Anggota DPR Willem Wandik Kenang Misionaris John Dekker Sosok Pembaharu di Papua Pegunungan - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
DAERAH  

Anggota DPR Willem Wandik Kenang Misionaris John Dekker Sosok Pembaharu di Papua Pegunungan

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Willem Wandik (kiri) dan Pendeta Dr John Toliboga Bekker (kanan), misionaris asal Belanda yang puluhan tahun menjalani Misi di Papua Pegunungan. Foto: Istimewa

Loading

KARUBAGA, ODIYAIWUU.com — Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Willem Wandik, S.Sos mengenang misionaris Dr John Toliboga Bekker sebagai sosok misionaris “pembaharu” selama menjalani Misi pewartaan Injil dan karya sosial kemasyarakatan di Irian Jaya (tanah Papua) berpuluh-puluh tahun hingga usia tak diajak kompromi lagi. Tolibaga juga dikenang sebagai sosok yang berhasil membangun lompatan perubahan besar di Papua Pegunungan. 

“Beliau (Tolibaga) hadir di Lembah Toli, pusat dari pewartaan Injil di Papua Pegunungan, membawa terang, enlightenment kepada komunitas suku-suku untuk mengajarkan dunia tentang arti dedikasi, ketulusan, cinta kasih, dan pengorbanan dalam pelayanan. Pendeta John Tolibaga mampu menghadirkan transformasi kebudayaan dan membantu mewujudkan perubahan sosial yang sangat besar tanpa harus menggunakan rasa takut dan kekuatan mesin-mesin perang,” ujar Willem Wandik dalam WhatsApp Group The Spirit of Papua, Rabu (10/4). 

Menurut Willem, ajaran cinta kasih dalam pelayanan Pendeta John Tolibaga mampu membentuk ketertiban sosial dengan menghadirkan iman dalam hati setiap orang. Wandik meyakini, misionaris asal Belanda ini sadar betul bahwa eksistensi komunitas suku-suku di Papua Pegunungan memiliki tradisi ‘perang’. 

“Tradisi itu tidak akan mudah untuk diubah dengan ‘tradisi kolonialisme’ yang populer diperkenalkan oleh orang-orang Eropa sejak abad ke-17 hingga 18. Tradisi kolonialisme itu mewujud dalam bentuk gerakan pendudukan dalam semua aspek kehidupan, dapat berupa mengontrol sistem politik di masyarakat, menghadirkan lembaga-lembaga kemiliteran, dan memaksakan program sepihak dengan kekuatan institusi formal yang dikendalikan penuh,” ujar Willem, anggota DPR RI putra asli Papua. 

Willem menambahkan, sosok Pendeta John Tolibaga mampu mematahkan ‘mitos’ pendekatan kolonialisme yang masih dipraktekkan hingga saat ini di banyak negara untuk mengendalikan rasa takut dan rasa aman masyarakat. Semua itu pada gilirannya untuk tujuan yang dianggap sebagai “transformasi sosial dan budaya, ramah menurut keinginan para pembentuknya. 

“Cukup ‘satu orang’ Dr John Tolibaga Dekker yang memberi contoh kepada para pemimpin dunia, Tekad kuatnya memasuki peradaban Lembah Toli dan Papua Pegunungan dengan iman dan pelayanan, mampu membawa transformasi sosial dan kebudayaan. Bahkan tekad tersebut memberikan nilai tambah eksistensial, harkat dan martabat, kebanggaan, kesetaraan, dan humanisme terhadap komunitas suku-suku di Papua Pegunungan,” ujar Willem lebih lanjut.

Dengan demikian, lanjut Willem Wandik, tokoh muda Indonesia timur, komunitas suku-suku tersebut berdiri di atas kaki sendiri, dengan penghargaan terhadap identitas, jati diri bangsa Papua, yang merdeka dalam pikiran, kerohanian, dan tentunya membentuk kesanggupan untuk menyiapkan tanah Papua dalam rencana besar Tuhan di masa mendatang.

Media ini sebelumnya memberitakan, kabar duka menerpa masyarakat Papua Pegunungan, khususnya umat Kristiani di wilayah itu. Misionaris asal Belanda John Dekker alias John Tolibaga dikabarkan meninggal dunia, 

John dan istrinya, Helen ‘Tukwe’ Dekker adalah misionaris yang puluhan tahun tinggal dan mengabdi masyarakat dan umat di sejumlah wilayah di Irian Jaya kala itu (kini tanah Papua) dan tekun menyebarkan Injil dan memberdayakan masyarakat lokal, terutama di wilayah pegunungan Papua. 

“Selamat pagi semua teman Toli dan BPP, Dengan sedih hati saya memberitahukan bahwa bapak kita Tolibaga John Dekker sudah pergi dan ada bersama Allah Bapa kita di Surga,” ujar Kevin Martin, warga grup WhatsApp Toli Wone News melalui cuitannya di grup lokal tersebut, Rabu (10/4).

