Usaha dan kerja keras meraih prestasi ibarat gali lobang tutup lobang demi membiayai kuliah mulai SD hingga doktor, terbilang langka bagi sebagian putera-puteri asli tanah Papua. Ferry Pakage membuktikan, tanpa pemerintah ia mampu meraih cita-cita meraih doktor.
DARI Malang, Jawa Timur, Sabtu (27/5) pukul 07.00 WIT Dr Ferdinant Pakage, MM, MAP mengisahkan, ia melangkah pasti memasuki aula A Kampus Universitas Merdeka (Unmer), Malang, Jawa Timur. Dari penginapan, Ferdinant Pakage ditemani Yuniyanti Pakage, putri Yunus Pakage, adik kandung ibunya menuju Kampus Unmer, Malang.
Tak lama Ferry, sapaan akrabnya, berbaur bersama ratusan wisudawan-wisudawati Program Diploma, Sarjana, Magister dan Doktor. Meski demikian, rasa sedih sempat menempel dalam rongga hati mengingat ibunda terkasih, Maria Pakag, yang sudah berpulang sejak ia kelas I SMP Advent, Timika, kota Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
“Peristiwa wisuda doktor di Universitas Merdeka Malang adalah momentum penuh syukur, berharga, dan penuh haru bagi saya sekeluarga bersama keluarga besar di Deiyai. Terima kasih, Tuhan. Engkau sungguh Ajaib bagi keluarga kami,” ujar Ferry Pakage kepada Odiyaiwuu.com usai prosesi Wisuda Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana Universitas Merdeka, Malang, Jawa Timur, Sabtu (27/5).
Sumber doa
Rasa sedih sempat singgah dalam hati Ferry mengingat perjuangan meraih pendidikan sejak SMP hingga kuliah bahkan meraih doktor tanpa kasih sayang dan dorongan Maria Pakage, Almarhumah ibunya. Almarhumah di mata Ferry Pakage adalah sumber kekuatan dan doa baginya dalam setiap jejak perjuangan di bidang pendidikan.
Meski demikian, Ferry tetap tegar bertaruh peluh dan tenaga berkat doa dan dukungan isteri terkasih, Norlince Pekei, Amd.Kep serta anak-anaknya, ayahnya, Pendeta Paulus Pakage, S.Th dan sang bunda, Ina Edowai, Yunus Pakage dan isterinya serta keluarga besar.
“Momentum wisuda doktor hari ini sungga peristiwa penuh syukur kepada Tuhan. Dalam refleksi dan suara hati kecil, saya menyadari peristiwa tak bisa kalau dipahami dengan logika manusia. Namun, sungguh nyata berkat dan kemurahan Tuhan saya dan keluarga besar alami,” kata Ferry, mantan Kepala Bidang Masyarakat Kampung Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (PMK) Kabupaten Dogiyai.
Nasehat Almahrumah ibunda terkasih, ayah dan ibu serta Yunus Pakage sungguh selalu ia pegang dan jadikan pedoman dalam setiap langkah kaki menempuh pendidikan mulai SMP hingga perguruan tinggi.
Bahkan dorongan dan semangat dari adik-adiknya dipandang merupakan doa kecil yang mengantarnya meraih gelar akademik membanggakan. Begitu juga dalam interaksi dengan teman-temannya, ia selalu menjaga persahabatan baik.
“Sejak duduk di bangku SMP hingga kuliah, saya selalu hidup bersama dengan teman-teman dari beragam suku dan latar belakang budaya. Meski demikian, saya selalu menyadari bahwa saya datangg dari latar kutur berbeda sebagai anak kampung yang lahir di pedalaman tanah Papua. Tetapi, kualitas komunikasi menjadi hal utama membina relasi dan persahabatan,” kata Ferry.
Bahkan Ferry mengaku, ia mampu bekerja sama dengan orang lain dalam keanekaragaman budaya dan lingkungan di mana ia tinggal. Meski demikian, hal paling penting dan kerjasama tim adalah kualitas komunikasi yang tercipta sehingga langkah meraih sukses terbuka lebar.
“Saya juga selalu cepat belajar hal-hal baru guna menambah wawasan. Misalnya, perkembangan informasi dan teknologi dalam prinsip berbuat bersama, berperan setara. Karena itu, di manapun saya berada terutama saat menunaikan kuliah sarjana di Bandung lalu lanjut S-2 hingga S-3 di Malang, tak ada kendala berarti,” katanya.
