Oleh Helga Maria Udam
Warga Grime Nawa, tinggal di Kampung Sawoi, Distrik Kemtuk Gresi, Kabupaten Jayapura, Papua
PEMBANGUNAN bukan semata urusan pemerintah atau pemimpin di atas. Pembangunan adalah tanggung jawab kita semua—warga biasa, tokoh masyarakat, orang muda, dan orang tua. Di Grime Nawa, Kabupaten Jayapura, kita tidak bisa terus berharap dari luar. Kalau kita ingin kampung, distrik, dan wilayah kita maju, maka langkah pertama harus dimulai dari diri kita sendiri. Kitalah yang paling tahu apa yang dibutuhkan dan bisa dilakukan untuk memperbaiki kehidupan kita sehari-hari.
Grime Nawa memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Namun kekayaan itu akan sia-sia kalau tidak kita kelola dan manfaatkan dengan baik. Pembangunan tidak akan datang begitu saja kalau kita hanya menunggu atau mengeluh. Perubahan besar selalu dimulai dari perubahan kecil dalam cara berpikir dan bertindak. Artinya, membangun Grime Nawa harus dimulai dengan membangun diri kita terlebih dahulu—menjadi pribadi yang jujur, rajin, peduli, dan bertanggung jawab.
Setelah diri pribadi, keluarga adalah tempat penting untuk memulai pembangunan. Di dalam keluargalah anak-anak diajarkan nilai kerja keras, kejujuran, dan kasih sayang. Jika setiap rumah tangga di Grime Nawa bisa mendidik anak-anaknya dengan baik, menciptakan suasana saling menghormati, dan mendorong semangat belajar, maka kita sudah membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan wilayah ini. Keluarga adalah sekolah pertama yang menentukan kualitas masyarakat.
Kemudian, peran komunitas sangat penting. Komunitas seperti gereja, kelompok pemuda, kelompok perempuan, sekolah, dan kelompok tani adalah wadah yang bisa mendorong pembangunan secara nyata. Kalau komunitas-komunitas ini aktif, terorganisir, dan saling bekerja sama, maka akan muncul kekuatan besar dari bawah. Setiap orang bisa menyumbang tenaga dan pikiran sesuai kemampuan masing-masing, tanpa harus menunggu bantuan dari luar.
Para pemimpin—baik formal seperti kepala kampung dan aparat distrik, maupun informal seperti tokoh adat dan tokoh agama—punya tanggung jawab lebih besar. Merekalah panutan. Merekalah yang harus menunjukkan contoh bagaimana membangun dengan hati, bukan hanya dengan kata-kata. Kepemimpinan yang tulus, adil, dan melayani akan membuka jalan bagi masyarakat untuk ikut terlibat dan merasa dihargai. Pemimpin sejati bukan yang paling tinggi suaranya, tapi yang paling konsisten tindakannya.
Setiap orang di Grime Nawa memiliki peran penting dalam pembangunan. Tidak peduli besar kecilnya jabatan, tua muda, laki-laki maupun perempuan—semua punya tanggung jawab. Karena itu, setiap orang harus rajin dan bertanggung jawab menjalankan tugasnya masing-masing. Seorang guru harus hadir mengajar tepat waktu dan menginspirasi muridnya. Seorang petani harus mengolah tanahnya dengan semangat dan ketekunan. Seorang pelayan gereja, kepala kampung, pemuda, ibu rumah tangga—semuanya harus bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Jangan ada yang lalai, jangan ada yang pura-pura sibuk. Jika semua orang tekun menjalankan tugasnya, maka pembangunan Grime Nawa akan bergerak maju secara nyata dan menyeluruh. Tidak ada pembangunan yang berhasil jika masih ada yang malas, menyerah, atau tidak peduli. Kita semua adalah tulang punggung pembangunan. Maka mari bangun Grime Nawa dimulai dari menjalankan tanggung jawab kita, hari demi hari, dengan semangat dan ketulusan.
Pembangunan yang kita bicarakan tidak hanya soal jalan, jembatan, atau gedung. Pembangunan menyangkut semua aspek kehidupan: pendidikan, kesehatan, ekonomi, budaya, lingkungan, bahkan ketenangan batin dan hidup rukun antarwarga. Setiap orang punya peran. Guru membangun dengan mengajar dengan sepenuh hati. Petani membangun dengan bekerja keras di ladang. Pemuda membangun dengan kreativitas dan semangat. Ibu-ibu membangun dengan menjaga keluarga tetap sehat dan harmonis. Semua ini adalah bentuk pembangunan yang sama pentingnya.
Kita harus ingat: Grime Nawa bukan daerah yang miskin. Kita punya tanah yang subur, sungai yang jernih, hutan yang luas, dan budaya yang kaya. Yang kita butuhkan adalah semangat untuk mengelola itu semua secara bijak dan bersama-sama. Jangan biarkan ego, iri hati, dan kemalasan menghambat kemajuan kita sendiri. Mari kita hidupkan kembali semangat gotong royong yang selama ini menjadi ciri masyarakat kita.
Mulai dari hal kecil. Membersihkan halaman rumah. Menjaga lingkungan tetap asri. Mengajak anak-anak sekolah tepat waktu. Menyapa tetangga dengan ramah. Hadir dalam rapat kampung dan menyampaikan pendapat secara baik. Semua tindakan sederhana ini, jika dilakukan terus-menerus oleh banyak orang, akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk mengubah wajah Grime Nawa.
Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk mulai. Kita tidak perlu menunggu bantuan besar. Karena perubahan itu selalu dimulai dari niat dan langkah pertama. Kalau semua orang Grime Nawa mengambil peran sesuai status, jabatan, dan tanggung jawab masing-masing, maka pembangunan yang merata, adil, dan berkelanjutan bisa benar-benar terwujud.
Grime Nawa bisa maju jika kita semua ikut ambil bagian. Tidak ada peran yang terlalu kecil dalam membangun. Yang penting adalah komitmen untuk mulai dari diri sendiri, memperbaiki keluarga, dan memperkuat komunitas. Dari kita, untuk Grime Nawa. Membangun bersama adalah satu-satunya jalan menuju masa depan yang lebih baik.