Kabar duka tersebut segera menyebar di sejumlah platform media sosial (medos) terutama WhatsApp di tanah Papua. Ungkapan duka berdatangan mengenang Tolibaga sebagai pendiri Gereja Injili di Indonesia (GIDI) dan pekerja sosial kemasyarakatan di tanah Papua.

“Terima kasih, Bapak Pendeta Tolibaga. sudah membawa kami kepada terang di dalam Kristus. Selamat jalan dan beristirahatlah dengan damai di pangkuan Bapa di Sorga,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara Imanuel Gurik, SE, M.Ec.Dev  melalui cuitannya di grup WhatsApp Toli Wone News, Rabu (10/4).

Berpulangnya John Tolibaga tak hanya melahirkan duka, namun doa terdaras disertai terima kasih serta apresiasi dialamatkan kepada sang isteri, Helena, yang juga mendedikasikan tenaga dan waktunya bagi perjalanan iman dan pewartaan kepada masyarakat tanah Papua di wilayah pegunungan Papua kala itu.

“Selamat jalan, pahlawan iman. Benih Injil akan menjadi hidup dan menghidupkan generasi ke generasi sampai dunia ini akan berakhir pada sangkakala Allah berbunyi, Maranatha. RIP,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Tolikara Dr Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA.

“Terima kasih orangtua rohani untuk pengabdian dan dedikasi serta hidup sepenuhnya melayani Tuhan di wilayah Toli. Kami anak-anak dan cucu akan meneruskan iman yang engkau wariskan kepada kami. Doa kami agar bapak diterima di sisi kanan Bapa di Surga,” kata Ninawi Arigi. 

“Nombo ai… Ah.  Selamat jalan o… Biarlah semua yang ditinggalkan akan kami kenang dan akan kami lanjutkan. Kami sekeluarga turut berdukacita. Wa wa wa,” kata Pendeta Lenis Kogoya dari Mulia dalam grup WA Toli Wone News.

Data yang dihimpun media ini menyebutkan, John Tolibaga lahir dan besar di Belanda. Saat masih muda, ia pindah ke Kanada untuk belajar di Prairie Bible College, Alberta. John Tolibaga kemudian belajar di Summer Institute of Linguistics lalu meraih Magister Misiologi (S2) dari Grace Theological Seminary, Indiana. Tak lama berselang, John Talibaga meraih gelar Doctor of Ministry dari Reformed Theological Seminary.

John Dekker dan istrinya, Helen Tukwe Dekker, menghabiskan dua puluh satu tahun sebagai misionaris di tengah masyarakat suku Dani di Irian Jaya (Papua), Indonesia kala itu. Di antara orang-orang zaman batu ini dia terlibat dalam pekerjaan medis dan linguistik, perintisan gereja, pengembangan masyarakat, dan karya Misi. 

Saat itu pasutri ini mendorong dan melatih umat Kristiani di dua pertiga dunia untuk menjangkau kelompok masyarakat yang belum terjangkau di negara mereka sendiri dan negara tetangga.

Dalam buku serial petualangan internasional karyanya bersama Lois Neely berjudul Torches of Joy: A Stone Age Tribe’s Encounter With the Gospel terbitan YWAM Publishing tahun 1999, John menulis, pada tahun 1960, dua puluh lima ribu orang suku Dani yang bersembunyi di pelosok Lembah Toli di Irian Jaya hanya menggunakan perkakas batu dan tidak memiliki bahasa tertulis. 

Kemudian, dalam satu generasi, mereka melakukan lompatan yang selalu berbahaya, terkadang fatal, dari Zaman Batu ke abad ke-20. Pada saat kritis, John dan Helen Dekker menyerahkan diri mereka kepada suku Dani, membantu mereka menemukan Injil Yesus Kristus dan takdir mereka sebagai penolong suku lain. 

“Saat ini tujuh puluh sembilan gereja di Lembah Toli, dengan tiga belas ribu orang percaya yang dibaptis, telah mengirimkan enam puluh lima pasangan ke suku-suku lain yang membutuhkan Injil. Sebuah bab dari Kisah Para Rasul masa kini, obor sukacita adalah model strategi Misi lintas budaya dan salah satu kronik paling mencolok di abad ke-20 tentang kasih karunia dan kuasa Allah,” ujar John dan Lois Neely dalam buku itu.

Dalam seri petualangan internasional melukiskan kisah nyata yang menakjubkan tentang kemenangan spiritual dan kemenangan pribadi. John dan Neely, menulis, di setiap benua, di setiap negara, Tuhan bekerja di dalam dan melalui kehidupan orang-orang percaya. 

“Dari jalan-jalan di Amsterdam hingga pulau-pulau terpencil di Pasifik hingga hutan Ekuador dan sekitarnya, setiap petualangan internasional yang muncul merupakan episode dramatis yang hanya dapat diarahkan oleh tangan Tuhan,” ujar John dan Neely. Selamat jalan, bapa gembala John Tolibaga Bekker. Damailah di sisi-Nya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :