JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Wartawan senior Papua Victor Mambor mendorong para mahasiswa Papua memulai menulis tentang masalah Papua. Menulis, kata dan pendiri tabloid Jubi, penting di tengah banjir informasi saat ini terkait persoalan yang terjadi di Papua.
“Adik-adik (mahasiswa Papua) bisa memulai dengan menulis. Saya yakin adik-adik ini memiliki bekal pengetahuan yang lebih baik. Apalagi sudah sekolah di luar negeri dan bersentuhan dengan banyak orang. Wawasan juga sudah terbuka. Kapasitas untuk mengelola informasi, data, riset itu kuat. Jadi adik harusnya sudah bisa memulai menulis,” ujar Victor Mambor
Menurut Victor, peraih Udin Award 2022 dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-28 Aliansi Jurnalis Independen (AJI), persoalan Papua ke depan akan lebih baik kalau mahasiswa juga memulai menulis. Persoalan Papua dari dulu sampai sekarang masih buta menulis.
“Tapi kalau bicara nomor satu. Kalau bicara itu orang bilang kaset kosong bisa bolak balik rekam. Tapi suruh menulis berhenti (tidak bisa),” ujar Victor saat tampil sebagai pemateri dalam webinar, Journalism: You are The Future of Papua Journalist yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) di Rusia mengutip jubi.co, Minggu (4/12).
Victor juga mengajak para mahasiswa melakukan riset dan mulai menulis. Hal itu penting sebab untuk memenangkan pertarungan informasi tentang masalah yang terjadi di Papua harus dengan menulis. Sebab saat ini tidak semua media di Papua memiliki kapasitas untuk menulis soal masalah-masalah di Papua. Karena itu, mahasiswa Papua mengambil peran itu dengan memulai menulis.
Pihaknya menegaskan, kalau mau memenangkan Papua dalam konteks saat ini, misalnya kita sendiri mengalami kekerasan. Kita orang Papua tidak mau terus-terusan dibunuh, ditangkap. Misalnya di Jubi selalu menulis tentang HAM, praktik-praktik kekerasan yang dilakukan aparat keamanan terhadap orang Papua.
“Saya harus memenangkan informasi itu. Saya harus menulisnya. Kalau saya tidak menulis, orang tidak akan tahu. Kasus terakhir adalah penembakan Pendeta Yeremia Zanambani dan pembunuhan Makilon Tabuni di Sinak. (Kasus) itu kalau kita (Jubi) tidak tulis, kita tidak akan tahu,” kata Victor memberi contoh.
Victor menambahkan, banyak hal dapat ditulis soal Papua. Baik itu soal ekonomi, politik, hukum, keamanan, olahraga hingga masalah hak asasi manusia. Namun, untuk menulis harus berdasarkan riset dan data sehingga tulisan itu kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
“Kita harap kalian (mahasiswa Papua) bisa mengumpulkan informasi lalu menulis tapi jangan yang hoaks. Karena banyak informasi hoaks. Misalnya, baru-baru ini ada orang tampilkan kembali video arakan penguburan Filep Karma. Kemudian dong bilang itu 1 Desember 2022 ramai demo di Papua dengan menyebarkan video pemakaman Filep Karma. Ini kan tidak bertanggungjawab. Ini provokasi,” ujarnya.
Mambor menyatakan pihaknya menginginkan suatu perubahan yang luar biasa untuk Papua sehingga harus melakukan sesuatu yang luar biasa dengan memberikan informasi tentang Papua. Hal itu dapat dilakukan melalui menulis untuk memberikan informasi kepada pemangku kepentingan bahwa di Papua ada masalah seperti ini. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)