Di Kedalaman Maut, Nyanyian Kemenangan
DI balik batu termeterai, tubuh tersalib diam
Darah-Nya kering, sunyi menyelimuti malam
Tapi di alam maut, di mana waktu terpaku
Sang Raja Bangkit melangkah, menghancurkan belenggu
Sheol berguncang, duri-duri maut luruh
Kaki-Nya menginjak kubur gelap yang kelabu
Pada roh di penjara, suaraNya bergema:
“Kutuk sudah Kubuang, kini Kudatang sebagai Fajar!”
Orthodox melihat-Nya merobek tirai abadi
Adam dan Hawa diangkat dari debu yang mati
Katolik bersaksi: “Limbo disinari kasih
Jiwa-jiwa setia dibawa ke takhta Ilahi.”
Protestan berbisik: “Ini lambang deritaNya
Salib yang genapi semua, tak perlu dikisahkan.”
Tapi di sini, di lembah, terangNya nyata
KuasaNya menghancurkan rantai dosa dan maut
Bukan sekadar kias, bukan dongeng usang
Tapi deklarasi: “Maut, di manakah sengatmu?”
Darah yang tumpah jadi kunci di kegelapan
Membuka gerbang surga bagi yang terpenjara
Di sini para nabi, di sini umat yang setia
Melihat Sang Gembala datang dengan lukaNya
Musa tersenyum, Daud menangis sukacita—
Janji yang digenapi, dari Eden sampai Golgota
Kubur Yusuf kosong, batu berguling jauh
Tapi di alam maut, pijarNya tetap bernyala
Kematian bukan akhir, bukan nokturnal kekal
Melainkan fajar pertama dari hidup yang tak mati
Di Lorong Kegelapan, Sang Fajar Bernyanyi
DI kubur Yusuf, batu termeterai bisu
Tubuh yang hancur, sunyi menyapu lara
Tapi di balik maut, terdengar langkah Ilmu
Roh-Nya menembus bumi, menghancurkan kutuk dosa
Ia turun ke lembah di mana waktu beku
Sheol gemetar, duri-duri durhaka luruh
Pada roh di penjara, suaraNya menggebu:
“Kuberi kemenangan, kutuk telah Kuburuh!”
Di sini, di kedalaman, di jantung kegelapan
Para nabi terdiam menanti janji abadi
Lalu Sang Gembala datang, membawa terang-Nya
Membuka rantai Adam, membangunkan yang mati
Orthodox melihatNya meruntuhkan gerbang maut
Katolik menyaksikan Limbo disinari kasih
Protestan berseru: “Ini kias penderita tulus
Salib-Nya genapi segalanya, tak perlu ku pahami!”
Bukan sekadar kunjung, bukan dongeng semu
Tapi deklarasi: “Kuasa-Ku mengatasi neraka!”
Darah-Nya yang tumpah, di sini jadi kunci
Memutar haluan sejarah, mengubah duka jadi puja
Maut tak lagi berdaulat, kubur tak lagi menang
Dari dalam kelam, terbit fajar kebangkitan
Di lubang Yusuf yang kelam, benih hidup tertanam
Tumbuh jadi pohon kekal, akarnya menghampar jauh
KaryaNya di alam maut adalah nyanyian rahasia:
Kematian ditelanjangi, dosa jadi debu
Dan ketika batu berguling, fajar menyingsing di sana
Kita tahu: tak ada lagi malam bagi jiwa yang percaya
Di Balik Batu yang Termeterai
DI dalam gelap, kubur Yusuf yang sunyi
Tubuh tersalib terbaring, dingin sendiri
Batu termeterai, dunia menanti
Namun di alam maut, Sang Cahaya bangkitkan nyanyi
DarahNya kering, lukaNya membisu
Tapi RohNya turun ke lembah kelabu
Di Sheol yang beku, kakiNya menginjak duri
Menerobos kegelapan, mengoyak tirai yang mati
Roh-roh yang terbelenggu dalam malam abadi
Melihat Sang Penakluk, Yang Maha Hidup datang sendiri
“Bangkitlah!” seruNya
Kuasa maut remuk redam
Adam dan Hawa pun tersentuh tangan yang lembut
Batu berguling pagi itu bukan sekadar cerita
Tapi puncak dari pertempuran di jantung neraka
Dari kuburNya, hidup mengalir seperti sungai
Membasuh setiap luka, mengubah duka jadi sukacita
Kubur Yusuf hanyalah palung benih yang terpendam
Di sanalah kematian ditelan kemenangan abadiNya
Tidak ada lagi rantai, tidak ada lagi malam
Hanya fajar kekal, terbit dari kubur yang patah
Wamena, 19 April 2025
Dr Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA lahir di Karubaga, Tolikara, 18 Nopember 1982. Masuk SD Negeri Karubaga tahun 1989-1991, SD YPPGI Tulem tahun 1991-1992, dan SD Inpres Porome, Distrik Kelila, Kabupaten Jayawijaya tahun 1992-1994.
Kemudian masuk SLTP Negeri 2 Wamena Distrik Wamena, Jayawijaya tahun 1994-1997 dan SMU Negeri 1 Wamena, Jayawijaya tahun 1997-2000. Kuliah pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih (Uncen) tahun 2000-2004 dan meraih Magister Ilmu Ekonomi Uncen tahun 2011-2013. Tahun 2023 meraih Doktor (S3) di Uncen.
Menikah dengan gadis pilihannya, Novita Ronsumbre, dan dikaruniai anak-anak: Hadasah Douw, Priskila Douw, Yusuf Douw, Beruriah Douw, David Douw, Yuliana Douw, dan Yehoshua Douw. Yosua terlahir dari pasangan suami-isteri: Yerry Douw, S.Th, MA, M.Th dan Yuliana Agapa.
Ayahnya adalah seorang guru perintis pendidikan sekaligus hamba Tuhan di Tolikara. Sedangkan sang bunda adalah ibu rumah tangga. Yosua adalah seorang ASN penikmat sastra. Ia lama mengabdi di birokrasi dengan sejumlah penugasan. Kini, Yosua Douw menjabat Sekretaris Daerah Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan dan satu-satunya Sekda termuda di seluruh tanah Papua.
Puisi karyanya ini dipersembahkan sebagai doa mini pada peringatan Paskah bagi umat Kristiani. Selamat Paskah kepada sesama saudara umat Kristiani di tanah Papua dan di mana saja berada. Tuhan berkati selalu.