Oleh Ansel Deri
Wartawan Odiyaiwuu.com
APA resep menulis opini di media? Bagaimana memulai menulis opini baik di media cetak maupun on-line? Mengapa seseorang sulit memulai menulis opini? Bagaimana menghalau rasa takut menulis (opini) sedangkan ada ide yang hendak ditulis ke media untuk dikonsumsi publik?
Deretan pertanyaan itu selalu muncul dalam benak sebagian penulis pemula. Misalnya mahasiswa atau mereka yang berniat agar pikiran, gagasannya dituangkan dalam bentuk opini lalu dikirim ke media.
Tujuannya, dapat dipertimbangkan penanggungjawab desk, redaktur opini untuk dimuat sehingga menjadi bahan diskusi lebih lanjut atas tema tersebut. Menjawab pertanyaan itu, kerap penulis (utamanya pemula) mengalami kesulitan bahkan gagal menulis opini meski ada banyak gagasan yang dimiliki.
Setiap penulis, tentu memiliki modal dasar terlebih dahulu. Modal dasar yang saya maksud ialah membaca. Seorang penulis dipastikan mengalami kesulitan bahkan berpotensi gagal menulis sebuah artikel opini tanpa membaca.
Dengan kata lain, seseorang tak akan berhasil beropini di media tanpa membaca, mengerti, dan memahami tema yang akan dinarasikan dalam bentuk tulisan. Karena itu, sebelum menulis, sabda wajib seorang penulis adalah: membaca, membaca, dan membaca sembari berefleksi guna melahirkan pikiran, gagasan baru (alternatif) untuk dituangkan di media.
Sebuah media juga menyediakan aneka rubrikasi seperti Berita (News), Opini, Tajuk/Editorial, Kolom, Esai, Resensi, Pojok, dan lain-lain. Karena itu, seorang penulis, terutama penulis pemula paling kurang terlebih dahulu melihat, membaca, dan memahami anatomi sebuah rubrik.
Dengan demikian, penulis bersangkutan akan lebih mudah menuangkan gagasan baru, opini tertulis hasil olah pikiranya dengan pemahaman yang utuh setelah ia tekun membaca dan merefleksikan sebuah peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Tentang opini
Apa itu artikel opini? Banyak penulis atau pekerja media massa tentu sudah tahu (sekadar membedakan dengan berita, feature, editorial, kolom, esai atau resensi). Secara ringkas, opini itu tulisan berisi pendapat, gagasan atau kritik seseorang terhadap sebuah tema besar, masalah yang sedang dihadapi atau berkembang di masyarakat.
Artikel opini ditulis secara sistematis, menggunakan bahasa sederhana, mudah dipahami, dan menggunakan bahasa (ilmiah) populer. Hal ini perlu mengingat opini akan dikonsumsi, dibaca, dan dipahami pembaca lintas segmen sosial. Opini merupakan tulisan yang memuat pikiran atau pendapat penulis terhadap sebuah peristiwa (muthakir) ditopang data, fakta, dan argumentasi kuat serta memiliki aspek kebaruan bagi publik.
Bila seorang pemula berniat menulis artikel opini di media dengan tema tertentu, paling kurang ia juga sudah melihat, mendengar, membaca, dan merefleksikan sebuah peristiwa. Tak sebatas itu. Ia juga memahami lebih dalam tema tersebut beserta literatur pendukung atas tema yang akan ditulis. Penulisan opini tetap mematuhi kaidah bahasa Indonesia baku.
Setiap media massa, terutama koran memiliki standar penulisan artikel opini khas. Ada media yang memberlakukan ketentuan misalnya panjang tulisan: 6000 karakter tanpa spasi atau 7000 karakter dengan spasi, setara 1000 kata plus judul. Bisa juga kurang atau lebih dari ketentuan tersebut.
Menulis dengan mengikuti standar media bersangkutan, memudahkan penanggungjawab desk, redaktur membaca tulisan lalu mempertimbangkan untuk memuatnya bila dianggap layak.
Tips kecil
Setiap penulis tentu memiliki kiat, semacam tips agar artikel opininya dimuat dalam rubrik opini sebuah media. Bagi penulis pemula, tentu ada banyak media yang bisa jadi opsi mengirimkan artikel opini.
Tentu dengan harapan, media tersebut lebih berpeluang menampung gagasan penulis. Hal itu berbeda dengan para penulis (opini) dengan latar akademik, pengalaman atau penulis kebanyakan yang memiliki keahlian dan namanya sudah familiar di publik.
