JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Presiden Joko Widodo (Jokowi), dalam agenda Selasa (21/3) tiba di Jayapura, Provinsi Papua untuk memulai kunjungan kerja resminya di provinsi paling timur Indonesia.
Presiden Jokowi akan menyambangi Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom untuk berdialog dengan jajaran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sekaligus meresmikan Papua Youth Creative Hub (PYCH) senilai Rp 95,05 miliar yang terletak di Jalan Poros Abepura, kurang lebih 11 kilo meter dari pusat Kota Jayapura.
Dua aktivis muda perempuan Papua Beverly Mangge dan Salomina Gobai menilai, kehadiran Presiden Jokowi di Provinsi Papua memiliki makna penting bagi jajaran pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta masyarakat dan seluruh elemen, termasuk kaum muda di wilayah itu.
Ketua Yayasan Bina Bangsa Papua Beverly Mangge mengatakan, kunjungan Presiden Jokowi di Papua tak sekadar membawa semangat baru bagi kaum muda di Papua melalui kehadiran PYCH, wadah pemberdayaan potensi anak negeri dari bumi Cenderawasih. Namun, lebih dari itu ada nilai positif yang dipetik dan menjadi refleksi bersama menyusul sejumlah peristiwa yang memojokkan para pemimpin Papua belakangan.
“Bagi saya kehadiran Bapak Presiden kali ini positif sekali. Publik tahu, belakangan banyak kejadian yang memojokkan sejumlah pemimpin Papua sehingga membuat masyarakat kehilangan figur pemimpin daerah ini,” ujar Beverly Mangge kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Senin (20/3).
Beverly, perempua asli Papua yang juga pegiat pendidikan ini menambahkan, kunjungan Presiden Jokowi kali ini menunjukkan bahwa sebagai pemimpin dan kepala negara, Jokowi sungguh membawa dirinya dan hendak mengatakan bahwa masyarakat adalah warganya yang sangat dikasihi serta Papua adalah provinsi yang perlu ketulusan hati pemimpin untuk memajukannya agar warga kian sejahtera.
“Intensitas kunjungan Presiden Jokowi di Papua selama tahun pertama pemerintahan hingga memasuki tahun kedua tergolong tinggi. Beliau tak sekadar merencanakan berbagai program pembangunan tetapi juga mengimplementasikan melalui berbagai kebijakan riil bagi masyarakat Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Beverly Mangge lebih lanjut.
Sedangkan aktivis Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Jayapura Salomina Gobai mengatakan, kunjungan Presiden Jokowi untuk meresmikan gedung PYCH sangat positif dan jauh-jauh dari sudah dipikirkan Jokowi demi memajukan sekaligus mengembangkan potensi generasi muda Papua. Gedung ini tentu menjadi pusat anak-anak muda berkreasi mengembangkan bakat menjadi generasi emas Papua dan Indonesia hari ini dan di masa akan datang.
“Bapak Presiden Jokowi memiliki visi luar biasa mulia membangun Papua Youth Creative Hub (PYCH) demi kemajuan generasi Papua saat ini dan di masa depan,” ujar Salomina Gobai kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Senin (20/3).
Menurut Salomina, aktivis OMK Keuskupan Jayapura asal Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah, melalui PYCH, tentu ada harapan seluruh potensi pemuda Papua dimaksimalkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kehadiran PYCH juga diharapkan agar seluruh potensi kaum muda Papua terwadahi.
“Ini langkah cerdas Bapak Presiden yang sangat menggembirakan bagi generasi muda. Bapak Presiden sungguh memiliki komitmen kuat dalam berbagai kebijakan pembangunan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, dan lain-lain, termasuk masalah kepemudaan,” lanjut Salomina.
Sedangkan Beverly menambahkan, niat membangun PYCH juga tentu didasari pertimbangan Presiden Jokowi tentang perlunya memikirkan masa depan pemuda Papua yang kreatif dan berdaya saing dengan para pemuda di wilayah lain di Indonesia.
“Presiden Jokowi tentu memandang, pemuda Papua yang beliau harapkan kelak yaitu menjadi motor penggerak bahkan pemimpin hebat demi kemajuan Papua,” kata Beverly.
Tokoh Papua Paskalis Kosay mengatakan, Presiden Jokowi sudah berulang kali ke Papua. Namun, kunjungan tersebut dinilai kurang membawa dampak signifikan bagi perubahan situasi sosial politik dan keamanan di Papua.
“Kondisi politik dan keamanan pada umumnya masih labil. Ancaman teror, konflik, dan kekerasan masih masif Papua. Rakyat Papua hidup dalam kondisi tidak nyaman dan bahagia. Selalu dibayangi trauma, was-was, dan tidak bebas beraktivitas,” kata Paskalis kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Senin (20/3).
Paskalis, mantan anggota Komisi Intelijen Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia asal Papua, menambahkan, Jokowi bolak-balik Jakarta-Papua hanya mengurus hal-hal teknis namun dampaknya tidak menjamin stabilitas kehidupan sosial politik dan keamanan Papua.
“Era Pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin tidak punya grand design kebijakan pembangunan dan politik yang jelas dalam penyelesaian masalah Papua. Sepertinya tiba waktu, tiba akal tanpa perencanaan jelas sehingga terbukti beberapa kebijakan masih debatable hingga saat ini,” lanjut Paskalis.
Paskalis mengusulkan, Presiden Jokowi fokus menyelesaikan masalah keamanan. Saat ini Papua dalam ancaman nyata. Konflik dan kekerasan terjadi di dalam kota. Termasuk kasus penculikan, penyanderaan pilot pesawat Susi Air awal Februari lalu,” lanjut Paskalis.
Paskalis mengatakan, Presiden Jokowi hanya buang-buang waktu dan energi ke Papua sekadar meresmikan proyek-proyek berskala kecil yang tidak berdampak dominan bagi pengendalian kondisi keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat Papua.
“Saya berharap agar Presiden Jokowi berpikir hal-hal besar yang efeknya mempengaruhi konstelasi politik dan keamanan di tanah Papua. Kita tentu tidak menafikan proyek-proyek skala kecil yang diurus Jokowi. Namun, idealnya proyek berskala kecil seperti ini lebih tepat diatur seorang menteri, pembantunya. Kepala negara mestinya meresmikan proyek berskala besar sehingga resonansinya meluas hingga dunia internasional,” kata Paskalis. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)