Fenomena Iklan dan Degradasi Nilai Atas Martabat Perempuan - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Fenomena Iklan dan Degradasi Nilai Atas Martabat Perempuan

Novilus Uropmabin, mahasiswa STFT Fajar Timur Abepura, Jayapura, Papua. Foto: Istimewa

Loading

Oleh Novilus Uropmabin 

Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Abepura, Jayapura, Papua 

DALAM dunia dewasa ini, ekspororitas tubuh manusia khususnya tubuh kaum perempuan sebagai hal yang lumrah. Pada kenyataannya bahwa dalam sistem kapitalisme modern yang dirasuki hedonisme menganggap tubuh manusia khususnya perempuan hanyalah semacam produk yang nilainya sama dengan produk-produk lain. 

Driyarkara dalam Filsafat Manusia (1969) menjelaskan, dalam konteks dan situasi seperti ini, perempuan tidak mempunyai hak atas memiliki tubuhnya sendiri karena dikendalikan oleh kaum kapitalisme untuk menentukan bagaimana seorang perempuan harus ditampilkan atau dipampang di dunia maya sebagai alat promosi semata demi mendapatkan keuntungan ekonomi. 

Demikianlah kapitalisme diam-diam menjadikan tubuh perempuan sebagai produk ekonomi yang ditentukan kapitalisme itu sendiri dengan harga yang terjangkau. Namun, di balik itu ada gambar atau foto seksi, aduhai, dan lain sebagainya sehingga mudah sekali menarik perhatian para konsumen. Hal ini jelas-jelas merupakan tindakan kekerasan terhadap kaum perempuan dan mengeksploitasi tubuh perempuan yang tidak memiliki nilai dan martabat sebagai manusia. 

Harkat dan martabat sebagai seorang perempuan seakan-akan tidak mempunyai arti di mata kaum kapitalis. Martabat perempuan sangat direndahkan seakan-akan mereka makhluk lain di dunia ini yang bisa digunakan sesuka hati, dinista, diperjualbelikan, dan diperdayakan sesuai dengan keinginan kaum kapitalis. 

Padahal, dalam kisah penciptaan Kejadian 1: 27 dikatakan, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Kekerasan struktural para kaum kapitalis di atas mesti dilawan karena mengancam martabat kaum perempuan dan hak asasi mereka sebagai manusia. 

Karena itu, dilihat dari teks Kitab Kejadian di atas adalah manusia itu makhluk ilahi, sebab relasi antara Allah dan manusia ditentukan oleh kodrat Ilahi yang memiliki martabat, maka Allah menciptakan manusia itu serupa dan segambar dengan diri-Nya. Karena itu, berdasarkan asal dan tujuannya, manusia adalah makhluk Ilahi yang harus dijaga dan dihormati. Itulah sebabnya manusia (kaum perempuan) tidak bisa diperlakukan layaknya objek atau benda lain. Mereka (kaum perempuan) harus dihormati dan dihargai apa adanya sesuai dengan martabatnya.

Kejahatan terhadap perempuan 

Dunia yang berubah dan berkembang ini, sadar maupun tidak sadar banyak persoalan-persoalan muncul dalam kehidupan sehari-hari maupun  dalam kalangan hidup bermasyarakat dan bersosial. Semua orang ingin dikenal, ingin menjadi populer dengan berbagai macam cara, ingin mau menjadi tuan atas dirinya sendiri maupun dunia ini dan lain sebagainya. 

Kemudian fenomena kapitalis tubuh yang kini seakan kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat dengan menampilkan berbagai produk tubuh seksi di mana-mana. Sehingga dampak iklan menjadi suatu problem bagi kaum perempuan karena tubuh mereka sebagai alat promosi, komoditi, tuntutan ekonomi, dan kekerasan atas tubuh kaum perempuan. 

Kultur kapitalisme yang memanfaatkan penampilan erotik kaum perempuan merupakan suatu strategi untuk bisa menjual produk kecantikan mereka. Dan para perempuan dipengaruhi sedemikian rupa oleh para kapitalis untuk menawarkan produk kecantikan pada iklan-iklan, pertunjukan TV, majalah dan lain sebagainya.

Dalam Kritik Atas Kapitalisme Tubuh (2014) Demmy Namsa merujuk konsep keberlainan Levinas menguraikan, kultur kapitalisme yang memanfaatkan penampilan erotik kaum perempuan merupakan suatu strategi untuk bisa menjual produk kecantikan mereka. Dan para perempuan dipengaruhi sedemikian rupa oleh para kapitalis untuk menawarkan produk kecantikan pada iklan-iklan, pertunjukan TV, majalah dan lain sebagainya.

Fenomena di atas memperlihatkan bahwa tubuh perempuan dengan berkulit indah dan bertubuh langsing tentu lebih populer serta diminati banyak orang atau publik kemudian akan merasa tertarik untuk membeli sebuah produk buatan kapitalis apabila para top model yang mempromosikan produk mereka. 

