DEKAI, ODIYAIWUU.com — Ratusan warga masyarakat Kabupaten Yahukimo, Selasa (15/3) mulai pukul 12.35 WIT menggelar aksi unjuk rasa di Jalan Utama Ruko Blok A-B di Dekai, Kota Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Buntut aksi massa demonstran yang tergabung dalam Himpunan Alumni Sejawa Bali (Hajabasu), dua warga bernama Yakob Meklok dan EsronWeipsa dikabarkan meninggal setelah terlibat baku hantam dengan aparat keamanan.
“Dalam kericuhan ini, dua orang pendemo dikabarkan tewas bernama Yakob Meklok dan EsronWeipsa. Sementara dua lainnya terluka dan sudah dibawa ke Rumah Sakit Uumum Daerah Dekai untuk mendapatkan perawatan medis. Belum ada keterangan resmi dari pihak Kepolisian terkait adanya korban tewas dan luka dalam kericuhan ini,” demikian laporan semuwaberita.com, Selasa (15/3) dan dikutip Odiyaiwuu.com di Jakarta, Selasa (15/3) petang.
Ratusan warga Yahukimo menggelar unjuk rasa menolak pemekaran daerah otonom baru (DOB) di tanah Papua. Saat unjuk rasa, Nila Busup, salah satu tokoh perempuan dalam orasinya menyampaikan sebagai perempuan yang sudah melahirkan, generasi Papua, menyesal telah menerima Otonomi Khusus Papua “Jilid I’. Busup menilai Otsus ‘Jilid 1’ telah menjadikan Papua sebagai daerah operasi militer (DOM) yang menyebabkan banyak korban jiwa. Kemudian dilanjutkan dengan Otsus ‘Jilid II’ dan daerah otonom baru.
“Ini orang di Papua jumlahnya tidak sama dengan penduduk di Jawa. Manusia Papua berada antara satu kilo meter, ada satu kepala kepala keluarga. Dan itu tidak sama dengan manusia yang berada di Jawa yang berada penduduk dari satu kilo meter lebih dari 1.000 kepala keluarga. Oleh karena itu kami dengan tegas menolak adanya daerah otonom baru di tanah Papua,” tegas Nila Busup.
Sementara Otniel Sobolim dalam orasi politiknya menyatakan, pemerintah yang sudah melakukan kesalahan besar karena tidak membuka diri untuk menerima aspirasi masyarakat Papua.
“Kami meminta kepada pemerintah tidak menùtup diri untuk membuka demokrasi dan membuka selebar lebarnya kepada masyarakat,” ujar Otniel Sobolim. Otniel juga mengaku, aspirasi menolak Otsus ‘Jilid II’ gagal karena tidak sampai di Jakarta.
Dalam aksi ini tim negosiator yang ditunjuk oleh koordinator aksi tidak berhasil mendatangkan pihak DPRD Kabupaten Yahukimo untuk menerima aspirasi mereka. Bahkan terjadi aksi keributan antara massa dengan aparat keamanan yang berujung pada pembakaran ruko dan bekas kantor DPRD Yahukimo.
Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Papua Irjen Mathius D Fakhiri menjelaskan, massa yang membubarkan diri, tiba-tiba melakukan aksi perusakan dan pembakaran rumah kios (ruko). Selain itu massa pun menyerang personel kepolisian yang berada di sekitar lokasi kejadian.
“Pelaksanaan orasi berjalan lancar, namun saat selesai melaksanakan orasi inilah yang terjadi gesekan dari masyarakat sendiri dan ditambah ada yang provokasi sehingga masyarakat lain melakukan aksi-aksi terhadap bangunan ruko yang ada di sekitar kantor Kominfo,” ujar Irjen Mathius D Fakhiri mengutip Kompas.com di Jayapura, Selasa (15/3).
Menurut Irjen Mathius Fakhiri, personel kepolisian yang berusaha menghentikan aksi massa, justru menjadi sasaran amuk massa sehingga aparat keamanan terpaksa melepaskan tembakan. Akibatnya total ada lima orang menjadi korban dan salah satunya adalah anggota polisi.
“Ada korban dari petugas kepolisian sendiri dan ada dua masyarakat yang meninggal dunia dari tindakan kepolisian,” kata Mathius Fakhiri lebih jauh. Saat ini, ujarnya, personel di lapangan sedang berusaha menginventarisasi jumlah korban dan kerugian akibat aksi tersebut. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)