Anggota Dewan Gereja Bersama Umat dan Sejumlah Elemen Adakan Jalan Salib Hidup di Tanah Papua
DAERAH  

Anggota Dewan Gereja Bersama Umat dan Sejumlah Elemen Adakan Jalan Salib Hidup di Tanah Papua

Anggota Dewan Gereja Papua atau West Papua Council of Churches (WPCC) Pendeta Dorman Wandikbo, S.Th (kiri), Pastor John Bunay Pr (tengah), dan Pendeta John Baransano, S.Th bersama sejumlah elemen lain saat mengadakan Jalan Salib hidup di Jayapura, Papua, Rabu (4/9). Foto: Istimewa

Loading

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Sejumlah anggota Dewan Gereja Papua atau West Papua Council of Churches (WPCC), baik denominasi gereja Protestan maupun Katolik, mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT), forum mahasiswa lintas perguruan tinggi, masyarakat, dan berbagai elemen lainnya mengadakan Jalan Salib hidup di sejumlah lokasi di Jayapura, dan beberapa tempat lain di Jayapura, kota Provinsi Papua, Rabu (4/9).

Anggota Dewan Gereja Papua Pendeta Dorman Wandikbo, S.Th mengatakan, jalan Salib dilakukan menempuh rute dari Lapangan Ekspo menuju di Lapangan Trikora, Abepura. Jalan Salib dilakukan karena Salib merupakan lambang penderitaan, kematian dan kemenangan Kristus di kayu Salib karena menanggung dosa umat kesayangan-Nya. Manusia yang berlumur dosa diselamatkan Kristus sebagai bukti kebesaran cinta kepada umat yang dikasih-Nya. Yesus rela mengorbankan nyawa demi umat yang dikasihi.

“Kami mengadakan jalan Salib hidup menyaksikan realitas penderitaan yang dialami umat Tuhan di atas tanah Papua. Salib adalah jalan dan masa depan umat Tuhan di atas tanah ini. Tidak ada cerita dalam dunia ini dan saya tidak pernah saya temukan berita ada orang atau satu suku maupun  bangsa yang melawan Allah sampai Allah kalah atau jatuh,” ujar Pendeta Dorman Wandikbo kepada Odiyaiwuu.com dari Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis (5/9).

Dorman yang juga mantan Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI) menambahkan, selain belum pernah menemukan berita ada suku bangsa melawan Allah tetapi yang ada adalah ada orang yang melawan Allah atau Tuhan hingga orang itu tiba-tiba meninggal. Hal tersebut merupakan realitas yang terjadi di atas tanah Papua.

“Walaupun di Papua ada banyak tantangan, rintangan, penderitaan maupun ancaman terhadap rakyat bangsa Papua, kami para pendeta maupun imam-imam Katolik bukan hanya setia berkhotbah tentang cinta dan kasih Tuhan, pengampunan dan perdamaian di mimbar-mimbar gereja tetapi melalui tindakan nyata dengan mengadakan jalan Salib hidup,” kata Dorman.

Oleh karena itu, ujar Dorman, pihak Dewan Gereja Papua, para imam Katolik pribumi Papua, mahasiswa sekolah tinggi teologi, forum pemuda Papua bersama umat serta berbagai elemen mengadakan jalan Salib hidup. Jalan Salib hidup itu diadakan dengan keyakinan bahwa salib itu simbol perdamaian, keselamatan nyawa manusia, dan lain-lain. Nampak juga rohaniwan Katolik dan imam Dioses Jayapura Pastor John Bunay Pr serta Pendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Tanah Papua Pendeta John Baransano, S.Th.

“⁠Salib itu tempat pertemuan, keterbukaan, pengampunan, penerimaan perbedaan, dan tempat pembaharuan. Tanpa Salib kami mengalami jalan buntu. Kehadiran pemimpin Gereja Katolik sedunia Paus Fransiskus di Indonesia bagian dari  perdamaian dunia. Oleh sebab itu kami Gereja- gereja di tanah Papua bersama umat menyerukan Komisioner Tinggi HAM PBB segera turun melihat situasi ini di tanah Papua,” ujar Dorman. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :