Umat Katolik Timika Mulai Membangun Kapel Tongkat Penggembalaan Kristus

Umat Katolik Timika Mulai Membangun Kapel Tongkat Penggembalaan Kristus

Seorang perempuan suku Mee melangkahkan kaki untuk memberikan persembahan saat digelar ebamokai atau alas tikar dalam rangkaian Misa Peletakan Batu Pembangunan Kapel Tongkat Penggembalaan Kristus, Paroki Santo Stefanus Sempan, Keuskupan Timika, Sabtu (2/7). Foto: Istimewa

Loading

TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Umat Katolik Paroki Santo Stefanus Sempan bersama umat Katolik yang berdomisili di kota Timika, Keuskupan Timika, Papua Sabtu (2/7) berbaur di Jalan TK Bhayangkara, Kelurahan Sempan. Kehadiran umat Katolik yang kebanyakan umat suku asli Mee tersebut dalam rangkaian Misa Peletakan Batu Pembangunan Kapel Tongkat Penggembalaan Kristus Sempan.

Dua imam Ordo Fratrum Minorum (OFM): Pastor Rekan Paroki Santo Stefanus Sempan Romo Agustinus Nuak OFM dan Pastor Daniel E Yawegai W Gobai, OFM berkenan memimpin Misa menandai dimulainya pembangunan fisik kapel tersebut.

Suasana kian berkesan karena dihadiri pula perwakilan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika Alex Tsenawatme serta perwakilan dari empat marga suku Mee yakni marga Yinatuma, Odapa, Mogopia, dan Makituma.

Ketua Panitia Pembangunan Kapela Tongkat Penggembalaan Kristus Lukas Muyapa menyampaikan ihwal niat umat Katolik memiliki kapel hingga dimulainya pembangunan tempat ibadah tersebut.

Pada 4 Oktober 2020, masyarakat Mee melakukan pertemuan awal di Kelurahan Sempan, belakang kondro. Lalu pada 18 Oktober bulan itu dilakukan evaluasi dan koordinasi dengan para tokoh suku Mee sekaligus alas tikar untuk tahap awal pembelian tanah.

Panitia bersama umat bergerak cepat mencari donasi kepada berbagai pihak dan orang-orang berkehendak baik. Tak butuh waktu lama, pada 9 November 2021, umat bersama panitia membeli sebidang tanah seluas 30 x 50 meter persegi. Tanah bersertifikat itu dibeli seharga Rp 115 juta lalu panitia secara gotong-rotong menimbun hingga rata.

“Kami melakukan peletakan batu pertama karena proposal yang kami masukkan ke pemerintah derah melalui DPRD sudah ada lampu hijau. Kami mohon dukungan dari semua pihak agar pembangunan kapela ini berjalan lancar,” ujar Lukas melalui keterangan tertulis yang diperoleh Odiyaiwuu.com di Timika, kota Kabupaten Mimika, Papua Sabtu (2/7).

Koordinator Pembangunan Kapela Tongkat Penggembalaan Kristus Obeth Tekege menambahkan, pemilihan nama kapel: Tongkat Penggembalaan Kristus dibarengi doa agar muncul benih panggilan iman baik imam, biarawan, suster, bruder, dan frater yang dihasilkan dari paroki tersebut atau paroki-paroki lainnya di wilayah Keuskupan Timika untuk bekerja di ladang Tuhan.

Johannes Rettob, Penasehat Dewan Paroki Santo Stefanus Sempan yang juga Wakil Bupati Mimika mengatakan, meskipun umat suku Mee sudah membangun kapela sendiri namun harus tetap mengikuti hierarki gereja Katolik. Artinya, umat Katolik suku Mee dan umat Katolik lainnya di kapel ini tetap mengikuti aturan dan kegiatan komunitas basis (kombas), stasi, paroki dan keuskupan.

“Jangan sampai umat suku Mee bangun kapela kemudian bikin stasi sendiri. Semua umat yang ada di sini gabung di kombas masing-masing. Mau ada acara mau bina anak-anak boleh di kapela ini tapi hari Minggu kita semua kembali ke paroki,” kata John Rettob.

John mengatakan, mewakili Pemkab Mimika ia mengapresiasi masyarakat suku Mee di Timika yang selama ini sudah menunjukkan integritas dan dedikasinya sebagai menjadi mitra pemerintah yang baik untuk kemajuan daerah.

“Ini benar-benar saya rasakan baik sebagai pribadi maupun dalam kapasitas selaku Wakil Bupati Mimika. Masyarakat Mee luar biasa menjaga soliditas, kekompakan sehingga bersama semua elemen bergandengan tangan menjaga Mimika aman dan damai,” katanya.

Pada kesempatan itu ia juga mengimbau masyarakat tidak terprovokasi isu-isu terkait pemekaran provinsi yang bisa memecah belah kerukunan. Hal ini penting mengingat tanah Papua menciptakan sejarah baru dari sebelumnya memiliki dua provinsi, kini bertambah jadi lima.

Menurutnya, semua keputusan terkait pemekaran adalah rencana Tuhan. Apapun perjuangan dan keinginan masyarakat Mimika agar Timika menjadi Ibu Kota Provinsi Papua Tengah, toh kenyataannya tidak tercapai. Itulah rencana Tuhan.

“Kalau Timika tidak jadi ibu kota mungkin ada maksud luar biasa dari Tuhan untuk Mimika. Kita harus terima dengan senang hati, besar hati dan akal sehat,” kata John.

Pada kesempatan itu digelar ebamokai atau alas tikar dengan tujuan menghimpun dana dari umat untuk membantu kelancaran pembangunan kapel. Kemudian dilakukan acara bakar batu.

Acara bakar batu dihadiri Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Mimika Ignatius Adii bersama sejumlah tokoh agama dari denominasi gereja-gereja Protestan di Timika, Kepala Suku Mee Samuel Gobai, para tamu, undangan dan ratusan umat Katolik suku Mee. (Ansel Deri, Herman Dessa/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :