SALATIGA, ODIYAIWUU.com — Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Riwanto Tirtosudarmo tampil menyajikan materi berjudul Mengapa Menulis Esai? dalam kegiatan pelatihan analisis sosial dan penulisan esai bagi mahasiswa Papua. Kegiatan hari pertama dibuka Melkior NN Sitokdana, S.Kom, M.Eng, dosen UKSW Salatiga sekaligus Koordinator Pembina Mahasiswa Papua di UKSW Salatiga di Gedung F Kampus Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga (8/12).
Dalam pemaparannya, Riwanto, mantan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau BRIN mengutip sebuah frasa dari buku Arief Budiman (almarhum).
Frasa itu berbunyi, ‘Bersama puisi orang-orang diajak menuju pada kehidupan nilai-nilai subyektif. Bersama ilmu orang diajak kepada hidup yang praktis. Bersama esai orang diajak kepada kehidupan yang menggejala secara sederhana dalam diri seorang manusia nyata. Itulah esai’.
Lebih lanjut ia mengatakan, jika mengacu pada definisi yang dikemukakan Arief Budiman, esai berada di antara puisi dan artikel ilmiah. Menurutnya, tidak perlu belajar teknik untuk menulis, jika kebiasaan menulis belum ada.
“Yang diperlukan adalah membiasakan menulis dulu. Menulis apa saja dengan media apa saja. Baru setelah mulai tumbuh kebiasaan menulis. Jika dirasa perlu, boleh belajar tenik menulis. Jangan berharap akan bisa menulis dengan memulainya melalui belajar teknik menulis,” kata Riwanto.
Muncul pertanyaan, bagaimana menuangkan gagasan ke dalam esai? Menurutnya, berdasarkan pengalaman ia mulai membiasakan menulis ketika menjadi mahasiswa. Mengirim tulisan untuk buletin mahasiswa atau koran kampus. Tiap orang memiliki kebiasaan menulisnya masing-masing.
Ketika dewasa mungkin gagasan berkaitan dengan profesi masing-masing. Apakah diperlukan bakat untuk bisa menulis? Menurutnya tidak ada karena setiap orang bisa menulis jika mau.
“Bakat tidak diperlukan. Hal yang diperlukan adalah kemauan untuk menulis. Paling penting adalah menjadikan menulis sebagai kebiasaan,” lanjutnya
Ia menambahkan, setiap orang punya banyak gagasan yang tersimpan dalam memori otak, pikiran dan perasaan. Gagasan adalah ide yang ada dalam pikiran, perasaan dan hatinya. Gagasan adalah sesuatu yang bersifat imajiner, namun selalu memiliki kaitan dengan sebuah kenyataan.
“Gagasan bisa diperoleh dari mana-mana. Dari membaca buku, menonton film, ngobrol dengan teman, dari bepergian, juga dari sebuah penelitian yang sedang kita lakukan. Oleh karena itu, saya mengajak generasi muda Papua untuk menuangkan gagasan-gagasan tersebut dalam bentuk esai,” ujar Riwanto.
Melkior saat membuka kegiatan pelatihan mengatakan, pelatihan diselenggarakan untuk melatih mahasiswa Papua tentang praktik analisis sosial dan penulisan esai.
“Papua memiliki berbagam persoalan sosial, baik sosial budaya, sosial politik, sosial ekonomi, sosial teknologi, dan sebagainya sehingga dibutuhkan daya kritis dari para pemuda Papua untuk memecahkan berbagai persoalan tersebut. Untuk tujuan tersebut maka diselenggarakan pelatihan ini, ujarnya,” ujar Melkior Sitokdana, putra asli Papua dan Ketua Departemen Gugus Tugas Papua, Pengurus Pusat Pemuda Katolik. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)