Berpijak dari pemahaman bahwa sebuah artikel opini bertujuan menyebarluaskan gagasan, pikiran seorang penulis mencermati isu muthakir, idealnya sebuah artikel opini diramu dengan bahasa popular, mudah dicerna, enak dibaca dalam durasi waktu singkat. Opini tersebut juga membawa unsur kebaruan si penulis.
Namun, apakah itu sudah menjadi garansi sebuah artikel opini dimuat media, tentu butuh kesabaran dan latihan terus-menerus. Artikel opini juga selalu terbuka untuk diapresiasi hingga dikritik karena apa yang dimaksud penulis dalam teks bukan punya tafsir tunggal, ia multi tafsir di mata publik, pembaca.
Hal tersebut bukan berarti menjadi momok menakutkan bagi penulis, tetapi motivasi sehingga tatkala artikel opini lolos atau muncul di media, rasa percaya diri semakin besar. Artikel-artikel lanjutan akan dengan mudah dihasilkan.
Penulis mencoba menawarkan sejumlah tips, langkah kecil agar siapapun yang berminat menulis untuk menuangkan gagasan, pikiran dari membaca ragam buku atau referensi segera memulainya. Langkah kecil itu dimulai dari aspek mendasar seperti waktu, timing, ide atau gagasan, argumentasi serta referensi atau rujukan yang relevan berikut.
Pertama, sebelum menulis opini, hal utama yang tertanam dalam benak adalah gagasan atau ide. Misalnya, ada sebuah peristiwa terjadi di tengah masyarakat. Peristiwa itu bersinggungan langsung dengan kepentingan publik. Tentu peristiwa tersebut memunculkan beragam reaksi setiap orang.
Setiap orang akan bereaksi dengan sudut pandang keahlian. Dari sini, penulis pun akan memiliki sudut pandang sendiri. Ide atau gagasan segera muncul untuk menuangkan dalam bentuk tulisan. Pada saat bersamaan, penulis segera mencari sumber-sumber rujukan yang relevan untuk menambah ide atau gagasan yang muncul. Membuat catatan-catatan penting seperlunya sebelum memulai menulis opini.
Kedua, teknik dan aspek bahasa. Salah satu persoalan yang dihadapi penulis opini pemula adalah masalah teknis penulisan. Menulis artikel opini di media massa tentu berbeda dengan menulis artikel umumnya di kolom media massa bahkan artikel di jurnal-jurnal ilmiah yang memiliki ketentuan baku. Opini selalu menggunakan rumusan dan bahasa sederhana dengan diksi menarik namun tetap menjaga kaidah bahasa Indonesia.
Ketiga, menentukan judul. Masing-masing penulis memiliki cara berbeda dalam memulai menggarap sebuah artikel opini. Setelah menemukan ide atau gagasan, ada yang langsung memulai kalimat pembuka untuk menulis.
Namun, ada juga yang menentukan judul opini kemudian masuk pada pembahasan. Hal tersebut tentu bukan halangan karena ide atau gagasan sudah tersedia. Hemat saya, teruslah saja menulis sepanjang ide atau gagasan mengalir lancar.
Tulislah dalam suasana gembira. Anggap saja bahwa tulisan itu segera diselesaikan dalam hitungan setengah atau satu jam mengingat tema itu lagi trend dan artikel opini tersebut segera ditayang dalam waktu dekat.
Keempat, membaca sekaligus revisi. Sebuah artikel opini yang ditulis, idealnya dibaca penulis berulang-ulang dan direvisi kembali. Tujuannya, agar menemukan kembali idea atau gagasan dasar yang ditentukan di awal, termasuk aspek bahasa dan lain-lain. Penulis adalah pembaca utama sebelum bergerak kepada penanggungjawab desk media di mana opini itu dikirim.
Dalam banyak pengalaman, penulis meminta bantuan orang terdekat atau sahabat untuk membaca ulang artikel opini yang disiapkan. Pembaca terdekat atau sahabat pada saat bersamaan dapat membantu memberikan saran atau masukan terkait hal-hal sederhana seperti tanda baca, titik atau koma dalam keseluruhan artikel tersebut.
Jika, artikel opini dianggap sudah maksimal, segera dikirim ke media. Selalu optimis bahwa setiap artikel opini yang dikirim terbuka peluang untuk diakomodir media.
Pengantar ringkas saat diskusi bertema
Pelatihan Penulisan Artikel Opini Dalam Web Blog Bagi Pemuda Papua yang diselenggarakan Gugus Tugas Papua Pengurus Pusat Pemuda Katolik