JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Bupati Kabupaten Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana, ST,M.Si meminta Balai Prasarana Pemukiman Wilayah Papua Direktorat Jenderal Cipta Karya melakukan pengawasan serius kepada perusahaan yang menangani proyek pembangunan gedung Universitas Okmin Papua (UOP) di Distrik Serambakon, Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.
Usai melakukan kunjungan di lokasi pembangunan kampus tersebut, nampak masih tersendat. Padahal, saat ini mahasiswa sangat membutuhkan fasilitas perkuliahan sehingga pihaknya mengingatkan kontraktor segera merampungkan fisik bangunan sesuai kalender waktu yang ditetapkan yakni September 2024.
“Saya sudah dapat informasi dari lapangan bahwa dropping material lokal maupun dari Jayapura ini tidak lancar sehingga tukang nganggur karena menunggu bahan. Ini tidak boleh lagi. Saya sudah telepon dan tegur mereka,” ujar Spei Bidana kepada Odiyaiwuu.com ketika dihubungi di Jayapura, Papua, Senin (18/3).
Pihaknya juga mengaku kecewa terhadap kinerja dua perusahaan pemenang tender yakni PT Relis Satindo Utama, perusahaan kerja sama operasi (KSO) dengan PT Silimo Indah Perkasa yang sedang menangani pekerjaan pembangunan gedung universitas kebangaan pemerintah dan masyarakat Papua Pegunungan, khususnya Pegunungan Bintang tersebut
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pegunungan Bintang ini menilai, dua belas fasilitas gedung kampus yang sedang dibangun di atas lahan seluas empat hektar di Distrik Serambakon itu belum mengalami banyak kemajuan sebulan terakhir.
“Beberapa kali saya turun (melihat langsung), belum banyak kemajuan terutama untuk gedung rektorat, fakultas dan jurusan, masih land clearing atau pembersihan lahan terus. Ini sudah minggu keempat belas sehingga seharusnya sudah mulai naik (dibangun) temboknya. Ini ditimbun saja belum,” ujar Spei lebih lanjut.
Menurut Spei, perjuangan mendapatkan bantuan senilai Rp 60-an miliar dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia untuk membangun universitas tersebut bukanlah hal mudah. Bahkan, pihak Kementerian PUPR pernah menanggarkan di tahun sebelumnya namun ditolak Kementerian Keuangan.
Alasannya, sebut Spei Universitas Okmin Papua adalah kampus swasta. Namun, berbagai upaya dilakukannya bersama tim dengan menyurati pihak kantor Sekretariat Wakil Presiden dan meyakinkan pemerintah pusat bahwa letak universitas itu sangat strategis karena berada di tapal batas negara Republik Indonesia dan Papua Nugini.
“Maka jadilah dana ini keluar. Dengan dana ini, tahun ini sesuai perencanaan akan berdiri tiga ruang kelas, satu gedung rektorat, satu ruang fakultas, satu ruang jurusan, satu perpustakaan, empat rumah dosen, satu power house, dan satu rumah pompa tangki untuk penampungan air. Karena itu saya minta pihak Balai Prasarana Permukiman Wilayah Papua, harus tegur dan awasi kontraktor perusahaan. Pokoknya sembilan gedung ini harus sudah rampung September 2024,” ujar Spei.
Konsultan Pengawas Pekerjaan Pembangunan Universitas Okmin Papua Uyun Arung Allo, ST mengatakan, pekerjaan ini ditangani PT Relis Satindo Utama (KSO) dengan PT Silimo Indah Perkasa. Total anggaran ialah Rp 60,4 miliar dengan masa kerja 365 hari, terhitung sejak tanggal kontrak per 11 Desember 2023.
“Memang dari bobotnya, kelihatannya grafik progres pekerjaan ini terbilang lambat. Mereka mulai kerja pemasangan pagar keliling di Januari minggu kedua. Kalau kita berpatokan dari pekerjaan jadwal, ini sudah masuk ke minggu ke-15 harusnya sudah mulai diatap rumah dosen, perpustakaan, dan ruang kelas. Mudah-mudahan pekan ini bisa tutup atap. Memang faktor curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini di di Pegunungan Bintang juga berpengaruh,” kata Arung.
Arung menjelaskan, pekerjaan yang belum ada kemajuan sama sekali yakni pembangunan gedung rektorat, fakultas, dan ruang jurusan atau prodi. Ia melihat, masih ada kendala pematangan lahan, terutama lahan yang masih berlumpur dan harus ditimbun.
“Jadi gedung rektorat itu harus ditimbun dulu. Semoga minggu ini sudah ada timbunan masuk. Kemudian ruang jurusan dan fakultas belum sama sekali. Saya sempat tanyakan ke mereka. Alasannya, alat mereka dua excavator tetapi satunya rusak,” ujar Arung lebih lanjut.
Sementara itu, kata Arung, empat unit rumah dosen dan perpustakaan, pekan ini akan diatap. Dua ruangan kelas, saat ini baru dibangun pondasi. Semua bangunan ini menggunakan konstruksi semi permanen dengan lantai keramik, dinding dan kuda-kuda dari kayu, dan atap spandek bahan galvanis.
“Harapan saya kepada kontraktor, stok dulu material dari Jayapura dalam jumlah besar dan menyelesaikan pekerjaan pembersihan lahan. Paling urgen, bulan ini harus stok metarial dari Jayapura. Kalau tunda sampai April, kemungkinan banyak pekerjaan proyek APBD mulai jalan dan itu semua menumpuk dan antri. Soalnya hanya satu pesawat kargo Trigana dari Jayapura ke Oksibil,” katanya. (Gusty Masan Raya, Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)