Tak ada dukungan
Menurut Ferry, meski ia seorang anak asli Papua namun sejak SD hingga perguruan tinggi takk pernah mendapat perhatian baik dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua bahkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deiyai. Kebijakan Pemerintah Pusat melalui Otonomi Khusus (Otsus) Papua, juga diakui seolah menjauh dalam perjalanan perjuangan di bidang pendidikan.
“Sejak duduk di bangku SMP hingga sarjana bahkan saat kuliah sampai meraih doktor tidak pernah mendapat bantuan beasiswa dari Pemda Papua maupun kabupaten di Papua. Saat kuliah sarjana di Bandung, saya beruntung dibantu sebuah lembaga di Belanda karena saya meraih Indeks Prestasi Kumulatif, 4,0. Tapi, saya selalu bersyukur karena semua capaian akademik ini karena pertolongan Tuhan,” kata Ferry.
Menurutnya, semua proses dan tahapan pendidikan adalah murni kerja keras dan dukungan isteri, orangtua serta keluarga besar di Deiyai. Saat menyelesaikan studi sarjana di jurusan Pengembangan Masyarakat Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, semangat belajarnya menjulang. Selain ilklim belajar mendukung, berbagai buku sumber dengan mudah ia peroleh di berbagai perpustakaan kampus.
“Bapa saya selalu mengingatkan agar tetap semangat belajar selama kuliah. Membaca dan berdiskusi menjadi hal penting untuk mengasah kemampuan analisa sebagai seorang mahasiswa calon pemimpin masa depan. Saya selalu diingatkan ayah saya agar membaca dan berdiskusi sebagai tradisi akademik yang tidak boleh diabaikan,” kata Ferry.
Pendamping desa
Kecintaannya pada kampung halaman, tanah Papua mengantar Ferry mendalami peran pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat. Peran pendamping desa juga jadi fokus perhatiannya selama menunaikan tugas sebagai aparatur sipil negara di Dogiyai, Provinsi Papua (sebelum pemekaran provinsi).
Tak ayal, peran pendamping Desa Waghete 1, Kabupaten Deiyai menjadi lokus riset Ferry, yang kala itu menjabat Kepala Bidang Administrasi Pemerintahan Kampung Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung Dogiyai, meraih gelar Doktor Bidang Ilmu Sosial pada Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang.
“Saya melihat peran pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat di Indonesia sangat penting. Saya melakukan riset di Kabupaten Deiyai, khususnya Waghete 1. Puji Tuhan, Rabu (12/10 2022), hasil riset tersebut berhasil saya pertanggungjawabkan secara akademik dalam Ujian Doktor Ilmu Sosial Universitas Merdeka,” ujar Ferry kepada Odiyaiwuu.com dari Malang, Jumat (14/10 2022).
Ferry mengaaku, fokus risetnya yaitu peran pendamping desa di Kampung Waghete, yang juga merupakan kota Kabupaten Deiyai. Juga faktor penghambat serta pendukung peran pendamping desa dalam penyelenggaraan pemberdayaan desa-desa atau kampung-kampung di Indonesia.
Peran pendamping desa tersebut terkait pelaksanaan tugas pokoknya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015 mengenai perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 terkait Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
“Saya menulis disertasi berjudul Peran Pendamping Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Realitas Sosial di Kampung Waghete 1, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua). Puji Tuhan. Saya berhasil mempertahankan hasil riset saya dalam Ujian Akhir Disertasi di hadapan tim penguji dan penyanggah,” lanjut Ferry.
Para penguji dan penyanggah dalam ujian disertasi tersebut adalah Prof Dr Bambang Satriya, SH, M.Hum selaku promotor, Dr Supriyadi, SH, MH selaku kopromotor, dan penyanggah eksternal Dr Suwarno, M.Si. Kemudian para penyanggah masing-masing Prof Dr I Made Weni, SH, MS, Prof Dr Bonaventura Ngw, MS, Prof Dr Agus Sholahuddin, MS, Dr Drs Tommy Harriyanto, MS, Dr Kridawati Sadhana, MS, Dr Sri Hartini Jatmikowati, M.Si, Prof Dr Anwar Sanusi, SE, M.Si, dan Prof Dr Grahita Chandrain, M.Si, Ak, CA.
Menurut Ferry, momen ujian disertasi tersebut membahagiakan sekaligus mengharukan. Selama kuliah dan riset hingga meraih gelar S-3, banyak pihak terutama Rektor Universitas Merdeka Malang Prof Anwar Sanusi, membantunya terutama dalam berbagai diskusi guna memberikan perspektif baru terkait peran pendamping desa di Indonesia, khususnya dalam studi kasus di Waghete.
