Oleh Oksianus Bukega
Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur, Abepura, Papua
TEMA kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia adalah faith (iman), fraternity (persaudaraan), dan compassion (bela rasa). Tiga kata yang tertera pada tema ini mengandung makna setara. Tema tersebut hendak menghubungkan dan menggambarkan kehidupan Paus Fransiskus, ajaran sosial gereja tentang perdamaian dan keberagaman hidup umat manusia di Indonesia.
Pemberitaan dan pemaknaan terhadap tema tersebut terjelma dalam agenda Paus Fransiskus di Indonesia. Kehidupan Paus Fransiskus dikisahkan sebagai seorang yang ‘hidup sederhana’. Ajaran sosial gereja tentang perdamaian, yang dipelajari dan dihidupinya tersampaikan —secara lisan maupun tertulis— dalam dan melalui berbagai sarana sehingga dengan mudah dapat didengar, dibaca dan dimaknai oleh beragam lapisan masyarakat manusia.
Umat manusia di Indonesia (teruntuk umat yang dipimpinnya) mengambil bagian dalam mengisahkan, memaknai, dan menghidupi sosok Paus Fransiskus dan ajarannya dalam dinamika dan keberagamannya.
Dinamika keberagaman masyarakat manusia di Indonesia yang diakui dan tersampaikan dalam pidato-pidato Paus Fransiskus dan dipertegas juga oleh pemerintah serta pemangku kepentingan di beberapa kesempatan pertemuan dalam rangka kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia ialah fakta yang tak dapat dibantah.
Dalam dinamika keberagaman umat manusia di Indonesia, nilai-nilai universal seperti persatuan, persaudaraan, toleransi, dan dialog perdamaian amat dibutuhkan untuk memelihara kebaikan bersama, bonum commune. Tujuan kebaikan bersama yang dilandasi oleh nilai-nilai universal selalu melampaui batas primordialisme dan fanatisme individual maupun komunal.
Karena itu, tugas dan tanggung jawab untuk memelihara dan menghidupi nilai-nilai universal itu ialah masyarakat manusia yang memiliki akal budi dan pikiran. Hanya manusia yang dilengkapi fasilitas akal budi dan pikiran oleh semesta-lah yang dapat menyanggupi dan mewujudnyatakan nilai-nilai universal dimaksud.
Fakta keberagaman umat manusia di Indonesia yang diakui dan tak dapat dibantah itu tidak luput dari lilitan beban dan dosa-dosa sosial yang mengiringinya. Bila kita kembali menyentuh sejarah panjang perjalanan hidup kita di Indonesia, maka ada banyak beban dan dosa sosial yang dilakukan oleh pendahulu kita dan penerus yang tidak lain adalah masyarakat manusia saat ini.
Kemiskinan sistemik, intoleransi antar umat beragama, konflik antarbangsa, korupsi, kolusi dan nepotisme struktural adalah beban dan dosa-dosa sosial yang amat bersahabat dalam dinamika hidup kita di Indonesia. Dalam lawatan Paus Fransiskus, satu pesan dari beragam pesan yang disampaikan dan ditinggalkan adalah ‘dialog perdamaian’.
Hidup berdamai adalah nilai fundamental dari hakikat hidup manusia. Supaya berdamai dengan beban dan dosa-dosa sosial maka ‘dialog perdamaian’ amat diperlukan. ‘Dialog perdamaian’ adalah satu pesan yang disampaikan dan ditinggalkan bagi kita di Indonesia. Perealisasiannya akan terlihat dan tercapai dalam kehidupan nyata kita di Indonesia. Karena itu, kita diajak untuk bertindak!