapak gunakan untuk membaca, semoga semangat itu menyebar ke sekolah-sekolah di tanah Papua yang tak banyak mengoleksi buku-buku sumber baca. Pastinya, anak-anak kami di pedalaman masih merindukan gebrakan Presiden Jokowi konkrit melalui kementerian dan lembaga terkait menyata, bukan utopia.

Tinggalkan Komentar Anda :