Polisi Dalami Kasus Pemalakan yang Berujung Penembakan dan Pembakaran Kios: Ini Suara Tokoh Gereja Dogiyai - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Polisi Dalami Kasus Pemalakan yang Berujung Penembakan dan Pembakaran Kios: Ini Suara Tokoh Gereja Dogiyai

Kios warga Dogiyai yang dibakar massa buntut aksi pemalakan terhadap sebuah truk oleh sekelompok pemuda di sekitar kampung Gopouya, Distrik Mapia, Papua Tengah, Sabtu (21/1) sekitar pukul 13.00 WIT. Tokoh Gereja meminta Pemerintah Provinsi Papua Tengah segera menerbitkan Perda terkait minuman keras di wilayah Meepago. Foto: Istimewa

Loading

MOWANEMANI, ODIYAIWUU.com — Kepolisian Resor Dogiyai, Kepolisian Daerah Papua saat ini tengah mendalami kasus pemalakan yang terjadi Sabtu (21/1) yang berujung penembakan dan pembakaran sejumlah kios oleh massa di Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah.

Kapolres Dogiyai Kompol Samuel D Tatiratu, SIK menjelaskan, peristiwa bermula dari aksi pemalakan terhadap sebuah truk oleh sekelompok pemuda di sekitar kampung Gopouya, Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Sabtu (21/1) sekitar pukul 13.00 WIT. Sekelompok pemuda itu ditengarai tengah dalam pengaruh minuman keras (miras).

Menurut Tatiratu, saat pemalakan seorang pemuda yang diketahui bernama Yulianus Tebai (30) terkena tembakan sebelum akhirnya meninggal dunia. Korban meregang nyawa akibat luka tembak di bagian dada tembus ke belakang.

“Mendengar peristiwa pemalakan tersebut, anggota kemudian bergegas menuju TKP (tempat kejadian perkara). Namun, sesampai di sana, anggota sudah melihat korban tergeletak tak bernyawa di pinggir jalan,” ujar Tatiratu kepada Odiyaiwuu.com dari Mowanemani, kota Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, Minggu (22/1).

Tatiratu menjelaskan, anggota Polres Dogiyai kemudian melakukan negosiasi bersama keluarga yang saat itu sudah berada di TKP untuk membawa korban ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Bomomani untuk mendapatkan tindakan medis lebih lanjut.

“Anggota yang tengah melakukan evakuasi korban menuju Puskesmas Bomomani kemudian dicegat dan diserang menggunakan batu, kayu, dan alat tajam oleh sekelompok pemuda. Oleh karena itu, anggota saya mengambil keputusan untuk mengamankan diri di Markas Kepolisian Sektor Mapia mengingat keamanan anggota yang minim,” ujar Tatiratu.

Menurut Tatiratu, kelompok pemuda yang hendak menyerang anggota tersebut kemungkinan tidak terima adanya korban penembakan tersebut kemudian membuat kericuhan lain yang menimbulkan pembakaran di beberapa kios.

“Saat ini kami tengah berupaya melakukan penyelidikan para pelaku pemalakan, penembakan serta pembakaran tersebut untuk kami berikan tindakan tegas sesuai hukum,” kata Tatiratu lebih jauh.

Buntut aksi pemalakan, massa membakar kios dan warung warga pendatang. Kaca dua kendaraan jenis truk hancur akibat lemparan batu oleh massa.

Tokoh agama Dogiyai Pendeta Yehezkiel Dumupa, S.Th mengimbau agar apapun peristiwa yang bersentuhan dengan hukum yang terjadi di tengah masyarakat perlu disikapi dengan hati dan kepala dingin agar tidak menimbulkan efek lanjutan yang malah merugikan masyarakat atau pihak lain.

“Saya mengimbau agar reaksi apapun atas sebuah peristiwa yang berurusan dengan hukum tidak harus disikapi dengan membakar kios, warung, kantor-kantor atau fasilitas publik lainnya. Langkah itu malah akan merugikan masyarakat dan pemerintah,” ujar Yehezkiel yang saat ini menjabat Pendeta Jemaat Pos PI Ipaiye Idakebo Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua kepada Odiyaiwuu.com saat dihubungi di Mowanemani, Minggu, (22/1).

“Begitu pula kios atau warung warga. Kios atau warung itu usaha orang-orang kecil untuk menghidupi keluarga, cari makan. Kios atau warung itu juga sangat membantu warga sekitar memenuhi kebutuhannya kalau tidak mau berbelanja jauh ke kota, jadi tak boleh dibakar hanya karena mau melampiaskan emosi, amarah,” ujar Yehezkiel yang juga tokoh pendidikan Papua Tengah.

Menurut Yehezkiel, warga dari luar yang tinggal dan menjadi warga Dogiyai membuka usaha untuk menghidupi keluarga juga ikut membuat daerah menjadi ramai dan maju. Pedagang yang membuka usaha kios atau warung kecil-kecilan adalah juga warga masyarakat biasa. Mereka (pedagang) berperan sangat besar bersama pemerintah daerah dan elemen-elemen lainnya mengubah wajah daerah dan memajukan ekonomi Dogiyai.

“Jadi pedagang kios atau warung kecil-kecilan, buruh bangunan baik jalan dan gedung atau tukang ojek dari luar adalah orang-orang kecil juga yang cari makan. Jaman modern sekarang banyak orang tidak tahu tanam sayur, tidak mau berkebun dan hanya harap beli di kios. Orang-orang kecil yang buka kios, warung, menjadi buruh kasar atau tukang ojek juga sangat membantu kami,” ujar Yehezkiel.

Yehezkiel mengatakan, banyak sumber keributan bermula dari kebiasaan minum mabuk. Kalau seseorang tidak mengkonsumsi miras maka dipastikan aman-aman saja. Tetapi kalau sudah konsumsi miras mereka dipastkan jadi pemabuk dan nakal.

“Saya meminta Pelaksana Tugas Gubernur Papua Tengah dan para bupati di wilayah Meepago segera membuat Perda terkait memproduksi, menjual hingga mengedarkan minuman keras di Papua Tengah. Miras menjadi sumber keributan atau kekerasan di tengah masyarakat. Ini hal serius di Dogiyai dan Papua Tengah yang perlu dipikirkan serius pemerintah demi menjaga keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat,” katanya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :