KARUBAGA, ODIYAIWUU.com — Sebanyak 21 orang orang terkena anak panah akibat dua kelompok warga bertikai di Distrik Kaiga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan, Senin (2/1).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal membenarkan, aparatt kepolisian tengah menangani kasus pertikaian antara masyarakat Desa Lama dan Desa Baru di Kaiga.
Pertikaian diduga dipicu langkah Kepada Distrik Kaiga mengganti para kepala desa di distrik itu dengan keluarganya sehingga membuat kelompok Desa Lama tidak terima dan melakukan aksi penyerangan.
“Informasi yang kami peroleh, kepala distrik ini telah mengganti para kepala desa di Distrik Kaiga dengan keluarganya. Hal itu yang menyulut aksi saling serang kedua kelompok,” ujar Kamal melalui keterangan tertulis yang diterima Odiyaiwuu.com di Jakarta, Senin (2/1).
Kepala Kepolisian Resor (Polres) Tolikara AKBP Dicky Hermansyah Saragih langsung bergerak bersama anggota piket jaga Polres setelah mendapat laporan dari warga telah terjadi pertikaian. Tujuannya melerai kedua kolompok agar tak terjadi bentrok lagi.
“Kapolres Tolikara telah bertemu dengan kelompok Desa Baru dan Kepala Distrik Kaiga dan meminta untuk menghentikan penyerangan balasan dan tetap tenang sehingga tidak bertambahnya korban,” ujar Kamal.
Selain itu, Polres Tolikara telah berkoordinasi dengan pihak Desa Lama untuk berhenti melakukan penyerangan. Polres berharap masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik di Markas Kepolisian Resor Tolikara bersama Penjabat Bupati Tolikara untuk membahas kasus tersebut.
“Setelah bernegosiasi disepaki bersama bahwa mereka menunggu kabar korban yang terkena panah pulih dan akan menyelesaiakan permasalahan di Polres Tolikara,” lanjut Kamal.
Bentrok tersebut mengakibatkan 21 orang terkena panah. Saat ini korban tengah dalam penanganan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tolikara. Usai meredam aksi Usai meredam aksi, Kapolres Tolikara beserta rombongan mengangkat beberapa korban yang belum dievakuasi.
“Selanjutnya korban dibawa ke RSUD Tolikara guna memperoleh penanganan medis. Pasca insiden, situasi berangsur kondusif dan warga kembali beraktivitas seperti biasa,” ujar Kamal menambahkan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tolikara Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si mengatakan, pihaknya belum mendapat informasi resmi terkait persoalan yang terjadi di dua desa tersebut yang berujung bentrok.
Menurut Yosua, pada prinsipnya Tolikara harus jadi zona aman dan nyaman, tidak boleh terjadi keributan di antara sesama warganya. Tolikara itu kampung, tanah leluhur orang Tolikara yang harus dijaga bersama dari aspek kedamaian dan keamanan.
“Dalam kasus bentrok itu, saya mengimbau dengan hormat agar kedua belah pihak menahan diri. Warga kedua desa tak boleh terpancing dengan situasi kedamaian yang sudah sangat damai saat ini. Kita baru saja merayakan Natal penuh sukacita dan damai,” ujar Yosua kepada Odiyaiwuu.com dari Karubaga, kota Kabupaten Tolikara, Selasa (3/12).
Yosua, intelektual muda tanah Papua dan kandidat doktor Universitas Cenderawasih, Jayapura, juga menyampaikan apresiasi kasih kepada aparat keamanan yang sudah bergerak cepat mengantisipasi persoalan ini sehingga tidak meluas.
“Saya juga menyampaikan terima kasih kepada warga kedua desa yang sungguh menyadari diri sebagai sesama anak honai di Tolikara sehingga bisa menahan diri. Budaya kita saling menghargai satu sama lain masih sangat kuat. Ini yang juga saya amati di hampir semua kampung di Tolikara,” kata Yosua, Ketua Cendekia Papua dan mantan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Tolikara. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)