NABIRE, ODIYAIWUU.com — Kampung Sima di Distrik Yaur, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua selama beberapa tahun belakangan menjadi wilayah langganan banjir. Salah satu kampung di Nabire, wilayah adat Meepago, selalu diterjang banjir saat curah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Rumah warga dan kawasan landai sekitarnya selalu menjadi langganan banjir saat musim hujan saban tahun.
Kampung itu berada dalam kawasan tanah adat milik suku Yerisiam. Kawasan tanah adat itu juga kerap dilanda banjir. Musababnya, laju kerusakan hutan (deforestasi) tak terkendali akibat hadirnya sejumlah korporasi yang bergerak di bidang perkebunan sawit. Lahan di kawasan itu kian tergerus sehingga kala musim penghujan tiba, kawasan hutan di tanah adat, termasuk Kampung Sima selalu dilanda bencana banjir. Sebelum tahun 1982, bencana banjir tak pernah menerjang kampung dan kawasan tanah adat ini. Namun, pasca 1982 banjir seolah jadi tamu rutin warga.
“Sebagai orang yang pernah di Sima dan telah diterima sebagai keluarga suku Yersiam, saya tak bisa mempersalahkan siapa di sini terkait bencana banjir. Tapi, itulah fenomena yang sedang dan sudah terjadi. Karena itu, warga perlu direlokasi ke Bumiowi sebagai kampung baru. Pembentukan kampung baru Bumiowi merupakan sebuah solusi untuk menghindari banjir di kampung Sima, Distrik Yaur,” ujar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua John Gobai usai bersama warga masyarakat mengunjungi calon lokasi pembangunan kampung Bumiowi, Distrik Yaur, Nabire, Papua, Kamis (6/1).
Sekretaris Suku Besar Yerisiam Nabire Robertino Hanbora mengemukakan, pada 2015 dan 2017, Yerisiam dilanda banjir hebat menyusul hujan lebat yang mengguyur wilayah itu. Kondisi ini paling parah saat curah hujan sangat besar. Laju kerusakan hutan terjadi menyusul dibabatnya hutan sagu, wilayah keramat diterabas sejumlah korporasi. “Banjir terjadi karena hutan sagu ditebang, hutan keramat dibabat dan beberapa lokasi buah seperti cempedak ditebang habis. Kawasan sekitar 5 ribu hektar yang sudah turun temurun habis dibabat,” kata Robertino Hanbora.
Menurut John Gobai yang juga Ketua Kelompok Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Papua, saat itu ia bersama warga melakukan pemancangan papan nama pembangunan Kampung Bumiowi di dalam kawasan tanah adat suku Yerisiam. Bumiowi merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan tanah lindung, tanah yang tidak dapat diperjualbelikan oleh siapapun atau pihak manapun.
“Kampung ini dibangun kampung untuk anak cucu di atas tanah adat mereka, sehingga kemudian hari mereka tidak kehilangan tanah. Kampung ini juga akan didorong sebagai kampung adat di Nabire. Kami berharap agar pemerintah dan pihak swasta dalam hal ini PT Nabire Baru dan PT Jati Darma Indah untuk dapat mendukung upaya ini demi masyarakat adat Yerisiam,” ujar John Gobai. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)