JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Pihak Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyebut sejumlah langkah konkrit meredam sejumlah konflik kekerasan yang kini masih melanda sejumlah wilayah di tanah Papua, terutama dari segi media.
Pihak KWI sudah mencoba mendekati berbagai pihak seperti para penulis buku untuk tidak memanas-manasi, tidak memprovokasi situasi tanah Papua tanpa menyembunyikan kebenaran.
“Kemarin ada tulisan Uskup (mengingatkan) terkait (memanas-manasi, memprovokasi situasi Papua) hal itu. Kalau seminggu orang tinggal di Papua, keluar (muncul) opini. Kalau sebulan (muncul) catatan-catatan dan kalau tinggal beberapa bulan keluarlah buku. Kalau tinggal bertahun-tahun, tidak bisa berkata apa-apa,” ujar Ketua KWI Mgr Antonius Subianto Bunjamin didampingi Sekretaris Jenderal Mgr Paskalis Bruno Syukur saat jumpa pers terkait Sidang KWI di Wisma KWI, Jakarta Pusat, Jumat (17/5).
Menurut Uskup Antonius, pendekatan pertama yaitu tidak memprovokasi situasi tetapi memberikan solusi, pendapat, usulan kepada pihak berwenang. Kedua, terkait kekerasan di tanah Papua, pihak KWI juga meminta para Uskup di bumi Cenderawasih membantu, termasuk soal pembebasan Mark Philip Mehrtens, pilot maskapai Susi Air yang sejak Februari masih disandera kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
“Kadang para imam atau gereja menjadi bagian dari kekerasan itu. Dalam beberapa kerusuhan para imam juga lari karena rentan menjadi korban. Namun, misi kemanusiaan gereja tidak akan pernah berhenti di tanah Papua,” kata Uskup Antonius, yang pernah menjadi pastor di pedalaman perkampungan di wilayah Keuskupan Agats-Asmat.
Menurut Mgr Antonius, Uskup Keuskupan Bandung, tipikal masyarakat Papua adalah masyarakat yang cinta damai asal berbuat baik kepada mereka. Kalau berbuat baik kepada orang Papua, tak peduli dari latar belakang apapun, maka akan diterima dengan luar biasa.
“Jadi orang Papua akan sangat mudah membedakan mana orang bijak, orang baik atau orang jahat terhadap mereka. Itu yang saya alami selama menjadi pastor di pedalaman Asmat. Karena itu, tolong jangan memanipulasi orang Papua dengan cara apapun bila mau memberikan pelayanan atau mau berbuat baik,” ujar Uskup Antonius mengingatkan.
Menurut Uskup Antonius, saat bertemu Uskup Keuskupan Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi, pihaknya juga meminta kepala Panglima TNI untuk tidak melakukan tindakan kekerasan. Meski butuh proses panjang namun pihaknya meminta agar mendekat orang Papua dengan hati, bukan dengan senjata.
Sekjen KWI Mgr Paskalis Bruno Syukur menambahkan, langkah gereja Katolik bukan langsung menangani masalah kekerasan kasus per kasus, namun gereja ikut berbicara soal itu lebih luas melalui karya pendidikan bagi umat dan masyarakat tanah Papua. Karya gereja di bidang pendidikan di bumi Cenderawasih berusaha untuk membuat agar gereja, umat tidak terbawa dalam arus kekerasan.
“Saya cukup lama bekerja di Papua di Paroki Santa Maria Immaculata Mowanemani, Dekanat Kamapi, Keuskupan Timika. Kemudian juga bekerja di Lembah Baliem, Keuskupan Jayapura. Saya selalu mengunjungi umat di kampung-kampung di dua wilayah pelayanan itu. Kita semua harus melihat usaha gereja untuk menanamkan budaya perdamaian di daerah di Papua melalui pendidikan dan bidang pelayanan lainnya,” ujar Uskup Paskalis.
Uskup Paskalis juga bicara soal kekerasan di tanah Papua yang terjadi belakangan. Bisa saja media tidak lagi memperluas info kekerasan yang terjadi. Oleh karena itu, kata Uskup Paskalis, tindakan yang diambil Uskup Jayapura Mgr Yanuarius Teofilus Matopai You, yaitu berusaha membela umat dan rakyat Papua agar kekerasan ditangani dengan baik.
Dalam konferensi pers yang dipandu moderator Sekretaris Komisi Keluarga KWI Pastor Yohanes Aristanto Heri Setiawan, MSF, Mgr Antonius dan Mgr Paskalis mengatakan, pada Rabu (15/5) KWI merayakan 100 Tahun Sidang Konferensi Para Uskup. Sidang para Uskup pertama kali dilaksanakan Rabu (15/5) di Pastoran Katedral, Jakarta. Peringatan 100 Tahun KWI dibuka pada 19 November 2023 dan akan berpuncak pada 13 November 2024.
Tema Peringatan 100 Tahun KWI 2024 adalah Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa. Peringatan ini menjadi kesempatan istimewa karena bertepatan dengan Sinode Para Uskup 2023-2024 tentang Sinodalitas: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi dan juga bertepatan dengan Kunjungan Pemimpin Umat Katolik Sedunia Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024.
“Dalam rangka memperingati 100 tahun ini, KWI mengadakan berbagai macam kegiatan berupa selebrasi/perayaan, formasi/studi dan aksi sosial yang diperuntukkan bagi saudara dan saudari difabel. Salah satu bentuk penting perayaan ini adalah diadakannya Sidang Waligereja secara istimewa pada 13-16 Mei 2024. Sidang ini dihadiri 33 Uskup aktif, 3 administrator diosesan, 1 Vikaris Jenderal, dan 6 Uskup Emeritus,” ujar Mgr Antonius dan Mgr Paskalis melalui keterangan tertulis yang diterima Odiyaiwuu.com di Jakarta, Jumat (17/5)
Sidang KWI yang berlangsung 13-16 Mei menjadi kesempatan bagi para Uskup untuk mendalami kekayaan sejarah dari para para narasumber dan sharing para Uskup aktif dan emeritus. Para Uskup juga bersama-sama merenungkan sejarah perjalanan KWI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang tercermin dalam perjalanan dokumen dan pastoral KWI.
“Melalui para tokoh awam, agama dan aktivis awam, KWI juga berefleksi sejauh mana gereja telah berjalan bersama dengan bangsa, umat dan para tokoh agama dalam isu-isu tentang media, sosial politik, orang muda, lanjut usia, perempuan dan imigran dan lingkungan hidup. Sidang KWI ini menjadi kesempatan bagi para Uskup untuk mendengarkan. Hasil mendengarkan ini akan didalami, diolah dan ditindaklanjuti sampai pada pelaksanaan Sidang KWI November 2024,” ujar keduanya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)