MOWANEMANI, ODIYAIWUU.com – Puluhan murid TK Santa Theresia Kecil Mowanemani diwisuda di aula Kote Moge, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua, Sabtu (12/6). Sebanyak 70 murid diwisuda setelah menjalani pendidikan selama dua tahun. Prosesi wisuda meriah dan mendapat aplaus para guru, orangtua, dan tamu undangan diiringi doa serta lagu-lagu yang ditata apik pihak panitia.
Andreas Yobe mewakili Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Dogiyai ikut bangga atas wisuda para murid TK Santa Theresia Kecil Moanemani. Ia mengatakan, ada tiga komponen strategis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan anak saat mereka berada di bangku sekolah. Tiga komponen strategis pendidikan itu ialah orangtua, sekolah, dan pemerintah.
“Pendidikan bagi anak tidak hanya diberikan setelah anak itu masik sekolah. Namun, prosesnya dilakukan dalam tiga tahap yaitu sebelum anak itu lahir atau anak masih dalam kandungan ibu. Kedua ialah setelah anak lahir dan bersama orang tua.Kemudian tahap ketiga adalah saat anak mengenyam pendidikan formal di sekolah. Selama anak masih dalam kandungan, ibunya harus mengkomsumsi makanan yang bergisi. Berperilaku baik dan rajin ke gereja,” kata Andreas Yobe dalam pesannya di hadapan wisudawan dan orangtua serta tamu undangan.
Menurut Yobe, mantan Kepala Dinas Pendidikan Dogiyai, bila kedua orangtua melakukan hal-hal atau kegiatan yang kurang berkenan, anak dalam kandungan ibunya akan mengalami keterlambatan dalam banyak hal. Kemudian, setelah anak lahir orangtua juga diharapkan menjadi panutan, teladan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Apabila orangtua baku pukul depan anak, mengeluarkan kata kotor di depan anak, bermain judi anak, maka anak juga cenderung meniru. Kondisi ini kelak berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Saat anak berada di sekolah, pihak sekolah seperti guru dan staf sekolah perlu juga mendidik, membimbing, dan memberi perhatian kepada anak-anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang humanis, pintar, cerdas, dan menjadi orang-orang hebat di atas tanah Papua,” lanjut Yobe.
Ia juga berpesan kepada orangtua murid agar urusan menyekolahkan anak-anak tak zaman lagi membedakan antara anak laki-laki atau perempuan. Cara pandang “perempuan jangan sekolah” dan “hanya laki-laki yang sekolah” perlu dihapus. Semua anak baik laki-laki atau perempuan memiliki hak setara. Anak perempuan maupun laki-laki bisa sekolah dan menjadi berguna bagi keluarga, bangsa dan negara.
“Saya berharap agar masyarakat kita tetap semangat menyekolahkan anak-anak meski dalam kondisi sesulit apapun. Bukan juga zamannya menyekolahkan anak-anak atas dasar pertimbangan jenis kelamin. Semua anak punya hak yang sama meraih masa depan,” ujarnya.
Petrus Dogomo, ketua yayasan yang menaungi TK Santa Theresia Kecil Mowanemani menyampaikan banyak terimakasih kepada orang tua siswa yang sudah bersedia mengirim anak-anak mereka di TK ini hingga selesai masa sekolah dan bermain. Ia juga menyampaikan terimakasih kepada guru-guru dan suster yang telah mendidik anak-anak sehingga hampir setiap tahun selalu menamatkan anak-anak yang berkarakter, beriman, dan berpengetahuan.
“Sekalipun banyak kendala dan kekurangan yang kita hadapi bersama di sekolah, namun proses pendidikan hingga sampai saat ini masih berjalan efektif. Jumlah siswa dan siswi setiap tahun meningkat. Tahun ini kita wisudakan 70 orang. Ini berkat Tuhan bagi kita semua karena kita bekerja keras dan berserah. Berbagai kekurangan di TK ini ke depan pelan-pelan kita benahi bersama,” kata Dogomo.
Kepala TK Santa Theresia Kecil Moanemani Theresia Leisubun juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada orang tua yang memberikan kepercayaan kepada pihak sekolah bersama para guru untuk membimbing, mengarahkan, mengajar, dan mendidik anak-anak mereka selama dua tahun. Prosesi wisuda yang disaksikan bersama adalah kebahagiaan dan kebanggaan semua pihak baik peserta didik, orangtua, guru, pemerintah maupun masyarakat.
“Kami perlu akui. Anak-anak kita ini datang dari latar belakang keluarga berbeda. Begitu pula anak-anak kita ini punya karakter berbeda-beda. Namun, bagi kami guru dan pegelola, perbedaan latar dan karakter anak-anak tersebut adalah tantangan bagi kami bagaimana mengajak mereka untuk saling mengenal satu sama lain, berkreasi bersama dalam iklim yang membahagiakan. Kami membina, mendidik, dan mengajar mereka sepenuh hati,” ujar Theresia Leisubun.
Ia juga berpesan agar orang tua tetap setia memperhatikan kesehatan anak dengan memberikan asupan makanan bergizi. Memperhatikan anak-anak dengan menjaga keseimbangan aspek rohani dan jasmaninya. Anak-anak juga perlu didampingi dengan sabar agar kelak di manapun mereka melanjutkan sekolah ke jenjang lebih lanjut akan menjadi pribadi yang hebat dan seimbang rohani serta jasmaninya. Anak-anak dibiasakan rajin ke Gereja dengan orangtua.
Ketua Panitia Emanuel Yohanes Giyai merasa bersyukur karena acara wisuda dapat terlaksana dengan lancar berkat kerja sama panitia, pemerintah, yayasan, guru-guru dan pihak orang tua siswa. Ia juga memberikan apresiasi kepada para guru, yayasan, dan orang tua atas penunjukannya sebagai ketua panitia wisuda
”Saya juga sampaikan rasa terimakasih kepada para tamu undangan untuk meriahkan acara wisuda ini. Saya juga berharap kelak anak-anak kita ini menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa,” kata Yohanes Giyai, seorang intelektual Papua di Dogiyai.
Felex Agapa, mewakili orangtua wisudawan menyampaikan terimakasih kepada guru-guru, para suster karena telah menerima dan mendidik anak-anaknya di sekolah. Ia juga memohon maaf bila selama mengenyam pendidikan di TK Santa Theresia Kecil anak-anak kurang patuh pada aturan sekolah.
“Kami juga berdoa dan berharap agar ke depan TK Santa Theresia Kecil lebih maju dan mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Dogiyai. Kami berharap agar Pemkab Dogiyai bersimpati dengan sekolah ini dan melengkapi fasilitasnya. Kita tahu, pendidikan bagi anak usia dini sangat penting bagi masa depan daerah sehingga perhatian pemerintah menjadi kerinduan kita semua,” kata Felex Agapa. (Donatus Mote/Odiyaiwuu.com)