JAKARTA, ODIYAIWUU.com – Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal meninggal dunia di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/5), sekitar pukul 04.00 WIB. Jenazah Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Papua itu akan dibawa menuju Rumah Duka RS Gatot Subroto, Jakarta untuk disemayamkan di sana.
Frans Maniagasi, anggota Tim Asistensi Rancangan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua punya kesan dengan Almahrum Klemen Tinal. Anggota Tim Asistensi RUU yang sudah menjadi UU dan kini memasuki usia ke-21 tahun angkat bicara tentang sosok Klemen. Frans Maniagasi mengenang Almahrum Klemen Tinal sebagai sosok yang memiliki kecerdasan politik luar biasa dan seorang dermawan.
“Saya melihat ada tiga hal yang dimiliki Almahrum ade Klemen Tinal. Pertama, beliau memiliki political brain, pemikiran politik yang bagus. Kedua, beliau adalah orang yang praktis. Ketiga, paitua sosok dermawan yang tak tega melihat saudara dan saudarinya atau orang lain susah,” ujar Frans Maniagasi saat dihubungi Odiyaiwuu.com di Jakarta, Jumat (21/5) pagi.
Sikap kedermawanan Klemen Tinal, jelas Maniagasi, bertolak dari didikan kedua orangtuanya di Beoga, Mimika. Klemen juga lama bekerja di PT Freeport Indonesia sebelum akhirnya meminta untuk resign, berhenti sendiri dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan itu.
“Almahrum Klemen Tinal memiliki fighting spirit, semangat bertarung atau semangat berjuang yang besar. Saya melihat, ia mau menunjukkan diri sebagai anak kampung dari Suku Damal, gabungan suku Dani dan Amungme yang memiliki semangat juang tinggi bekerja keras agar kelak sukses dan mandiri. Hal itu ia buktikan dari perjalanan pengabdiannya sebagai Bupati Mimika dua periode, wakil gubernur dan pengurus pusat Partai Golkar,” ujar Maniagasi.
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Herman Hayong mengenang Almahrum Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal sebagai politisi dan pemimpin yang kalem. Klemen Tinal juga memiliki kekhasan dalam dirinya, di mana ia tak mau ikut campur dengan urusan orang lain.
“Dalam beberapa kali perjumpaan berdua dan di berbagai kegiatan organisasi, saya melihat pace Klemen seorang pribadi yang kalem. Beliau juga sosok seorang pemimpin dan politisi santun. Beliau tak ambil pusing dengan urusan orang lain. Klemen memiliki solidaritas, persahabatan luar biasa. Beliau selalu menjaga persahabatan dengan orang yang pernah ia jumpai. Beliau juga tipikal pemimpin yang tak mau menyakiti orang lain,” ujar Herman Hayong kepada Odiyaiwuu.com saat dihubungi melalui sambungan telepon Jumat (21/5) pagi.
Herman Hayong, politisi asal Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pernah menjabat Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar yang membawai juga urusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar di wilayah timur Indonesia, termasuk Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Provinsi Papua.
Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal lahir di kampung Beoga, Mimika pada 23 Agustus 1970. Klemen menikah dengan Yolanda Tinal dan dikaruniai tiga anak yaitu Lidia Natalia Tinal, William Tinal. dan Daud Salomon Tinal.
Klemen menempuh pendidikan dasar tahun 1976-1982 di Sekolah Dasar Negeri YPJ Tembagapura. Ia kemudian masuk SMP Negeri YPJ Tembagapura tahun 1982-1985. Selepas itu ia menuju Bandung, Jawa Barat dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bandung tahun 1985-1988. Klemen merampungkan studi Strata 1 (S-1) di Universitas Surapati dan lulus tahun 2003. Studi magisternya (S2) ia selesaikan di Universitas Cenderawasih (Uncen) Papua.
Perjalanan karier dan organisasi Klemen Tinal terbilang panjang. Tahun 1993, ia menjabat Administrative Supervisor PT. Freeport Indonesia, anak usaha raksasa tambang dunia Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, yang berbasis di Poenix, Arizona, Amerika Serikat.
Usai resign dari Freeport Indonesia, ia maju dan terpilih sebagai Bupati Mimika dua periode yaitu periode tahun 2002–2006 dan 2008–2013. Kemudian, pada hajatan politik Pilgub Papua, Kemen Tinal terpilih sebagai Wakil Gubernur mendampingi Gubernur Lukas Enembe tahun 2013–2018.
“Sebagai seorang pemuda yang lahir di kampung, ada unsur big man dalam diri Klemen Tinal. Dari aspek antropologi, unsur big man, kepala suku yang memiliki fighting spirit yang kuat untuk bermimpi meraih sukses. Meski sudah sukses belau tetaplah seorang sosok dermawan, tak tega melihat orang lain atau saudaranya susah,” ujar Frans Maniagasi.
Tak ayal, pada periode tahun 1997–2001, Klemen Tinal didapuk sebagai Ketua Pemuda Pancasila Provinsi Irian Jaya. Lalu pada periode 2003–2010, ia menjabat Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Golongan Karya (Golkar) Mimika lalu melenggang menjadi Wakil Gubernur Papua mendampingi Gubernur Lukas Enembe. “Sejak tahun 2013 hingga kini, paitua Klemen dipercaya sebagai Ketua DPD Partai Golkar Papua sekaligus Koordinator Wilayah Papua DPP Partai Golkar.
“Papua sungguh kehilangan sosok Klemen Tinal. Di saat tanah Papua tengah membutuhkan tipikal pemimpin seperti Klemen Tinal, Tuhan memiliki rencana indah yang tak akan pernah ditawar. Paitua Klemen menghadap Tete Manis (Tuhan) dalam sukacita sebagai seorang pengikut Kristus yang setia dan rendah hati,” kata Maniagasi.
Sekretaris Daerah Papua Dance Yulian Flassy menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya Klemen Tinal. Tanah Papua kehilangan salah satu putra terbaiknya. “Seluruh aparatur sipil negara dan masyarakat Papua berduka atas berpulangnya bapak Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal,” kata Sekda Dance Yulian Flassy.
Selamat jalan, paitua Klemen Tinal. Bahagia di Surga. Pengabdianmu pada negeri, terutama tanah Papua adalah warisan terindah. Terima kasih. Wa, wa, wa. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)