JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Wali Kota Jayapura Abisai Rollo, SH, MH menuai kecaman dari warga dan sejumlah elemen menyusul statemen di video yang viral di jagat maya ihwal aksi demo warga diikuti aksi pemalangan jalan yang kerap terjadi di Kota Jayapura.
“Bahwa tidak ada demo, tidak ada palang kota (Jayapura) ini. Karena yang biasa palang dan demo itu bukan orang Port Numbay (nama lain Kota Jayapura), bukan orang pantai (tetapi) orang-orang gunung ini,” ujar Walikota Jayapura Abisai Rollo dalam tayangan video berdurasi pendek yang beredar di sejumlah jejaring jagat maya seperti grup WhatsApp maupun Facebook di Jayapura, Papua, Selasa (17/6).
Aksi demo dan palang tersebut, lanjut Abisai, diakui perlu disampaikan agar publik persis bahwa yang buat segala macam persoalan di Kota Jayapura bukan orang-orang Port Numbay. Pihaknya mengatakan, sudah membuat perjanjian agar publik tahu bahwa sepuluh kampung adat di Port Numbay tahu siapa yang demo di Kota Jayapura.
“Siapa yang demo di kota ini (Kota Jayapura) kita (koordinasi dengan) Pak Kapolres, Pak Dandim, semua kita, kita kembalikan (pendemo dan tukang palang jalan di Kota Jayapura) ke kampung masing-masing supaya jangan merusak kota ini,” kata Abisai Rollo, politisi Partai Golongan Karya (Golkar) dan Ketua DPRD Kota Jayapura periode 2019-2024.
Ketua Forum Intelektual Muda (FIM) Tabi-Sairei Yulianus Dwaa menegaskan, ia menolak dan mendesak Wali Kota Abisai Rollo agar segera menyampaikan klarifikasi terbuka kepada publik terkait pernyataan. Yulianus juga meminta keluarga besar masyarakat gunung di Kota Jayapura menahan diri dan tidak terprovokasi dengan statemen tersebut.
“Kepada saudara, saudari, dan keluarga besar masyarakat gunung agar menahan diri dan tidak terprovokasi dengan narasi yang menurut hemat saya tidak pantas keluar dari seorang pejabat publik,” kata Yulianus Dwaa di Jayapura, Papua, Selasa (17/6).
Menurut Yulianus, secara pribadi pihaknya mengaku statemen Wali Kota Abisai Rollo dalam video tersebut merupakan bagian dari skenario pengalihan isu tambang yang lagi viral yang juga melibatkan saudara BL yang notabene ketua umum salah satu partai politik,
“Hal (pernyataan Wali Kota Jayapura Abisai Rollo) ini sangat beralasan berhubung dalam waktu dekat Pa Prabowo (Presiden Prabowo Subianto) akan mengunjungi Papua. Mari bersatu, kita tolak kelompok oligarki yang selalu membenturkan rakyat demi nafsu kekuasaan mereka. Jangan mau diprovokasi dan dipecah belah sesama orang asli Papua di atas negeri leluhur kita,” kata Yulianus.
Pernyataan Wali Kota Jayapura Abisai Rollo juga mendapat protes dari warga masyarakat. Sepucuk surat terbuka yang ditujukan kepada Abisai beredar luas di sejumlah jejaring jagat maya. Judulnya, Surat Terbuka untuk Wali Kota Jayapura: Pernyataan Anda Melukai Kami, Sesama Orang Asli Papua.
“Kami, orang asli Papua, khususnya orang gunung (OAP) yang hidup dan menetap di Kota Jayapura menyampaikan kekecewaan, keprihatinan, dan sekaligus peringatan keras atas pernyataan bapak yang secara terang-terangan menyebut perbedaan antara orang gunung dan orang pantai di ruang publik,” kata warga dalam surat terbuka yang diperoleh media ini di Jayapura, Selasa (17/6).
Penulis surat yang menyebut diri: ‘Seluruh Orang Asli Papua dari Pegunungan Tengah dan Wilayah Lainnya yang Masih Waras dan Peduli’ mengatakan, ucapan tersebut bukan hanya melukai hati, namun menyinggung jati diri, martabat, dan sejarah keterlibatan mereka dalam membangun Kota Jayapura sejak masa kemerdekaan hingga saat ini.
“Pernyataan itu tidak etis, tidak layak, dan tidak bertanggung jawab bagi seorang pemimpin daerah yang seharusnya menjadi pemersatu. Jika pernyataan Bapak itu bermaksud menyuruh kami ‘orang gunung’ agar meninggalkan Kota Jayapura, maka kami nyatakan ‘Kami siap pulang! Namun dengan syarat yang sangat jelas dan tidak bisa ditawar’,” kata penulis surat itu lebih lanjut.
Para penulis surat juga menyampaikan sejumlah tuntutan. Pertama, bayar seluruh kontribusi kami, terutama orang-orang dari wilayah Wisselmeren (Paniai, Deiyai, Dogiyai) atas keterlibatan penuh dalam membangun Kota Jayapura. Mulai dari tahun 1944 hingga saat ini, baik sebagai tukang batu, tukang kayu, tukang bangunan, sopir, pedagang, guru, tenaga medis, pemimpin gereja, dan sektor lainnya.
Kedua, kembalikan seluruh ongkos pembelian rumah milik kami di seluruh wilayah Kota Jayapura termasuk Abepura, Kotaraja, Entrop, dan Perumnas berdasarkan harga pasar saat ini. Ketiga, kembalikan seluruh dana pembelian tanah yang telah kami beli dan tempati secara sah di wilayah Kota Jayapura, dengan nilai yang adil menurut kondisi pasar saat ini.
“Kami datang ke Jayapura bukan untuk merebut hak siapapun tetapi untuk hidup, membangun, dan turut menjaga kota ini. Tapi bila hari ini kami dianggap orang luar, bahkan disinggung secara terbuka oleh Wali Kota sendiri, maka ini adalah bentuk pengusiran halus dan diskriminatif terhadap sesama orang asli Papua,” kata mereka
Penulis surat juga menuntut Walikota Abisai Rollo agar segera menarik pernyataan tersebut secara terbuka. Kemudian, menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh masyarakat orang asli Papua, baik dari pegunungan maupun pesisir. Lalu memulihkan kembali semangat persatuan orang asli Papua di Kota Jayapura melalui tindakan nyata yang adil dan proporsional.
“Jika tidak, maka bapak telah gagal menjalankan mandat kepemimpinan dan telah mengkhianati sejarah persaudaraan orang asli Papua. Kami tidak akan tinggal diam. Kami akan terus bersuara demi harga diri, tanah, dan masa depan generasi kami di atas tanah Papua,” ujar mereka dalam surat itu. (*)