JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Kelompok Separatis Teroris (KST) di Papua kembali melakukan aksi pembunuhan keji. Seorang pendulang emas, Selasa (19/7) dipenggal lehernya di Korowai, sebuah kawasan tambang ilegal yang terletak di antara lima Kabupaten Boven Digoel, Asmat, Mappi, Yahukimo, dan Pegunungan Bintang.
Insiden pembunuhan keji itu terlihat dalam video singkat yang disebarkan kelompok yang menyebutkan dirinya Tentara Pembebasan Papua (TPP). Dalam video itu, anggota TPP memegang kepala yang sudah dipenggal dan memberikan statemen berburu siang hari dan mendapat satu kepala.
Dalam video tersebut kelompok itu juga menyebutkan mereka berada di honai Matoa dan terlihat kepala yang dipenggal dikeluarkan dari dalam kain. Aksi bengis itu mengundang rasa prihatin tokoh muda Papua yang menilai kejadian pemenggalan kepala yang dilakukan oleh kelompok ini sebagai tindakan sadis dan keji.
“Kemarin (Sabtu, 16/7) baru 11 orang dibunuh termasuk pendeta di Nduga, sekarang bunuh lagi pendulang emas di Korowai dengan cara penggal kepala. Ini kejahatan kemanusiaan,” kata tokoh muda Papua Steve Mara melalui keterangan tertulis dari Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Pol Drs Ahmad Musthofa Kamal, SH yang diterima Odiyaiwuu.com di Jakarta, Kamis (21/7).
Menurut Steve, dunia harus tahu bahwa kelompok yang menyebutkan mereka tentara pembebasan ini ternyata kelompok separatis teroris yang telah membunuh warga sipil. “Saya minta Polri melalui Densus 88 Anti Teror dibantu Kopassus segera kejar dan tangkap. Jangan dibiarkan terus berkembang karena akan membahayakan nyawa warga sipil lainnya,” katanya menegaskan.
Pihaknya juga memminta Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia segera membuat laporan resmi ke Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terkait insiden pemenggalan kepala Korowai. Karena kelompok ini cara membunuhnya sudah brutal dan sama dengan kelompok militan ekstremis Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Sementara itu Ketua Asosisiasi Pendeta Indonesia (API) Provinsi Papua Pendeta Jimmy Koirewoa menyampaikan duka mendalam atas peristiwa pembantaian terhadap 13 orang oleh kelompok kriminal bersenjata di Kampung Nogolait, Kabupaten Nduga, Sabtu (16/7) sekitar pukul 09.15 WIT.
Dalam insiden tersebut, 11 orang di antaranya meninggal dunia dan 2 orang luka-luka, termasuk Pendeta Eliaser Baye, salah satu korban meninggal dalam peristiwa pembantaian tersebut.
“Hari ini ada jemaat telah kehilangan orang yang sudah membimbing dan menuntun kehidupan rohani bagi umat yang disana,” ujar Pendeta Koirewoa.
Koirewoa menyayangkan peristiwa yang tidak berperikemanusian tersebut dan memandang peristiwa ini tidak bisa dibenarkan atas dasar dan alasan apapun karena sangat bertentangan dengan perintah Tuhan yang melarang manusia untuk mengambil nyawa daripada manusia yang lain.
“Saya memberikan ketegasan pada aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan tegas untuk segera menangkap dan mengungkap pelaku yang telah membantai 12 orang tersebut,” katanya.
Pihaknya juga berharap agar aparat penegak hukum segera mengambil tindakan tegas dan membawa para pelakunya ke pengadilan sehingga para pelaku dapat diproses sesuai hukum yang berlaku.
“Saya minta aparat penegak hukum di Nduga mengambil tindakan untuk memulihkan kembali keadaan keamanan di Nduga sehingga masyarakat dapat melaksanakan aktifitas sebagaimana mestinya dan roda pemerintahan di wilayah itu bisa pulih Kembali,” tandasnya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)