“Saya sangat bahagia dapat berdiskusi dengan bapa ibu para dosen untuk memperkaya fokus riset saya hingga mempertahankan di hadapan penguji. Saya juga terharu karena saat ujian doktor, dihadiri langsung anak-anak saya: Fernaldo Pakage dan Frengki Pakage, ayahanda terkasih, Pendeta Paulus Pakage, om saya Yunus Pakage, Juga orangtua Petrus Pakage, om Mote, Yanuarius Pakage, dan adik saya Yuniyanti Pakage,” katanya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)
Dr Ferdinant Pakage, MM, M.AP
Lahir : Waghete, Deiyai, 25 Oktober 1985
Pekerjaan : ASN
Isteri : Norlince Pekei, Amd.Kep
Anak-anak :
- Febriyanti M Pakage
- Fernaldo Pakage
- Frengki Pakage
- Maria Pakage
Pendidikan formal
- SD N Inpres Grimulyo 02 Nabire, Papua
- SLTP Advent Timika, Papua
- SMK Tunas Bangsa Timika, Papua
- S-1 Jurusan Pengembangan Masyarakat Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung
- S-2 Jurusan Magister Sumber Daya Manusia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia School of Management, Tangerang
- S-2 Administrasi Publik Stisospol Waskita Darma, Malang
- S-3 Ilmu Sosial Universitas Merdeka, Malang
Pendidikan informal
- Kursus Komputer, (Introduction to Computer & MS Windows, Microsoft Word, Microsoft Exel, Microsoft Access, Microsoft Power Point) Mercy Training Center Timika, Papua
- Kursus Bahasa Inggris, The Bandung School of Social Welfare Language Center
- Pelatihan Dasar Penanggulangan Bencana, Department Sosial RI Bandung.
- Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar Yayasan Binterbusih Semarang
- Pelatihan Penggunaan Sarana Media Pembelajaran, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
- Open Heart Jurusan Pengembangan Sosial Masyarakat, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
- Workshop Penguatan Keluarga Terhadap Peningkatan Kesehatan Lansia, Pusat Kajian Perempuan dan Keluarga (Puskapega) Bandung
- Pelatihan KTSP Tingkat SMK – SMA – SMP se-Kabupaten Deiyai
- Pembekalan Pemantau Nasional LPPNRI Hotel Utami Surabaya
- Pembekalan Pemantau Nasional LPPNRI Aula Pancagatra Lemhanas RI Jakarta
- Pelatihan Jurnalistik Tingkat Nasional
Pengalaman kerja
- Magang di PT Freeport Indonesia, Department Social Local Development (SLD) Kuala Kencana. Timika
- Honor di SMP N 1 Tigi Kabupaten Deiyai
- Operator Warnet Kementerian Informasi & Komunikasi RI di Kabupaten Deiyai
- Operator SIAK dan Entri Administrasi Kependudukan di Kantor Kependudukan Deiyai.
- Sekretaris Panitia Akreditasi Pemantau Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) Deiyai
- Ketua Umum LSM Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI) Deiyai.
- Ketua Umum Lembaga Masyarakat Sejahtera (LMS) Deiyai
- ASN Kabupaten Deiyai Papua
Pengalaman Organisasi
- Wakil Ketua Sekolah Minggu dan Sektretaris Pemuda Jemaat Harapan Gloria, Timika
- Wakil Ketua Perhimpunan Pelajar dan Mahasiswa Paniai Nabire (Perhipmip) Kota Bandung
- Ketua Bidang Olah Raga Jemaat Pniel Bandung
- Sekretaris Humas Pengurus Ikatan Mahasiswa Papua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
- Anggota Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) Bandung
- Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Community Development Sekolah Tinggi Kesejateraan Sosial Bandung
- Ketua Bidang Kesekretariatan AMKI Deiyai
- Ketua Umum LSM Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI) Deiyai
- Ketua Umum LSM Lemabaga Masyarakat Sejahtera (LMS) Deiyai
- Wakil Ketua I KNPI Deiyai
- Kepala Biro Media Lintas Indonesia Deiyai
- Sekretaris Jenderal DPD KNPI Deiyai
- Sekretaris Jenderal Karang Taruna Deiyai
- Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejawi Daerah (LPPD) Deiyai
- Sekretaris KONI Deiyai Papua.
- Ketua Umum Perbakin Deiyai
Hobi:
Membaca, bola kaki,volley, dengar musik, diskusi, berpetualang di hutan, gunung, dan laut