Kekuatan Kepemimpinan Ribka Haluk dan Derivasi Tugas - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Kekuatan Kepemimpinan Ribka Haluk dan Derivasi Tugas

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Papua Tengah J Eddy Way. Foto: Istimewa

Loading

Oleh J Eddy Way

Kepala Bapperida Provinsi Papua Tengah

SENIN 14 Oktober 2024 akan menjadi cerita dan catatan bersejarah penting untuk Penjabat Gubernur Papua Tengah Dr Ribka Haluk, S.Sos, MM. Presiden terpilih H. Prabowo Subianto memanggil Ribka ke kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. 

Ribka bersama sejumlah orang dipanggil sebagai calon menteri kabinet Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka masa tugas 2024-2029. Tampak di layar televisi orang-orang yang dipanggil sedang diwawancarai awak media. 

Tak terkecuali Ribka, sosok perempuan fenomenal tanah Papua yang masih mengemban tugas formal sebagai penjabat gubernur di wilayah adat Meepago. Kehadiran Ribka menjadi kebanggaan pemerintah dan masyarakat tanah Papua, tak terkecuali di Papua Tengah. 

Ribka adalah perempuan fenomenal dengan rekam jejak (track record) panjang di bidang pemerintahan dan pelayanan sosial kemasyarakatan. Ia sosok yang mengakar di bukan hanya lingkungan kerja formal namun juga menyentuh masyarakat akar rumput (grassroot). Ribka juga menyuguhkan pola kepemimpinan melayani tanpa banyak bicara. 

Kepemimpinan perempuan

Kepemimpinan perempuan di Indonesia, khususnya di Papua sudah menunjukkan perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu contoh nyata adalah mama Ribka Haluk, sapaan akrab Penjabat Gubernur Ribka Haluk. 

Dalam konteks kepemimpinannya dua kekuatan utama yang dapat diidentifikasi adalah identitas sebagai perempuan kuat dan pendekatan derivasi tugas yang diterapkannya dalam memimpin selama kurang lebih dua tahun serta berkontribusi terhadap keberhasilan kepemimpinannya. 

Konsep ‘perempuan kuat’ merujuk pada kemampuan perempuan untuk memimpin, mengambil keputusan, dan mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat. Dalam konteks kepemimpinan, perempuan kuat mampu menghadapi tantangan, mengatasi stereotip (pandangan meremehkan), prejudice (prasangka negatif), stigma (label negatif) gender, dan menunjukkan bahwa mereka dapat memimpin dengan efektif. 

Rosabeth Moss Kanter dalam Men and Women of the Corporation (1977) menyebut, keberadaan perempuan dalam posisi kepemimpinan tidak sekadar memberikan perspektif baru tetapi juga meningkatkan kinerja organisasi. Kepemimpinan tersebut sepintas ada dalam diri Ribka Haluk.

Sebagai penjabat gubernur, Ribka Haluk tidak sekadar menghadapi tantangan administratif tetapi juga tantangan yang berkaitan dengan gender. Ribka memanfaatkan identitasnya sebagai perempuan untuk menginspirasi dan memberdayakan perempuan lain di Papua. 

Proses dan kerja-kerja itu terfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, pendidikan, dan kesehatan. Ribka juga menciptakan kebijakan yang mengedepankan dan mengutamakan kesejahteraan masyarakat secara holistik.

Salah satu langkah penting yang diambil adalah mendorong pemberdayaan perempuan dalam berbagai aspek. Ia meluncurkan berbagai program yang mendukung perempuan dalam bidang ekonomi seperti pelatihan keterampilan dan akses ke modal usaha. 

Hal ini sejalan dengan pendapat Naila Kabeer dalam karyanya, Gender, Poverty, and Inequality (2015), yang menegaskan bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan sangat penting untuk mencapai kesetaraan gender dan mengurangi kemiskinan.

Derivasi tugas 

Derivasi tugas merujuk pada pembagian tanggung jawab yang jelas dalam suatu organisasi atau pemerintahan. Dalam konteks kepemimpinan, ini berarti bahwa pemimpin harus mampu mendelegasikan tugas kepada timnya secara efektif. Dengan demikian, setiap anggota tim memiliki peran yang jelas dan dapat berkontribusi secara optimal. 

