Puisi: Di Kedalaman Maut, Nyanyian Kemenangan dan Di Balik Batu yang Termeterai Karya Yosua Noak Douw - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Puisi: Di Kedalaman Maut, Nyanyian Kemenangan dan Di Balik Batu yang Termeterai Karya Yosua Noak Douw

Dr Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA, penikmat sastra. Foto: Istimewa

Loading

Di Kedalaman Maut, Nyanyian Kemenangan

 

DI balik batu termeterai, tubuh tersalib diam

Darah-Nya kering, sunyi menyelimuti malam

Tapi di alam maut, di mana waktu terpaku

Sang Raja Bangkit melangkah, menghancurkan belenggu

 

Sheol berguncang, duri-duri maut luruh

Kaki-Nya menginjak kubur gelap yang kelabu

Pada roh di penjara, suaraNya bergema:

“Kutuk sudah Kubuang, kini Kudatang sebagai Fajar!”

 

Orthodox melihat-Nya merobek tirai abadi

Adam dan Hawa diangkat dari debu yang mati

Katolik bersaksi: “Limbo disinari kasih

Jiwa-jiwa setia dibawa ke takhta Ilahi.”

 

Protestan berbisik: “Ini lambang deritaNya

Salib yang genapi semua, tak perlu dikisahkan.”

Tapi di sini, di lembah, terangNya nyata

KuasaNya menghancurkan rantai dosa dan maut

 

Bukan sekadar kias, bukan dongeng usang

Tapi deklarasi: “Maut, di manakah sengatmu?”

Darah yang tumpah jadi kunci di kegelapan

Membuka gerbang surga bagi yang terpenjara

 

Di sini para nabi, di sini umat yang setia

Melihat Sang Gembala datang dengan lukaNya

Musa tersenyum, Daud menangis sukacita—

Janji yang digenapi, dari Eden sampai Golgota

 

Kubur Yusuf kosong, batu berguling jauh

Tapi di alam maut, pijarNya tetap bernyala

Kematian bukan akhir, bukan nokturnal kekal

Melainkan fajar pertama dari hidup yang tak mati

 

Di Lorong Kegelapan, Sang Fajar Bernyanyi

 

DI kubur Yusuf, batu termeterai bisu

Tubuh yang hancur, sunyi menyapu lara

Tapi di balik maut, terdengar langkah Ilmu

Roh-Nya menembus bumi, menghancurkan kutuk dosa

 

Ia turun ke lembah di mana waktu beku

Sheol gemetar, duri-duri durhaka luruh

Pada roh di penjara, suaraNya menggebu:

“Kuberi kemenangan, kutuk telah Kuburuh!”

 

Di sini, di kedalaman, di jantung kegelapan

Para nabi terdiam menanti janji abadi

Lalu Sang Gembala datang, membawa terang-Nya

Membuka rantai Adam, membangunkan yang mati

 

Orthodox melihatNya meruntuhkan gerbang maut

Katolik menyaksikan Limbo disinari kasih

Protestan berseru: “Ini kias penderita tulus

Salib-Nya genapi segalanya, tak perlu ku pahami!”

 

Bukan sekadar kunjung, bukan dongeng semu

Tapi deklarasi: “Kuasa-Ku mengatasi neraka!”

Darah-Nya yang tumpah, di sini jadi kunci

Memutar haluan sejarah, mengubah duka jadi puja

 

Maut tak lagi berdaulat, kubur tak lagi menang

Dari dalam kelam, terbit fajar kebangkitan

Di lubang Yusuf yang kelam, benih hidup tertanam

Tumbuh jadi pohon kekal, akarnya menghampar jauh

 

KaryaNya di alam maut adalah nyanyian rahasia:

Kematian ditelanjangi, dosa jadi debu

Dan ketika batu berguling, fajar menyingsing di sana

Kita tahu: tak ada lagi malam bagi jiwa yang percaya

 

Di Balik Batu yang Termeterai

 

DI dalam gelap, kubur Yusuf yang sunyi

Tubuh tersalib terbaring, dingin sendiri

Batu termeterai, dunia menanti

Namun di alam maut, Sang Cahaya bangkitkan nyanyi

 

DarahNya kering, lukaNya membisu

Tapi RohNya turun ke lembah kelabu

Di Sheol yang beku, kakiNya menginjak duri

Menerobos kegelapan, mengoyak tirai yang mati

 

Roh-roh yang terbelenggu dalam malam abadi

Melihat Sang Penakluk, Yang Maha Hidup datang sendiri

“Bangkitlah!” seruNya

Kuasa maut remuk redam

Adam dan Hawa pun tersentuh tangan yang lembut

 

Batu berguling pagi itu bukan sekadar cerita

Tapi puncak dari pertempuran di jantung neraka

Dari kuburNya, hidup mengalir seperti sungai

Membasuh setiap luka, mengubah duka jadi sukacita

 

Kubur Yusuf hanyalah palung benih yang terpendam

Di sanalah kematian ditelan kemenangan abadiNya

Tidak ada lagi rantai, tidak ada lagi malam

Hanya fajar kekal, terbit dari kubur yang patah

Wamena, 19 April 2025 

Dr Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA lahir di Karubaga, Tolikara, 18 Nopember 1982. Masuk SD Negeri Karubaga tahun 1989-1991, SD YPPGI Tulem tahun 1991-1992, dan SD Inpres Porome, Distrik Kelila, Kabupaten Jayawijaya tahun 1992-1994.

Kemudian masuk SLTP Negeri 2 Wamena Distrik Wamena, Jayawijaya tahun 1994-1997 dan SMU Negeri 1 Wamena, Jayawijaya tahun 1997-2000. Kuliah pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih (Uncen) tahun 2000-2004 dan meraih Magister Ilmu Ekonomi Uncen tahun 2011-2013. Tahun 2023 meraih Doktor (S3) di Uncen.

Menikah dengan gadis pilihannya, Novita Ronsumbre, dan dikaruniai anak-anak: Hadasah Douw, Priskila Douw, Yusuf Douw, Beruriah Douw, David Douw, Yuliana Douw, dan Yehoshua Douw. Yosua terlahir dari pasangan suami-isteri: Yerry Douw, S.Th, MA, M.Th dan Yuliana Agapa.

Ayahnya adalah seorang guru perintis pendidikan sekaligus hamba Tuhan di Tolikara. Sedangkan sang bunda adalah ibu rumah tangga. Yosua adalah seorang ASN penikmat sastra. Ia lama mengabdi di birokrasi dengan sejumlah penugasan. Kini, Yosua Douw menjabat Sekretaris Daerah Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan dan satu-satunya Sekda termuda di seluruh tanah Papua. 

Puisi karyanya ini dipersembahkan sebagai doa mini pada peringatan Paskah bagi umat Kristiani. Selamat Paskah kepada sesama saudara umat Kristiani di tanah Papua dan di mana saja berada. Tuhan berkati selalu.

Tinggalkan Komentar Anda :