NABIRE, ODIYAIWUU.com — Kepolisian Daerah (Polda) Papua saat ini tengah mendalami misteri meninggalnya dr Mawartih Susanty, Sp.P, dokter sepesialis paru satu-satunya di Provinsi Papua Tengah.
Pasalnya, berdasarkan pengakuan Martawara, ibunda dr Mawar terdapat sejumlah kejanggalan terkait ihwal kematian sang putri, seperti luka lebam, patah tulang di rusuk, dan pergelangan tangan. Pihak Polres Nabire kini tengah mendalami misteri kematian tragis tersebut.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo, SH, SIK, M.Kom mengatakan, hingga saat ini kasus kematian dr Mawar, dokter spesialis di RSUD Nabire dalam tahap penyelidikan Satuan Reserse dan Kriminal Polres Nabire.
Benny menyebut, Kapolres Nabire bersama tim masih melakukan penyelidikan secara profesional untuk mengungkap motif serta penyebab di balik meninggalnya dokter spesialis tersebut.
“Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap saksi. Selain itu hasil medis oleh pihak terkait masih kami tunggu sehingga dapat kita padukan dengan hasil penyelidikan tim Reskrim serta barang bukti yang kami temui di TKP,” ujar Benny kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Kamis (16/3).
Menurut Benny, pihak kepolisian akan bekerja semaksimal mungkin sehingga kasus ini dapat cepat terungkap dan akan disampaikan kepada media. Hingga kini, lanjut Benny, masih belum bisa dipastikan penyebab meninggal dokter itu.
“Kepada warga untuk tetap bersabar sambil menunggu hasil penyelidikan oleh personel di lapangan. Jangan membangun opini yang dapat mengganggu situasi kantibmas khususnya di Nabire. Percayakan semuanya kepada pihak kepolisian untuk bekerja secara profesional mengungkap kasus ini,” kata Benny lebih lanjut.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Nabire AKP Akhmad Alfian, SIK, MH menambahkan, dari hasil visum yang dilakukan petugas medis ditemukan beberapa lebam di bagian tubuh jenazah yaitu di wajah, leher, dan di perut. Kondisi lemab itu merupakan hal yang tidak wajar.
“Temuan tersebut yang saat ini juga sedang kami dalami terus guna mengungkap apa penyebab kematian. Hal ini perlu karena sebelumnya almarhumah diketahui tidak mempunya rekam jejak penyakit,” ujar Benny.
Menurut Benny, hingga kini pihak dokter ahli forensik secara resmi belum ada namun diketahui ada tanda-tanda kekerasan yang dialami almarhumah dan untuk pelaku juga sedang diselidiki dari keterangan saksi yang diperiksa serta barang bukti yang ditemukan di TKP.
Media ini sebelumnya memberitakan, dr Mawar ditemukan meninggal dalam kondisi mulut berbusa di rumah dinasnya, Kompleks Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire, Kamis (9/3) sekitar pukul 19.00 WIT.
Belakangan, misteri kematian mulai terkuak setelah Martawara, ibunda dr Mawar mengungkap sejumlah kejanggalan terkait kematian sang putri. Kejanggalan itu, seperti luka lebam dan patah tulang di rusuk dan pergelangan tangan.
“Ada banyak luka lebam di dada anak saya. Tulang rusuknya dan pergelangan tangannya patah. Berdasarkan foto-foto dan bukti dari kedokteran yang diberikan kepada kami. Kematian anak saya tidak wajar,” kata Martawara di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (14/3).
Martawara berharap agar aparat kepolisian mengungkap penyebab kematian dr Mawar, sang putri, tidak terjadi lagi jatuh korban tim medis secara misterius.
“Anak saya dokter yang ditugaskan melayani masyarakat di Nabire. Jadi polisi harus ungkap ini kasus, agar tidak ada lagi korban selanjutnya. Kalau kasus ini tidak diungkap, bisa-bisa tidak ada lagi dokter yang mau ke Nabire,” ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berjanji mengusut kematian dr Mawar. Pihaknya bahkan meminta bantuan Kapolri Jenderal Pol Drs Listyo Sigit Prabowo, M.Si dan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono untuk mengungkap kasus tersebut dan menjaga tenaga kesehatan di Papua.
“Kembali dari sini (Makassar), saya harus ketemu juga dengan Pak Kapolri dan Panglima TNI agar kesehatan masyarakat harus kita jalankan dengan adil dan merata. Selain itu, disertai jaminan keamanan yang baik bagi tenaga-tenaga kesehatan, dokter-dokternya,” kata Budi di Makassar, Senin (13/3).
Budi sudah mengantongi data sementara hasil autopsi dr Mawartih, tapi ia belum mau membeberkannya. “Sebagai ungkapan rasa duka yang sangat mendalam kami mengimbau kepada segenak anggota Ikatan Dokter Indonesia untuk mengenakan pita hitam di lengan kanan selama tiga hari, yang dimulai dari Senin, 13 Maret,” kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar IDI dr Ulul Albab, Sp.OG di Jakarta, Senin (13/3). (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)