Oleh Yulius Pekei, S.Pd, M.Pd
Dosen STK Touye Paapaa Deiyai, Keuskupan Timika
LITERASI adalah seperangkat keterampilan nyata. Hal tersebut merupakan pemahaman paling umum dari literasi. Selain pemaham keterampilan kognitif membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya.
National Institute for Literacy (Kemdikbud, 2017) mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.
Definisi ini memaknai literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini, terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Menurut Lerner (1988:349), kemampuan membaca merupakan dasar bagi seseorang untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah dasar tidak segera memiliki kemampuan membaca, ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.
Badan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) mengurus pendidikan, sains dan budaya serta komunikasi dan informasi menjelaskan, kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat.
Oleh karena sifatnya yang dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian.
Literasi memang tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa, yaitu membaca dan menulis.
Jadi, makna dasar literasi sebagai kemampuan baca tulis merupakan pintu utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas. Cara yang digunakan untuk memperoleh literasi adalah melalui pendidikan.
Dua hal penting
Pendidikan dan kemampuan literasi adalah dua hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Begitu pula, kemajuan suatu negara secara langsung tergantung pada tingkat melek huruf di negara tersebut. Orang berpendidikan diharapkan dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Menurut Tarwotjo merujuk Wiyanto (2006) dalam pengantar bukunya, Terampil Menulis Paragraf disebutkan, produk dari aktivitas literasi berupa tulisan adalah sebuah warisan intelektual yang tidak akan kita temukan di zaman prasejarah.
Dengan kata lain, apabila tidak ada tulisan, sama saja kita berada di zaman prasejarah. Tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yang dapat diwariskan dari generari ke generasi, bahkan hingga berabad-abad lamanya.
Dalam dunia pendidikan, tulisan mutlak diperlukan. Buku-buku pelajaran maupun buku bacaan lain merupakan sarana untuk belajar para peserta didik di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Tanpa tulisan dan membaca, proses transformasi ilmu pengetahuan tidak akan bisa berjalan.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tulisan, budaya membaca, serta menulis di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, kita harus terus berupaya mendorong serta membimbing generasi muda termasuk pelajar dan mahasiswa agar membudayakan kegiatan literasi. Bahkan menjadikan literasi sebagai kebutuhan.
Budaya literasi tentunya sangat penting ditingkatkan di seluruh satuan pendidikan. Kemampuan literasi dasar berupa kemampuan membaca dan menulis harus menjadi prioritas utama dalam dunia pendidikan. Banyak manfaat yang didapatkan dari hasil membaca.
Dengan membaca, seseorang dengan mudah mendapatkan informasi dan pengetahuan. Misalnya, membaca koran, majalah, jurnal hingga media online. Selain itu, seseorang juga bisa mendapatkan hiburan seperti membaca puisi, cerpen, novel, roman, dan lain-lain.
Lewat membaca, kita mampu memenuhi tuntutan intelektual, meningkatkan minat terhadap suatu bidang, dan mampu meningkatkan konsentrasi. Karena itu, sepintas jarak antara literasi dan upaya meningkatkan mutu pendidikan sesungguhnya ibarat dua sisi dari satu mata uang logam.