PERANG Israel-Palestina yang kembali meletus dengan kekerasan luar biasa pada 2023 telah meninggalkan dampak yang menghancurkan baik bagi warga Gaza maupun bagi seluruh Palestina. Kehancuran di Gaza dan jatuhnya banyak korban jiwa membuka pertanyaan besar: apakah Hamas, kelompok yang selama ini menjadi simbol perlawanan Palestina, akan bertobat?
Hamas, yang memegang kendali atas Gaza sejak 2007, dikenal dengan ideologi Islamis radikal dan strategi perlawanan bersenjata terhadap Israel. Dalam banyak hal, Hamas dianggap sebagai kelompok yang membela hak-hak Palestina, namun kebijakan dan tindakannya sering kali membawa dampak buruk bagi warga sipil Gaza, yang hidup dalam kemiskinan dan terisolasi akibat blokade dan serangan militer. Perang kali ini kembali memperlihatkan betapa rakyat Gaza, yang tak terlibat dalam pertempuran, menjadi korban utama dari kebijakan-kebijakan ini.
Pasca perang, dengan kehancuran besar di Gaza, saatnya untuk bertanya apakah Hamas akan mempertahankan prinsip-prinsip perlawanan ataukah mulai membuka diri untuk mencari jalan perdamaian. Dengan lebih banyak nyawa yang hilang, kesabaran warga Gaza mungkin semakin menipis. Banyak yang mulai mempertanyakan apakah perlawanan bersenjata dan ideologi Hamas benar-benar membawa solusi jangka panjang, atau justru semakin memperpanjang penderitaan rakyat Palestina.
Sementara itu, dampak perang juga menimpa rakyat Palestina di Tepi Barat, yang menghadapi kebuntuan politik dan kurangnya kredibilitas Pemerintah Otoritas Palestina. Terdapat ketegangan antara Hamas dan Pemerintah Otoritas Palestina, yang memperburuk kondisi internal Palestina. Ke depan, rakyat Palestina membutuhkan persatuan dan strategi yang lebih matang, yang tidak hanya bergantung pada kekerasan, tetapi juga pada diplomasi dan solusi politik.
Hamas perlu merenungkan apakah jalan perlawanan bersenjata yang mereka tempuh selama ini membawa hasil yang diinginkan. Jika mereka mampu membuka diri untuk dialog dan rekonsiliasi, bukan tidak mungkin masa depan Palestina yang lebih damai dan stabil dapat tercapai. Perubahan sikap ini tentu tidak mudah, namun dengan melihat kehancuran yang ditinggalkan oleh perang kali ini, mungkin sudah saatnya bagi Hamas untuk mempertimbangkan langkah-langkah menuju perdamaian. Warga Gaza dan Palestina secara keseluruhan pantas untuk mengharapkan masa depan yang lebih baik, bebas dari perang dan kekerasan. (Yakobus Dumupa/Editor)