TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Kabar duka datang dari Keuskupan Timika, Papua. Pastor Paroki Maria Bintang Laut Kokonao, RP Gabriel Kera Tukan. SCJ, Selasa (18/3) meninggal dunia di Pastoran Maria Bintang Laut Kokonao, Distrik Mimika Barat, Papua Tengah. Informasi menyebut, ia meninggal akibat serangan jantung.
Kabar duka tidak hanya dirasakan umat tetapi warga masyarakat Mimika, yang mengenalnya semasa hidup. Ungkapan duka memenuhi platform media sosial (medos) di Keuskupan Timika. Para kerabat asal Kabupaten Lembata di Mimika juga merasa kehilangan seorang imam rendah hati dan pekerja keras.
“Selamat jalan, Pater. Selama sebagai kepala sekolah Kami guru-guru Ipaya mengenal sangat dekat sebagai kepala sekolah yang membuka sekolah kembali dan membangun kembali untuk masa depan anak-anak Mimika We. Kami sangat terpukul dengar berita ini. Sabtu (15/3) kemarin itulah pertemuan terakhir kami guru-guru Ipaya dan Amar bersama Pater. Hati hancur dapat berita duka ini, Pater,” ujar seorang netizen melalui akun Facebook-nya, Oyame Maluku, Rabu (18/3).
Sedangkan Marlis de Ona, warga Timika asal Paroki Santo Joseph Boto, Dekanat Lembata, Keuskupan Larantuka, juga mengaku sangat kehilangan Patoga Gabriel Kera Tukan. Berpulangnya imam kelahiran Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, Lembata, 21 Maret 1976 membuat kerabat asal Lembata di Mimika merasa sedih.
“Selamat jalan, ama (saudara) Pater Gabriel Tukan, SCJ. Terima kasih untuk kebaikanmu selama ini buat keluarga kami. Maaf ama, bila ada sikap dan tutur kata yang pernah menyinggung ama. Selamat jalan, ama. Firdaus menantimu. Doakan kami. Terima kasih, ama,” kata Marlis.
Sedangkan Hendrik Ola de Ona juga merasa kehilangan Patoga Gabriel Tukan, sosok pekerja keras yang setia melayani umatnya di Kokonao. Bahkan kadang bersedia memenuhi permintaan umat dan warga dalam kegiatan-kegiatan sosial di Timika. Hendrik juga mengenang Almarhum sebagai sosok yang selalu memotivasi umat agar bekerja keras membantu diri sendiri dan sesama.
“Bapa Pastor Gabriel sangat ramah. Beberapa kali kami undang beliau mempersembahkan Misa di komunitas Lembata di Timika. Beliau menitip pesan agar kami juga rajin berdoa dan bekerja, menjaga relasi persaudaraan di tengah masyarakat sebagai sesama umat Tuhan. Hanya dengan begitu, kami juga ikut membantu para imam, suster, bruder, dan frater mewartakan Kabar Gembira kepada sesama sekaligus memuliakan keagungan nama Tuhan,” kata Hendrik.
Leonardus Kotan, kerabat Almarhum dari Hadakewa mengaku, sudah sekian lama berpisah dengan. Pastor Gabriel. Keduanya, sama-sama mengenyam pendidikan di Seminari San-Dominggo Hokeng, Keuskupan Larantuka, Kabupaten Flores Timur.
“Kami sama-sama berasal dari Paroki Santo Laurensius Hadakewa, Dekanat Lembata. Kami berpisah tahun 1995 demi tugas dan pendidikan selanjutnya. Engkau orang yang sangat sederhana. Engkau orang yang tidak berkata banyak. Apalagi tentang urusan orang lain. Apa adanya dan bukan ada apanya,” ujar Kotan.
Kotan mengaku mendapat kabar duka cita berpulangnya Pastor Gabriel dari kakak kelasnya dari Hadakewa, Pastor Vesto Maing Pr. “Selamat jalan, orang baik Romo Gabriel Kera. Surga menunggumu di sana untuk menjadi pelayan umat. Doakan kami yang masih dalam ziarah ini,” ujar Kotan lebih lanjut.
Romo Petrus Santoso, SCJ melalui cuitannya di media sosial mengaku memperoleh kabar duka berpulangnya Romo Gabriel saat masih recovery di Rumah Sakit Januario Macau. Pastor Santoso mengaku kaget dan tidak percaya. Namun, Tuhan telah memanggilnya akibat serangan jantung.
“Sang misionaris ulung telah kembali kepada yang memanggil, memilih, memberkati, membekali, mengutus dan menyertainya selama ini. Rasa kagumku kepada Romo Gabby adalah tulisannya rapi dan bagus. Dia menulis dengan tangan kiri. Benar-benar tulisannya indah. Kesan lain, senyumnya yang manis di balik kumis dan jenggotnya yang tebal. Kadang-kadang rambutnya dibiarkan memanjang,” kata Pastor Santoso.
Pastor Santoso mengaku, saat tinggal bersama di Visma Vijaya Praya (Rumah SCJ), hal yang selalu diingat, Pastor Gabriel membeli rokok utilan setelah mengumpulkan recehan rupiah. Kadang meminta recehan di kamar Pastor Santoso lalu dia menikmati rokok itu.
“Sekarang, dia telah kembali ke Rumah Bapa. Aku berdoa dari Rumah Sakit Januario Macau. Jadilah pendoa bagi kami para misionaris. Tugas misimu sudah selesai. RIP Romo Gabby. Bahagia di Rumah Bapa. Selamat Merayakan Ulang Tahunmu (21 Maret) di Rumah Bapa,” kata Pastor Santoso.
Pastor Hadrianus Wardjito, SCJ, rekan Almarhum, mengatakan, Pastor Gabriel sudah malang melintang di beberapa bagian Papua. Saat ini bertugas di Kokonao dengan lebih 20 stasi di sepanjang Pantai Arafuru. Sejak setahun terakhir keduanya masih bisa berkomunikasi melalui handphone.
Dalam tayangan video yang diunggah Erasmus Zebastian Luw, Pastor Gabriel mengaku ia masuk tanah Papua pertama kali di Serui sekitar Agustus 2012. Ia juga masuk Biak bersama rekannya, Romo Ari SCJ dan Romo Wardjito, SCJ sebelum akhirnya menuju Timika. Kemudian, ia diberi tugas melayani umat di Kokonao.
“Masing-masing tempat pastoral di Papua punya tantangan sendiri-sendiri. Dalam semua tugas di manapun, pasti ada kegembiraan, keprihatinan tetapi juga pasti ada harapan,” kata Patoga Gabriel dalam video itu. Bahagia di Surga, ama tuan. Terima kasih karya pelayanan dan cintamu kepada Tuhan melalui sesama. Damailah di sisi-Nya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)