Selain itu, tubuh perempuan yang ditampilkan dalam iklan oleh kapitalis sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya patriarki yang hanya menjadikan perempuan sebagai pendamping pria, rumah tangga dan lain sebagainya. Sehingga dalam iklan perempuan diidentikkan dengan kegiatan masak memasak, kecantikan, perawatan tubuh, bentuk-bentuk tubuh yang proporsional, kulit putih, rambut lurus dan panjang. 

Meskipun disadari hal ini, tetapi mungkin tidak sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Namun inilah psikologis di balik aneka iklan yang diperankan kaum selebriti dalam mempromosikan produk kecantikan dan kesuksesan hidup. Padahal tanpa disadari pengaruh iklan justru menjadikan tubuh perempuan sebagai barang komoditi belaka. Harga diri dan martabat perempuan diperjualbelikan.

Sungguh fenomena ini tidak dapat dipungkiri bahwa ada suatu tindakan tidak etis terhadap kaum perempuan. Kaum perempuan dengan segala kecantikannya dapat dijadikan modal untuk bisa diperdagangkan. Ada yang secara terang-terangan menjadikan kaum perempuan sebagai barang komoditi untuk dijual belikan, namun ada pula tindakan tersembunyi yang seakan rasional tapi sangat amat menindas bagi kaum perempuan. 

Akibatnya kaum perempuan didikte sedemikian rupa untuk harus berjuang mempercantik wajah dan memperindah tubuhnya, bila tidak maka akan kehilangan jati dirinya sebagai perempuan yang bernilai ekonomis. Tindakan ini sungguh ironis dan berbahaya karena tubuh dan kecantikan kaum perempuan diperalat untuk tujuan komersial. 

Meskipun ada keuntungan ekonomi yang didapatkan dari sistem kapitalis, tetapi menghancurkan harkat dan martabat sebagai manusia, jati diri sebagai manusia di kebiri oleh tuntutan kapitalis sehingga mereka sebagai makhluk asing di tengah makhluk yang disebut manusia.

Degradasi nilai

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu bentuk kejahatan terhadap kaum perempuan sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat. Apa yang dilakukan oleh kaum kapitalis, meminjam Emanuel Bria dalam bukunya, Jika Ada Tuhan Mengapa Ada Kejahatan (2008) merupakan degradasi yang sifatnya ekonomis semata sehingga bergerak mundur ke tataran nilai yang lebih rendah yang seharusnya dalam proses  penentuan jati dirinya sebagai manusia. 

Sehingga mengalami degradasi nilai-nilai etis dan membawa kehancuran bagi kaum perempuan. Kejahatan ini bukan hanya menyebabkan adanya disharmoni tetapi memunculkan keretakan substansial dalam diri seorang perempuan dan lingkungan masyarakat pada umumnya.

Perempuan sebagai objek kekerasan seperti di atas terjadi karena kecenderungan ego dan keinginan kita untuk mau menguasai dan mengontrol segala sesuatu yang ada di luar diri kita. Kecenderungan semacam ini tentu saja menindas dan mengebiri keberadaan orang lain khususnya keberadaan kaum perempuan. 

Karena itu, upaya kaum kapitalis untuk menginkorporasikan keberlainan perempuan ke dalam ide, gagasan, konsep atau pemikiran mereka terhadap kaum perempuan mengakibatkan martabat perempuan menjadi ancaman dan tidak ada tempat bagi harkat dan martabat mereka sebagai manusia. 

Dampaknya kaum perempuan tak berdaya, mereka tunduk di bawah pengaruh dan kekuasaan kaum kapitalis serta harkat dan martabat kaum perempuan sebagai manusia dipertontonkan kepada publik secara tidak manusiawi dan dikebiri oleh ideologi kapitalis. 

Di sini sangat jelas bahwa dalam pandangan kapitalisme terhadap manusia hanya dari dimensi kepentingan ekonomi belak karena seseorang akan disebut manusia apabila ia mengkonsumsi sebanyak mungkin barang material yang ditawarkan oleh kaum kapitalis. 

Ideologi semacam ini sangat bertentangan dengan ajaran gereja maupun, moral, dan hak asasi. Karena pelampauan ini, manusia disebut makhluk pandai, sadar, aktif dan bertanggung jawab. Sebab manusia bukan sesuatu melainkan seseorang, ini sangat penting karena keluhuran martabat manusia tidak ditentukan oleh barang material melainkan nilai dan pribadi seseorang melampaui material. 

Oleh sebab itu, setiap pribadi manusia khususnya kaum perempuan harus dihargai, dihormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta ikut bertanggung jawab untuk melindungi bukan di objekkan demi kepentingan material semata atau kepuasan semata.

Manusia diberkahi dengan kesadaran, dan kebebasan dipanggil untuk hidup secara bertanggungjawab dalam masyarakat dan sejarah serta terarah kepada menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermartabat dan manusiawi bagi diri sendiri maupun sesama.

Tinggalkan Komentar Anda :