Menurut Stephen Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People (1989), delegasi yang efektif tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mengembangkan keterampilan anggota tim. Dalam kepemimpinan sebagai penjabat gubernur, pendekatan derivasi tugas mama Ribka sangat terlihat dalam cara mengelola pemerintahan. 

Ia tidak sekadar mengambil keputusan sendiri tetapi melibatkan timnya dalam proses pengambilan keputusan. Ia mengedepankan kolaborasi dan komunikasi yang baik antara berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintah dan masyarakat.

Sebagai contoh, dalam menghadapi isu-isu sosial seperti pendidikan dan kesehatan, kemiskinan dan kemiskinan ekstrim, stunting, pengangguran terbuka, mama Ribka mendelegasikan tugas kepada kepala dinas terkait untuk merumuskan kebijakan dan program yang tepat. 

Dengan cara ini, tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam pemerintahan, tetapi juga memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Manfaat pendekatan derivasi tugas yang diterapkan Ribka membawa keuntungan, benefit. 

Pertama, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Kedua, memberdayakan timnya untuk berinovasi dan mengambil inisiatif, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang positif. Ketiga, mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berdampak langsung pada mereka.

Sinergi dua kekuatan

Kekuatan sebagai perempuan kuat dan penerapan derivasi tugas dalam kepemimpinan Ribka saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain. Ketika seorang pemimpin perempuan seperti dirinya menunjukkan ketegasan dan keberanian dalam pengambilan keputusan, ia juga membuktikan bahwa kepemimpinan yang baik tidak hanya berasal dari satu orang tetapi hasil kerja sama kolaboratif tim.

Kepemimpinan Ribka memberikan inspirasi bagi generasi perempuan selanjutnya di tanah Papua. Ia hendak menunjukkan bahwa perempuan dapat memimpin dan menghasilkan kebijakan yang positif. 

Hal ini terlihat di mana ia membantu mengubah persepsi tentang peran perempuan dalam masyarakat. Ini sejalan dengan penelitian oleh Joan Acker yang menekankan pentingnya representasi perempuan dalam kepemimpinan untuk menciptakan perubahan sosial yang lebih besar.

Meski memiliki dua kekuatan tersebut, Ribka juga menghadapi berbagai tantangan dalam kepemimpinannya. Stereotip, prejudice, stigma gender masih menjadi halangan dalam menjalankan kebijakan. 

Banyak orang masih meragukan kemampuan perempuan dalam posisi kepemimpinan, yang dapat menghambat implementasi kebijakan yang dirumuskan.

Untuk mengatasi tantangan ini, Ribka tak henti-henti berupaya meningkatkan komunikasi publik tentang pencapaian dan kontribusi perempuan dalam pemerintahan. 

Ia juga aktif dalam forum-forum umum dan perempuan untuk membahas isu-isu yang relevan dan mencari solusi bersama. Keterlibatan dalam komunitas dan penguatan jejaring antar perempuan menjadi salah satu strategi yang efektif.

Kepemimpinan Ribka menggambarkan kekuatan perempuan dalam mengatasi tantangan dan menciptakan perubahan positif di Papua Tengah. Identitas sebagai perempuan kuat dan penerapan derivasi tugas menjadi dua pilar utama yang mendukung kepemimpinannya. 

Dengan fokus pada pemberdayaan perempuan, kolaborasi, dan partisipasi masyarakat, Ribka Haluk tidak hanya menciptakan kebijakan yang bermanfaat tetapi sekaligus memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya.

Sebagai pemimpin, Ribka telah menunjukkan bahwa perempuan dapat menjadi agen perubahan yang signifikan dalam pembangunan daerah. Melalui kombinasi kekuatan dan strategi yang tepat, ia berhasil membawa Papua Tengah ke arah yang lebih baik sekaligus menegaskan pentingnya peran perempuan dalam kepemimpinan di era modern. 

Tinggalkan Komentar Anda :