Puisi Karya Lamberto Lalung Namang, SVD: Lewotobi, Sebuah Elegi - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Puisi Karya Lamberto Lalung Namang, SVD: Lewotobi, Sebuah Elegi

Pastor Lambert Lalung Namang, SVD. Foto: Istimewa

Loading

Lewotobi, Sebuah Elegi

(Buat semua warga lereng gunung Lewotobi)

 

(1)

 

Dari benua nan jauh tak terjangkau pandang

Aku telah datang menatapmu dekat

Baharui cinta ulangi setiaku padamu

Sungguh, kau tetap mengisi hati,

pikiran dan seluruh adaku

Bagiku, kaulah gunung pujaanku

sejak aku baru belajar mengangkat kepala membidik masa depan meraih hari esok

kendati basah di pipi keraguan di dada

Sejak saat itu kaulah yang membesarkan aku dengan air susu dan madu, berlimpah

Kebun dan ladang kami berdandankan padi dan jagung

bermahkotakan ubi dan pisang

Kelapa, kopi dan kakao pun kini lebat berbuah.

Di telapak tanganmu ada sorga.

Di bibirmu telah kami temukan Tanah Terjanji

Kebun kopi Misi Hokeng sedari dulu

limpah karyawan mencari upah

mengumpul rupiah biayai sekolah,

tenangkan tangis dan lapar anak

Tapi, siapa yang mau ke kebun Anggur-Nya?

 

(2)

 

Dari benua nun jauh tak tergapai tangan

Untuk sekian kalinya aku datang menjenguk

Merayakan Kurban-Nya Agung,

mengucap syukur perganda  “terima kasih”.

Terima kasih karena setiap kali engkau geram, 

asap dan abumu tidak kau biarkan melahap

dan membumi-hanguskan anak-anakmu sendiri

Melainkan agar bertambah suburlah cinta kita

walau jiwaku kadang berteriak cemas

memikirkan mereka-mereka yang panik lari

mengungsi menghindar amarahmu

 

(3)

 

Di tengah kemewahan hidup dan gemerlapnya dunia ini, sungguh mati!

Tak sedetikpun aku lupa akan dirimu.

Di masa mudaku, kaulah yang memacu aku untuk maju tabah pantang mundur,

terus mendaki hingga puncakmu menjulang

Meski kadang rasanya kuberjalan

hanya dengan sebelah kaki

Dari rahimmu itulah aku telah terlahir

sebagai imam Tuhan dan duta gereja

Di lereng dan lembahmu aku telah mencari ilmu,

perdalam pengetahuan dan kebijaksanaan

Hingga kini sejak hampir 21 tahun yang lalu aku telah menginjakkan kaki

di bagian ujung paling selatan Amerika.

Melintas benua melanggar lautan

Menyanyi lantang pantun para leluhur

dendang merdu kidung Sabda-Nya, menghidupkan

 

(4)

 

Lewotobi, dikau yang laki-laki dan perempuan

Seperti engkau tiada lagi yang lain

Tiada dwi-tunggal lainnya yang mampu

menandingi senimu bercinta

Pelukanmu berdua erat mesra satu padu

di depan cakrawala di hadapan laut dan pulau, mengajar aku untuk merangkul kuat kesucian

menggenggam semakin erat

kesetiaanku atas pilihan-Nya.

Meski untuk itu aku harus bekerja keras

lebih dari dua puluh empat jam sehari

di tengah pilihan lainnya yang juga menarik

 

(5)

 

Di benua yang jauh ini aku telah tiba kembali

Seandainya diperbolehkan menoleh ke belakang sambil membajak, maka hari ini juga ke sana aku ingin kembali lagi

Buat menabur dan menuai bagai dulu

Bersama mereka yang berlindung di telapak kakimu;

mereka yang dari antaranya

Aku telah dipilih-Nya, supaya mereka yang di sini pun bersatu.

Sesungguhnya aku belum puas

bersama dan di samping mereka:

Di atas bis dan motor laut. Di bawah pohon kemiri dan kakao

Di ladang padi dan di padang ilalang

Di sekeliling altar Tuhan setiap Hari Minggu. Di meja makan dan di rumah.

Di pantai dan di bawah terang rembulan

Di jalan setapak dan di terik matahari

Biar akupun semakin bersatu dengan mereka

 

(6)

 

Di benua yang terlampau jauh ini

Walau tanganku tak sampai,

Kau kupeluk setiap saat dalam doa dan rinduku

Meski sayap aku tak punya

Kau kugapai setiap hari dalam hati dan ingatanku.

Maka………………

Janganlah kiranya engkau geram lagi

terhadap mereka yang di sana,

yang juga sangat kucintai dan kurindukan

Bersama asapmu naik melangit

membubung ke sorga yang tinggi;

Atas nama mereka: lewotana dan para leluhur,

kaum keluarga dan para penghuni lerengmu

Kulambungkan syukur dan pujian

seantero jagat bagi Sang Pencipta.

Dia yang telah membentukmu sedemikian indah,

agung dan mempesona.

 

(7)

 

Lewotobi…….

Dikaulah gunungku

Simbol perjuangan cinta dan hidupku

Kepadamu aku sangat berhutang-budi

Kiranya kekal cintamu,

agar setiaku abadi!

Chile, 1 September 2011

Pastor Lamberto Lalung Namang, SVD lahir di Atawolo, Kecamatan Atadei, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Ia ditahbiskan sebagai imam di Hokeng, Flores Timur pada 15 Juni 1990. Ia tiba di Chile pada 12 Januari 1991 sebagai misionaris. Sejak di Chile, ia pertama kali menjadi Pastor Parroquia San José Obrero Chile, Oktober 2004–Februari 2005. 

Pastor Lamberto kemudian bertugas di selatan Chile sejak Februari 1995–April 1988. Ia juga menjadi Animator Misi SVD Chile di Santiago sejak April 1998–Februari 2002, Pastor Pembantu di Chile sejak Februari 2002–akhir 2003 lalu Pastor Parroquia San José Obrero Chile sejak Januari 2004–sekarang.

Selama di Chile, ia juga mengemban tugas sampingan gereja lokal sebagai Direktur Karya Kepausan dan sekaligus Ketua Komisi Misi tingkat Keuskupan sejak 2005 hingga saat ini. Pastor Lamberto kemudian diangkat oleh Uskup menjadi Pastor Pembimbing Marriage Encounter tingkat keuskupan sejak pertengahan 2006 hingga saat ini. Ia juga menjadi Pastor Pembimbing Legio Mariae tingkat keuskupan sejak 2004.

Selain itu, ia juga mengemban tugas sampingan di tingkat SVD sebagai Anggota Dewan Provinsi SVD Chile sejak 2005 hingga akhir 2007 dan Rektor Wilayah SVD Provinsi Chile sejak 2005 hingga akhir 2007. Kini, tinggal di Parroquia San José Obrero, Manuel Rodriguez, Población Granja, Chile. 

Tinggalkan Komentar Anda :