Oleh Paskalis Kossay
Kader Partai Golkar Papua
BELAKANGAN sejumlah tokoh senior Partai Golongan Karya (Golkar) melancarkan manuver terhadap kepemimpinan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Manuver itu mengarah pada Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) mendepak Airlangga dari kursi ketua umum.
Sinyal tersebut terbaca setelah Wakil Ketua Umum Ahmad Doli Kurnia menyebut, jajaran pengurus teras Golkar di tingkat nasional sudah mulai menanggung kerugian pasca membangun Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Koalisi itu, sebut Doli Kurnia, sudah dipersiapkan sejak awal melibatkan Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Doli menegaskan, sejak awal KIB dibangun bersama sudah muncul pandangan koalisi akan merugi karena tidak ada capres yang diusung.
Statemen Doli dibaca kalangan kader di daerah sebagai jembatan menuju Munaslub. Mengapa tafsir arah Munaslub Golkar terbaca? Ini bertolak dari pandangan Doli yang menyebut, saat membangun KIB ketiga partai anggota koalisi sudah bicara bukan hanya soal manfaat-mudarat tetapi juga pembangunan apa yang akan digagas untuk Indonesia ke depan.
Tak berlebihan Doli mewanti-wanti jika dikalkulasi perannya di koalisi Golkar bisa dikategorikan rugi lantaran PPP sudah mulai pindah ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P).
“Kalau mau bicara untung rugi, sekarang sudah mulai agak rugi-rugi karena PPP sudah mulai kabur. Jadi kita menunjukkan Golkar di KIB bukan bicara menang saja, tapi Indonesia ke depan seperti apa,” ujar Doli mengutip kompas.tv, Kamis (13/7).
Anomali
Saat ini situasi internal Partai Golkar anomali, tidak seperti biasanya, dan di luar kebiasaan. Isu Munaslub Golkar yang menerpa partai berlambang beringin ini menghebohkan dalam dinamika kepartaian di tubuh Golkar.
Sejumlah tokoh senior Golkar mulai membangkang terhadap kepemimpinan Airlangga. Mereka mendesak DPP Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga segera digelar Munaslub untuk mendepaknya dari posisi ketua umum.
Sejumlah alasan dan pertimbangan Munaslub dari para tokoh senior dapat dibaca sebagai berikut. Pertama, elektabilitas nama Airlangga Hartarto yang digadang-gadang masuk bursa calon presiden dari Golkar masih terpaut jauh di bawah nol koma persen.
Kedua, sebagai Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto belum berani menentukan sikap politik mendeklarasikan diri sebagai calon presiden. Ketiga, sikap politik yang ambigu, mendua dari Ketua Umum Partai Golkar Golkar akan menghambat perjalanan politik Partai Golkar dalam menghadapi dinamika politik yang begitu cepat dan masif sedang dihadapi di lapangan.
Bebagai alasan politis inilah menjadi alasan para senior Partai Golkar mendesak agar DPP Partai Golkar segera menggelar Munaslub sesegera mungkin. Alasan para senior partai ini jika dipahami masuk akal.
Sebab jika dibaca dengan baik elektabilitas partai dari berbagai lembaga survei menunjukkan Partai Golkar selalu berada di posisi ketiga bahkan keempat. Di sini dibutuhkan tokoh idola populis yang bisa mendonggrak elektabilitas Partai Golkar.
Memang agak sulit dalam waktu yang relatif singkat melahirkan tokoh yang populis sebagaimana diharapkan para tokoh senior Golkar itu. Perlu waktu yang cukup untuk diuji dan dibentuk karakter kepemimpinan seorang tokoh partai.
Karena itu desakan para senior juga bisa sinkron dengan realita kebutuhan saat ini. Waktu efektif menuju Pemilu 2024 tinggal 8 bulan. Secara matematis, waktu 8 bulan sangat pendek dan terdesak dari sisi pemantapan kesiapan melakoni semua agenda Pemilu 2024.
Karena itu maka desakan Munaslub dinilai tidak terlalu mendesak bagi kepentingan Partai Golkar. Namun, yang lebih mendesak saat ini adalah konsolidasi kader di semua lini untuk pemenangan Partai Golkar pada Pemilu 2024.
Oleh sebab itu, desakan Munaslub sebaiknya diabaikan. Seluruh kader Partai Golkar dituntut menyatukan energi dan berkonsentrasi penuh pada agenda-agenda pemenangan Pemilu. Para kader sebaiknya menghindari perdebatan yang kurang produktif dan merugikan Partai Golkar.
Desakan Munaslub sama dengan merongrong soliditas kekuatan partai dari dalam dan membuka gab awal kekalahan sebelum bertarung di arena Pemilu 2024. Para senior sebaiknya sadar, berpikir, dan bertindak ibarat guru partai.
Guru berperan membimbing dan mengarahkan kader muda nilai-nilai politik yang santun dan beradab agar eksistensi Partai Golkar tetap kuat, solid, dan diperhitungkan partai lain. Semoga.