Oleh Marinus Mesak Yaung
Dosen Hubungan Internasional Fisip Uncen, Jayapura
SETELAH menonton debat calon Presiden pada Minggu (7/1), saya berkesimpulan bahwa Pemilu Presiden sudah selesai dan pasangan Calon Presiden Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sudah bisa disimpulkan keluar sebagai pemenang kontestasi.
Basis pemikiran saya berdasarkan pada karakteristik konstituen atau para pemilih di Indonesia. Saya tidak tahu apakah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan memahami dengan utuh dan jernih karakteristik rakyat Indonesia atau tidak. Kemungkinan mereka berdua paham, tetapi mereka lupa saat debat.
Mayoritas rakyat Indonesia itu, perilaku politiknya banyak ditentukan oleh perasaan hatinya yang akan kuat berbicara dibandingkan pemikirannya atau logikanya. Rakyat Indonesia akan cepat sekali tersentuh hatinya dan akan langsung menampilkan perilaku politik penuh empati kepada orang-orang yang terdzolimi, teraniaya, diperlakukan tidak adil, dipermalukan, dan direndahkan oleh orang lain di muka umum.
Bercermin dari kasus Pemilu Presiden tahun 2004. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bisa memenangkan kontestasi melawan Megawati dan terpilih sebagai Presiden karena SBY mampu mencitrakan diri, dizolomi dan diperlakukan tidak sopan dan tidak adil.
Diberhentikan dari jabatan Menkopolhukam dengan tindakan yang sangat arogan, membuat seluruh staf dan pegawai di kantor Menkopolhukam menangis saat SBY pamit dan dengan penuh tangisan.
Mereka mengantar SBY ke halaman parkiran untuk meninggalkan kantor Kemenkopolhukam. Rakyat Indonesia pun ikutan sedih dan terenyuh hatinya menyaksikan peristiwa itu. Rakyat Indonesia kemudian memilih SBY-Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004.
Kebesaran jiwa
Demikian pula dengan Presiden Jokowi. Belum perna ada pemimpin negara di dunia yang selama satu dekade kepemimpinannya, mendapat banyak sekali serangan kata-kata hinaan, fitnah, caci maki, olok-olokan, bullying, dan semua kata dari lubang neraka untuk mempermalukan dirinya di ruang publik.
Presiden Jokowi dengan kebesaran jiwa, dan kelapangan hati, menerima semua kata dari lubang neraka tersebut. Ia setia dan tak kenal lelah mengabdikan hidupnya memimpin dengan contoh dan keteladanan.
Alhasil, di akhir kepemimpinannya, Presiden Jokowi mendapat apresiasi dan dukungan kepuasan publik sangat tinggi terhadap kinerjanya dari rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia memberikan dukungan moril dan kepercayaan kepada Presiden Jokowi karena mereka sayang dan berempati dengan kekuatan jiwa dan ketabahan hati Jokowi dalam menghadap semua ujaran kebencian, permusuhan dan penghinaan yang dialamatkan kepadanya.
Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sepertinya tidak memetik hikmah dan pelajaran dari karakteristik rakyat Indonesia seperti ini. Mereka berdua menampilkan gimmik yang menghina dan merendahkan Prabowo Subianto di muka umum saat debat putaran ketiga.
Mereka berdua memberikan penilai buruk terhadap kinerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dalam kabinet Jokowi. Anies memberikan angka 11 dari angka 100. Ganjar memberikan angka 5 dari angka 10. Lalu mereka berdua melemparkan ketawa bersama, di depan Prabowo yang terdiam membisu. Sedih juga lihat wajah Prabowo.
Merendahkan seorang Menteri Pertahanan Republik Indonesia dengan kinerja terbaik di kabinet Jokowi, di muka publik seluruh rakyat Indonesia, hemat saya suatu tindakan dari kedua sosok calon presiden: Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, yang tidak memiliki adab dan etika ketimuran yang patut untuk diteladani.
Rakyat Indonesia saat ini, tidak akan mau memilih pemimpin atau presiden yang hanya memiliki ilmu, tetapi tidak memiliki adab dan etika. Indonesia tidak butuh pemimpin berilmu tinggi, tetapi tanpa adab. Kalau sekadar memiliki ilmu atau pintar saja, iblis jauh lebih pintar dan lebih berilmu.
Anies dan Ganjar telah melakukan blunder politik dengan merendahkan dan menghina Prabowo di muka umum. Anies dan Ganjar hanya mengulang kesalahan yang sama, yang dilakukan oleh Megawati dan Taufik Kiemas kepada SBY saat Pemilu 2004.
Setelah debat Pilpres putaran ketiga, saya berani berasumsi bahwa 16 persen suara massa mengambang (floating mass) yang selama ini belum menentukan pilihan, akan segera mereka menentukan pilihan, mendukung calon Presiden Prabowo Subianto dan calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Prabowo telah sukses memenangkan hati dan pikiran mayoritas pemilih di Indonesia, pasca debat capres putaran ketiga. Perilaku tidak beradab dan beretika Anies dan Ganjar kepada seorang sesepuh dan tokoh bangsa, yang sejak dari mudanya mempertaruhkan nyawanya untuk kelangsungan republik ini adalah suatu political game yang melapangkan jalan sang Jenderal Kopassus merebut kursi Presiden 2024.
Game is over. Pemilu Presiden sudah selesai. Prabowo-Gibran pemenangnya. Terimkasih untuk Anies dan Ganjar yang sudah ikut meramaikan kontestasi Pilpres 2024. Sampai bertemu di Pemilu berikutnya.